BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

HUBUNGAN BEBAN KERJA, TINGKAT STRES DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG NAKULA RSUD SANJIWANI GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan teknologi dibidang kesehatan. Selain itu juga kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi target yang ditetapkan,hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan. Salah satu program pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nightingale pada tahun 1859 menyatakan bahwa hospital should no harm the patients

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. makna kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasabahasa

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kronis sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat, Stres kerja dijuluki

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah. factor.adapun factor yang apling dominan adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis berdasarkan

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I 1 PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dan penelitian serta mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis.

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai suatutujuan organisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

keluarga. Disamping itu perawat juga dituntut untuk mencurahkan segala pengetahuan, pikiran dan perasaannya kepada pasien selama 24 jam serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, seringkali

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif ditunjukan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan Kepmenkes No.1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah Institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama memberikan pelayanan kesehatan, tindakan medis dan diagnostik serta upaya rehabilitasi medis untuk memenuhi kebutuhan pasien. Kesembuhan pasien yang dirawat merupakan salah satu tujuan perawatan pasien di rumah sakit. Dalam rangka menunjang kesembuhan pasien peranan perawat sangat menentukan sekali dalam memberikan perawatan, disamping peranan dari petugas medis lainnya seperti dokter (Depkes RI, 2009). Menurut Depkes RI (2004 Hal yang sama juga dikemukakan mengenai perawat oleh WHO (dalam Sukardi, 2009), bahwa di beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia, perawat yang bekerja di rumah sakit mengalami peningkatan beban kerja dan masih mengalami kekurangan jumlah perawat. Hal tersebut disebabkan karena peran perawat belum didefinisikan dengan baik, ketrampilan perawat masih kurang dan kebanyakan perawat dibebani dengan tugas tugas non keperawatan. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit menurut Ilyas (2004) terdiri dari tiga yaitu keperawatan langsung, tidak langsung dan tambahan. Keperawatan langsung dihubungkan secara khusus kepada kebutuhan fisik dan psikologis pasien yang diberikan secara langsung seperti memandikan pasien, 1

membantu kebutuhan pasien dalam kegiatan di dalam ruangan, memberikan obat dan lain-lain. Keperawatan tak langsung termasuk dalam fungsi perawat namun tidak berkaitan dengan pasien itu sendiri termasuk dokumentasi asuhan keperawatan dan rekam medik serta kegiatan tambahan adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan perawat seperti makan, minum pergi ke toilet maupun menginput harga obat atau mengamprah obat (Ilyas, 2004). Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat seperti yang dikemukakan di atas sangat tergantung pada tingkat ketergantungan pasien itu sendiri. Semakin tinggi tingkat ketergantungan pasien, maka tindakan keperawatan juga akan meningkat (Ilyas, 2004). Menurut Purnawan (2004), dalam penelitiannya di Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (RSAB RI) diperoleh bahwa perawat hanya menggunakan 50% waktu kerjanya secara produktif, sehingga masih banyak tugas perawat yang belum terlaksana. Selain itu, Purnawan (2004) juga mengemukakan bahwa adanya keluhan perawat yang terlalu banyak mengerjakan beban administratiif, sehingga dilakukan penelitian tentang beban kerja perawat dengan hasil bahwa perawat ICU memiliki beban kerja yang tinggi yaitu 6-7 jam per perawat shift, namun diperoleh pula bahwa perawat ICU tersebut ternyata melakukan tindakan non perawatan dan adminitrasi non perawatan sebanyak 40% padahal perawat ICU seharusnya berkonsentrasi pada keadaan kondisi pasien. Menurut Ilyas (2004) dikemukakan bahwa hanya 53,2% waktu perawat yang benar-benar produktif digunakan untuk pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang. 2

Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu (Menteri Aparatur Negara, 2004). Perawat merupakan tenaga profesional yang memberikan asuhan keperawatan yang merupakan fungsi perawat sebagai pemberi perawatan. Selain itu, dalam memenuhi kebutuhan psikologis pasien, perawat juga harus berperan sebagai pendidik seperti pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien serta masih banyak fungsi lain yang bisa dilakukan perawat untuk meningkatkan kualitas pelayanannya kepada pasien. Dalam memenuhi peran dan fungsinya di Rumah Sakit, perawat dituntut untuk bekerja secara efektif, efisien serta memenuhi kebutuhan pasien yang komprehensif yang mencakup bio-psiko-sosial-spiritual (Gafar, 2002). Salah satu Rumah Sakit Instansi Negeri di Daerah Kabupaten Gianyar adalah RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar, Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit tipe B dan saat ini merupakan rumah sakit jejaring dari pendidikan dokter, perawat maupun bidan, sehingga rumah sakit ini memerlukan peningkatan mutu bagi sumber daya dan fasilitas dalam pengembangan pendidikan dan pelayanan. Berdasarkan hasil studi tentang beban kerja di Ruang Nakula RSUD Kabupaten Gianyar terhadap 10 orang tenaga keperawatan dengan menggunakan metode SWAT (Subjective Workload Assesment Technique) diperoleh bahwa seluruh responden memiliki nilai SWAT yang berkisar antara 45,3-69 setelah dikatergorikan terdapat 2 orang (20%) tergolong memiliki beban kerja tinggi, dan sisanya tergolong beban kerja sedang. Ruang Nakula merupakan Ruang Rawat Inap dengan kapasitas 42 tempat tidur yang memiliki BOR 100% (bulan Januari 3

Juni 2014), pada saat observasi pada tnggal 2 Januari 2014 terdapat pasien sebanak 42 orang dimana 10 orang memiiki ketergantunn total, 12 orang ketergantungan sebagian dan sisanya mandiri. Beban kerja yang tinggi ini menunjukkan bahwa perawat yang bertugas di Ruangan Nakula RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar memiliki beban pekerjaan yang berat dan jika tidak segera diatasi akan menyebabkan berbagai masalah. Perawat setiap hari terkena stress yaitu konflik dengan dokter, deskriminasi, beban kerja yang tinggi, menghadapi pasien, kematian pasien, dan keluarga pasien. Perawat dihadapkan dengan tugas yang berbeda, bekerja dengan shift terutama shift malam, kondisi kerja, situasi terkait stress, penderitaan dan kematian pasien. Stress kerja pada perawat dikaitkan dengan kepuasan kerja menurun (Blegen, 2005). Stres yang berlebihan akan berakibat buruk terhadap individu untuk berhubungan dengan lingkungannya secara normal. Akibatnya kinerja mereka menjadi buruk dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Seperti dijelaskan oleh Nimran (2004), masalah stres memiliki posisi yang sangat penting dalam kaitannya dengan produktifitaskerja karyawan. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Rozikin (2006) di mana diketahui bahwa faktor konflik peran dan stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Sementara itu, Gibson, dkk (2009) menjelaskan beberapa dampak dari stres kerja, antara lain depresi, kecelakaan kerja, rendahnya daya konsentrasi, menurunnya loyalitas, di mana hal ini dapat mengakibatkan produktivitas organisasi yang rendah. 4

Di Indonesia, menurut penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2006) terdapat 50,9% perawat mengalami stress kerja, menyatakan keluhan sering merasa pusing, kecapekan, karena beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu. Stres kerja merupakan beban kerja yang berlebihan, perasaan susah dan ketegangan emosional yang menghambat performance individu (Robbins, 2004). Beban pekerja fisik perawat meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi, mendorong peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong brankart pasien. Sedangkan beban kerja mental yang dialami perawat diantaranya, bekerja shift atau bergiliran, menyiapkan mental pasien dan keluarga pasien terutama bagi yang akan melaksanakan operasi atau dalam keadaan kritis (Iskandar, 2006). Bekerja dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien serta harus menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, beban kerja yang berlebih pada perawat dapat memacu timbulnya stress dan burnout. Perawat yang mengalami stress dan burnout memungkinkan mereka untuk tidak dapat menunjukan performa secara efektif dan efisien. Dikarenakan kemampuan fisik dan kognitif mereka menjadi berkurang (Iskandar, 2006). Menurut Swedarma (dalam Fitria, 2007) kurangnya kapasitas perawat dibandingkan jumlah pasien menyebabkan perawat akan mengalami kelelahan dalam bekerja karena kebutuhan pasien terhadap asuhan keperawatan lebih besar dari standar kemampuan perawat. Hal tersebut dibenarkan dengan hasil penelitian Jamal (dalam Miner, 1992) dan juga Ree dan 5

Cooper (dalam Suryanita, 2001) yang menyatakan bahwa perawat memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibanding dengan anggota medis lainnya. Salah satu faktor yang berhubungan secara langsung dengan kinerja perawat di Rumah Sakit adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan penilaian pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya (Robert Hoppecl dalam Anoraga, 1996). Kepuasan kerja akan didapat apabila ada kesesuaian antara harapan pekerja dengan kenyataan yang ditemui dan didapatkannya dari tempatnya bekerja. Dalam persepsi ini juga dilibatkan situasi kerja pekerja yang bersangkutan yang meliputi interaksi kerja, kondisi kerja, pengakuan, hubungan dengan atasan, dan kesempatan promosi. Selain itu di dalam persepsi ini juga tercakup kesesuaian dengan antara kemampuan dan keinginan pekerja dengan kondisi organisasi tempat mereka bekerja yang meliputi jenis pekerjaan, minat, bakat, penghasilan, dan insentif (Johan, 2006 ). Kepuasan kerja merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja kerja karyawan akan meningkat secara optimal (Johan, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara terhadap 10 orang perawat yang bertugas di Ruang Nakula RSUD Kabupaten Gianyar tentang kepuasan kerja di RSUD Sanjiwani Gianyar pada tanggal 5 Nopember 2014, hasil studi tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari gaji sebagian besar perawat 6

menyatakan puas tentang gaji yang diberikan, namun terdapat 10% yang menyatakan gaji yang diberikan tidka sesuai dengan tingkat pendidikan, dilihat dari komponen kondisi kerja, hubungan antara pribadi, pengakuan, tanggung jawab dan promosi sebagian besar perawat telah puas dengan apa yang diberikan oleh rumah sakit, namun dilihat dari indicator kebijakan perusahaan 50% perawat menyatakan kurang puas terhadap kebijakan yang diberlakukan rumah sakit dan 30% perawat menyatakan tidak puas akan pengakuan prestasi kerja yang diberikan oleh rumah sakit. Mengingat bahwa beban kerja yang sedang, dan tingkat stress yang tergolong sedang, namun kepuasan kerja yang kurang dan selain itu berdasarkan studi literature saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang beban kerja, stress kerja dan kepuasan kerja di RSUD Sanjiwani Gianyar. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan beban kerja, tingkat stress dan kepuasan kerja perawat di Ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut dengan rumusan masalah sebagai berikut : Adakah hubungan antara beban kerja dan stress kerja perawat dengan kepuasan kerja perawat di ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar tahun 2014? 7

1.3 Tujuan Penelitian Adapun penelitian dari penelitian ini adalah : 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dan stress kerja dengan kepuasan kerja perawat di ruang Nakula RSUD Kabupaten Gianyar. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : (1). Mengidentifikasi beban kerja perawat di ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar. (2). Mengidentifikasi stress kerja perawat (3). Mengidentifikasi kepuasan kerja perawat di ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar (3). Menganalisis hubungan beban kerja dengan kepuasan kerja perawat di ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar (4) Menganalisis hubungan stress kerja perawat dengan kepuasan kerja perawat Kabupaten Gianyar 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua (2) manfaat yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis. 1.4.1 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 8

(1). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi rumah sakit dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan umumnya dan keperawatan pada khususnya. (2). Dengan mengetahui komponen beban kerja yang mempengaruhi kepuasan kerja, manajemen rumah sakit dapat memberikan kontribusi dalam memperhatikan beban kerja yang pada akan dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat. 1.4.2 Manfaat teoritis Adapun manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah : (1) Sebagai bahan untuk mengembangkan konsep keperawatan yang berhubungan dengan menajemen sumber daya manusia khususnya bidang beban kerja, stress kerja dan kepuasan kerja perawat. (2) Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan beban kerja, stress kerja dan kepuasan kerja perawat. 9