BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL. Oleh: Endah Puspo Rini NIM

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

RINGKASAN SKRIPSI. Oleh: Endah Puspo Rini NIM

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tiga lempeng tektonik dunia yaitu Hindia-Australia di Selatan, Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan baik oleh faktor alam dan/ faktor non-alam maupun faktor

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi.

menyatakan bahwa Kabupaten Klaten memiliki karakter wilayah yang rentan terhadap bencana, dan salah satu bencana yang terjadi adalah gempa bumi.

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Boyolali disebelah utara, Kabupaten Sukoharjo disebelah timur, Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) disebelah selatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan bagian dariprovinsi Jawa Tengah, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan daerah dengan potensi bencana yang

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang terdapat zona subduksi atau zona pertemuan antara 2 lempeng

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia

13 Tahun Tsunami Aceh Untuk Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Masyarakat Sumatera Barat akan Ancaman Bencana Gempabumi dan Tsunami

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB I PENDAHULUAN. epidemik campak di Nigeria, dan banjir di Pakistan (ISDR, 2009).

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi

Museum Gempa Bumi Yogyakarta BAB I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 0 15 cm setiap tahunnya. Lempeng Indo-Australia di bagian selatan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan masa depan seseorang, dengan pendidikan seseorang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia terletak di jalur pertemuan 3 lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga lempeng tersebut mempunyai kecepatan yang berbeda. Lempeng tektonik di Indonesia kebanyakan masih aktif, lempeng tersebut memiliki arah gerak yang berbeda, yaitu lempeng Eurasia yang bergerak relatif ke arah tenggara, lempeng Indo-Australia yang yang bergerak relatif ke arah utara, dan lempeng pasifik yang relatif bergerak ke arah barat. Tabrakan antara lempeng-lempeng yang selalu bergerak itulah yang mengakibatkan terjadinya gempa bumi, gempa bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng ini disebut juga gempa tektonik. Akibat dari tumbukan lempeng tersebut terbentuk jalur penunjaman (zona subduksi) (Sukandarrumidi, 2010 : 88-89). Selain itu Indonesia merupakan negara kepulauan yang di lewati oleh jalur sabuk mediterania yang merupakan jalur dari cincin api (Ring of Fire) dunia. Jalur medeterania ini membentang dari pulau Sumatera, melewati pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke Maluku Sulawesi Utara. (Hidayat, 2011: 24). Akibat Indonesia dilewati oleh jalur cincin api ini maka di Indonesia terdapat banyak gunung berapi yang rata-rata masih aktif. Gunung api yang masih aktif ini akan bergejolak karena melakukan aktivitasnya di dalam bumi, ini juga merupakan siklus alam yang terdapat pada gunung berapi di seluruh dunia. Kegiatan gunung api ini akan mengakibatkan pergerakan

magma yang ada di dalam permukaan gunung api yang sewaktu-waktu dapat dikeluarkan dengan berbagai materialnya. Proses pengeluaran material oleh gunung berapi ini akan menimbulkan getaran di sekitar daerah gunung berapi, getaran ini adalah awal dari bencana gempa bumi yang disebut dengan gempa vulkanik. Gempa bumi merupakan bencana alam yang tidak dapat diprediksi secara tepat terjadinya, bahkan sampai saat ini belum ada alat yang dapat mendeteksi gempa bumi tersebut. Manusia sebagai makhluk yang selalu melakukan hubungan timbal balik dengan alam, seharusnya dapat membaca pesan yang disampaikan oleh alam melalui gerak binatang tidak seperti biasanya. Gerak binatang akan memberikan petunjuk akan datangnya bahaya salah satunya adalah bencana gempa bumi. Mengingat gempa bumi itu merupakan bencana yang merusak dan tidak sedikit korban jiwa serta kerusakan bangunan akibat yang ditimbulkan dari gempa bumi. Manajemen bencana merupakan cara yang digunakan untuk penanggulangan bencana, manajemen bencana ini efektif untuk meminimalkan korban jiwa dan juga kerusakan bangunan, serta fasilitas yang ada. Salah satu tahap dari manajemen bencana ini adalah Kesiapsiagaan. Menurut Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana : Tentang penanggulangan bencana dijelaskan bahwa kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan berkaitan dengan kegiatan dan langkah-langkah yang diambil sebelum terjadinya bencana untuk memastikan adanya respon yang

efektif terhadap dampak bahaya, termasuk dikeluarkannya peringatan dini secara tepat waktu dan efektif. Banyaknya korban jiwa yang berjatuhan akibat dari bencana gempabumi karena ketidaktahuan masyarakat terhadap gempa bumi dan cara penanggulangan gempa bumi sebelum, saat dan setelah terjadi. Rencana penanggulangan bencana penting, tetapi tidak cukup hanya dengan melibatkan diri mereka sendiri untuk memastikan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan bukan hanya melibatkan dari persiapan diri sendiri melainkan dapat melibatkan pihak lain atau lembaga lain yang terkait dengan penanggulangan bencana. Menurut (Kusumasari, 2014 : 24-27) bahwa kesiapsiagaan ini dapat diperoleh dari sosialisasi maupun pelatihan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang terkait dengan penanggulangan bencana gempa bumi. Pemahaman Kesiapsiagaan dalam hal ini sangat diperlukan oleh masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa sebagai salah satu wilayah yang dilewati oleh sabuk mediterania sehingga sebagian wilayah Jawa memiliki jalur pegunungan gunung berapi yang masih aktif dan merupakan wilayah titik terdekat yang di lewati oleh jalur lempeng tektonik dunia. Pulau Jawa juga menjadi daerah yang berpotensi besar terhadap terjadinya bencana gempa bumi. Gempa bumi merupakan salah satu bencana yang merusak, baik dalam bentuk bangunan maupun jatuhnya korban jiwa. Salah satu gempa yang pernah terjadi di Jawa dan merupakan gempa bumi yang menimbulkan korban jiwa tidak sedikit yaitu gempa bumi tektonik yang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya.

Gempa bumi yang meluluh lantahkan Yogyakarta dan sekitarnya terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 tepatnya pada jam 05.54 WIB yang berkekuatan 5,9 SR. Gempa tersebut telah meluluh lantahkan banyak tempat di wilayah DIY dan sebagian Provinsi Jawa Tengah. Gempa tersebut berpusat di koordinat 8⁰ LS dan 110⁰ BT atau sekitar 25 km ke arah barat daya dari Kota Yogyakarta. Gempa bumi ini juga tergolong perusak karena termasuk jenis gempa dangkal, yaitu hanya berkedalaman 17 km di bawah permukaan tanah. Penyebab gempa ini adalah adanya pergeseran Sesar Opak yang membentang dari pesisir pantai Bantul hingga ke Prambanan sepanjang 40 km dengan arah 30⁰NE (Northeast Timur Laut). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Geothermamics, Kyushu University yang dipimpin oleh Prof. Sachio Ehara mengenai aftershocks gempa bumi 27 Mei 2006 pusat gempa diperkirakan pada posisi 10 km sebelah timur Sesar Opak (Masroer & Fikri, 2013: 9 ). Korban tewas mencapai 5.716 jiwa dengan rincian: Kota Yogyakarta 195 jiwa, Kulon Progo 22 jiwa, Gunung Kidul 81 jiwa, Bantul 4.121 jiwa, Sleman 240 jiwa, Klaten 1.041 jiwa, Magelang 10 jiwa, Boyolali 4 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa, Purworejo 1 jiwa. Sementara korban terluka 37.927 jiwa. Dalam gempa ini merobohkan total sebanyak 156.662 bangunan rumah di wilayah Yogyakarta, dan Jawa Tengah serta merusak situs peninggalan sejarah antara lain makam raja-raja Imogiri, dan candi Prambanan dan obyek wisata kulit Manding dan obyek wisata gerabah Kasongan. (Grup konsultatif untuk Indonesia, 2006: 3-20) Gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta dan Jawa Tengah ini disebabkan karena

ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi bencana gempa bumi dan belum ada informasi mengenai perihal bencana gempa bumi. Wilayah yang paling banyak terdapat korban jiwa dan kerusakan bangunan yaitu di Kabupaten Bantul dengan korban jiwa sebanyak 4.121 jiwa dan bangunan hancur total sebanyak 46.753 bangunan. Salah satu dusun di Kabupaten Bantul yang mendapat dampak dari gempa bumi 27 Mei 2006 yaitu Dusun Potrobayan. Dusun Potrobayan merupakan dusun yang terdekat dari episentrum (pusat gempa) yaitu 200 meter dari pertemuan Sesar Opak dan Sesar Oyo. Di dusun ini di bangun prasasti sebagai monumen peringatan gempa 27 Mei 2006. Monumen ini di dirikan berada tepat diatas alur sungai opak yang melewati Dusun Protobayan. Pembangunan monumen ini berdasarkan kerjasama antara badan nasional penanggulangan bencana (BNPB), badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Universitas Pembangunan Nasional (UPN), dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. Menurut warga sekitar pembangunan monumen ini juga sebagai lambang untuk memperingati gempa bumi dan mengenang korban jiwa yang meninggal akibat dari gempa bumi 27 Mei 2006. Berdasarkan informasi dari Kepala Dusun Protobayan, terdapat korban jiwa sebanyak 13 orang dan hampir 95% bangunan rubuh total. Ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi gempa bumi tampak dari jumlah korban jiwa dan kerusakan bangunan serta sarana prasarana yang ditimbulkan akibatkan gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei di Dusun

Potrobayan. Gempa bumi merupakan salah satu bencana yang harus diwaspadai. Menurut Ardin Wido Nartyas (2013: 4) Gempa bumi menjadi pemicu bencana besar paling mematikan dalam satu dekade terakhir dan masih menjadi ancaman utama bagi jutaan orang di seluruh dunia, terutama yang tinggal di kota besar, sebuah penelitian yang di dukung PBB mengatakan bahwa hampir 60 persen dari sekitar 780 ribu orang yang tewas akibat bencana alam antara tahun 2000 hingga 2009, tewas karena gempa bumi. Adanya peristiwa gempa bumi yang sudah dialami oleh masyarakat di Dusun Potrobayan Desa Srihardono diharapkan dapat memberi pengalaman akan dampak gempa bumi yang merusak. Pengalaman gempa bumi yang sudah terjadi diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terutama kepala keluarga dalam menghadapi gempa bumi apabila gempa bumi itu terjadi kembali. Kepala keluarga berperan sebagai seorang pemimpin dalam keluarga. Kepala keluarga dapat berupa bapak ataupun ibu di dusun Potrobayan yang berada tidak jauh dari pusat gempa bumi yang terjadi 10 tahun silam. Keluarga diharapkan memiliki kemampuan untuk mengatasi gempa bumi, karena peran keluarga dalam kesiapsiagaan sangat penting alasannya. Menurut (Harahap et al, 2011: 22) kepala keluarga berperan dalam menyampaikan informasi bagi keluargannya, mengambil keputusan yang cepat dapat memengaruhi anggota keluarganya dan juga kepala keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi keluargannya, akibat pengaruhnya semua ucapan, tingkah laku dan tindakannya akan dijadikan panutan oleh keluarganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hal utama yaitu, mengetahui tingkat pemahaman kesiapsiagaan kepala keluarga dalam menghadapi bencana gempa bumi. Penelitian ini penting dan menarik

mengingat Indonesia merupakan negara yang sebagian besar daerahnya rentan dan berisiko terhadap bencana, khususnya lagi bencana gempa bumi. Kebencanaan merupakan salah satu materi kajian yang dimuat dalam pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi; ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya. Pokok bahasan dalam ilmu bumi salah satunya yaitu mengenai kebencanaan (Supardi 2011 :174). Bencana merupakan peristiwa alam yang nantinya akan menimbulkan masalah sosial lain di sekitar masyarakat. Perlunya kesiapsiagaan menghadapi bencana merupakan salah satu upaya agar dampak dari bencana dapat diminimalkan terutama bencana gempa bumi. Pemahaman kesiapsiagaan dalam hal bencana gempa bumi ini menjadi hal yang sangat penting diperhatikan bagi warga masyarakat terutama kepala keluarga yang menjadi pemimpin dalam keluarga. Pemahaman kesiapsiagaan kepala keluarga ini juga berguna untuk mengurangi risiko bencana yang di sebabkan oleh gempa bumi. Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Tingkat Pemahaman Kesiapsiagaaan Kepala Keluarga dalam menghadapi bencana gempa bumi di Dusun Potrobayan Desa Srihardono Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul. `

B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Banyaknya korban jiwa di Kabupaten Bantul sebanyak 4.121 jiwa dan bangunan hancur total sebanyak 46.753 bangunan. 2. Banyaknya kerugian yang ditimbulkan akibat germpa bumi 27 Mei 2006 berupa korban jiwa sebanyak 13 jiwa meninggal dunia dan hampir 95 % bangunan rubuh total di Dusun Potrobayan 3. Rendahnya tingkat pemahaman kesiapsiagaan kepala keluarga dalam menghadapi bencana gempa bumi C. Batasan masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang diteliti harus dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini mencakup tingkat pemahaman kesiapsiagaan kepala keluarga yang diukur melalui parameter kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi. D. Rumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka, diperoleh rumusan masalah penelitian sebagai berikut, seberapa besar tingkat pemahaman kesiapsiagaan kepala keluarga di Dusun Potrobayan dalam menghadapi bencana gempa bumi yang diukur melalui parameter kesiapsiagaan?

E. Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada, maka tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini untuk mengetahui, tingkat pemahaman kesiapsiagaan kepala keluarga di Dusun Potrobayan dalam menghadapi bencana yang diukur melalui parameter kesiapsiaagaan F. Manfaat penelitian Penelitian ini memiliki manfaat teoritis maupun praktis, yakni: 1. Manfaat teoretis a. Menambah kajian ilmu pengetahuan mengenai materi kebencanaan dalam pendidikan IPS, terutama tentang manajemen bencana b. Untuk mengimplementasikan peran Pendidikan IPS terhadap materi kebencanaan yaitu bencana gempabumi. c. Dapat menjadikan acuan bagi penelitian serupa diwaktu yang akan datang tentang kebencanaan 2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Hasil penelitian dapat berguna bagi masyarakat di Dusun Potrobayan yang letak wilayahnya berada pada daerah rawan bencana gempa bumi yaitu dalam hal pengurangan resiko bencana dan manajemen bencana

b. Bagi kepala dusun Hasil penelitian dapat berguna bagi kepala dusun Potrobayan sebagai tolak ukur untuk mengetahui sikap dan pengetahuan kesiapsiagaan warga masyarakat di dusun potrobayan dalam menghadapi bencana. c. Bagi lembaga Dapat berguna bagi pemerintah daerah maupun bagi lembaga/instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana khususnya bencana gempa bumi untuk memberikan sistem tanggap bencana yang tepat d. Bagi Jurusan Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang selanjutnya. e. Bagi calon pengajar/guru pendidikan ilmu pengetahuan sosial 1) Dapat digunakan sebagai materi tambahan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah khususnya materi bencana gempa bumi di SMP kelas VII dalam: a) Bab: Manusia, Tempat dan Lingkungan b) Sub Bab: Kondisi Alam Indonesia c) Sub-sub Bab: Kondisi Geologi Indonesia