BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

BAB I PENDAHULUAN. bahan makanan sayuran, 4. bahan makanan buah-buahan, 5. susu dan telur

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

I PENDAHULUAN. khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe dibuat dengan cara

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

PEMANFAATAN AMPAS DARI BERBAGAI JENIS KACANG - KACANGAN PADA PEMBUATAN TEMPE GEMBUS SKRIPSI. Disusun Oleh : SISWANTI BINTARATIH NPM.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dadih merupakan hasil olahan susu fermentasi yang berasal dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau.

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Purata Kadar Protein Tempe ( mg / ml ± SE) pada Perlakuan Variasi Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia bayi dibawah tiga tahun merupakan fase emas pertumbuhan yang harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. Winarno dan Rika (2007), menyatakan bahwa laju pertumbuhan dan perkembangan otak dimulai sejak sel telur dibuahi oleh sel sperma, kelahiran hingga usia tiga tahun. Pasca kelahiran hingga usia 6 bulan bayi disarankan untuk mengonsumsi ASI karena pertumbuhan dan perkembangan bayi yang diberikan ASI ekslusif tetap baik dan tidak mengalami defisit pertumbuhan berat badan (WHO, 2009). Energi yang dibutuhkan bayi usia 6-12 bulan sekitar 70 kal/kg BB dan energi perhari yang dibutuhkan sekitar 725 kal/hari karena pertambahan massa badan bayi dan jumlah protein meningkat menjadi 18 g/hari (AKG, 2013). Peningkatan kebutuhan nutrisi bayi berbanding terbalik dengan produksi ASI, pada 6 bulan pertama ASI yang diproduksi ibu adalah 780 ml/hari menurun menjadi 600 ml/hari pada bulan kedua (Fikawati dkk., 2015) yang diikuti dengan penurunan nilai nutrisi yang terkandung di dalam ASI setelah 2 minggu proses laktasi. Konsentrasi zat besi, tembaga dan seng akan mengalami penurunan antara minggu kedua hingga minggu kelima, konsentrasi protein juga menurun dari minggu pertama hingga bulan keenam dan kesembilan proses laktasi (Pipes, 1985) sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang mendampingi ASI sebagai makanan utamanya. 1

MP-ASI adalah makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 bulan keatas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 bulan untuk mencapai kecukupan gizi (SNI 01-7111, 2005). Ada dua bentuk MP- ASI instan yang beredar dipasaran yaitu bentuk bubuk instan dan biskuit. Penelitian ini fokus untuk pengembangan produk MP-ASI dalam bentuk bubuk instan. MP-ASI bubuk instan merupakan MP-ASI yang telah diolah sehingga dapat disajikan seketika dengan hanya menambahkan air minum atau cairan lain yang sesuai untuk bayi diatas 6 bulan atau berdasarkan indikasi medik (SNI 01-7111, 2005). Menurut SK-Menkes RI No.224 (2007), bahwa MP-ASI bubuk instan terbuat dari campuran beras dan atau beras merah, kacang hijau dan atau kacang kedelai, susu, gula, minyak nabati dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan aroma (flavor). MP-ASI bubuk instan berbentuk serbuk, serpihan, hablur dan granul yang apabila ditambah cairan akan menghasilkan bubur halus, bebas dari gumpalan, dapat disuapkan dengan sendok (SNI 01-7111,2005), bahannya tidak bersifat kamba agar lambung bayi tidak penuh dengan bahan kurang bergizi dan mudah untuk disimpan (SK Menkes RI No. 224, 2007). Pemilihan bahan penting untuk memenuhi persyaratan fisik dan kimia MP- ASI karena akan mempengaruhi nilai gizi dan organoleptik. Bahan pangan yang beragam sebaiknya digunakan dalam menyusun formulasi MP-ASI bubuk instan. Bubuk instan yang beredar dipasaran biasanya berbahan dasar beras merah atau putih sebagai sumber energi dan ayam sebagai sumber proteinnya. Sementara itu 2

ada sumber protein nabati seperti tempe kedelai yang merupakan bahan baku lokal serta sudah sangat familiar di masyarakat. Tempe lebih baik digunakan sebagai bahan baku MP-ASI jika dibandingkan dengan kedelai utuh yang banyak mengandung zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor, asam fitat, tannin, penyebab faltulensi serta komponen makro yang sulit dicerna dan diserap oleh tubuh karena masih dalam bentuk karbohidrat dan protein kompleks. Syarif dkk., (1999) menyatakan bahwa pada saat proses fermentasi oleh kapang tempe (Rhizopus sp) dihasilkan enzim protease yang mengurai protein kompleks menjadi peptida dan asam amino bebas sehingga tempe bersifat mudah dicerna dan diserap tubuh juga baik dijadikan penganan pasca diare pada bayi atau anak. Tempe juga mengandung enzim superoksida dismutase berfungsi sebagai antioksidan alami untuk menahan tubuh dari serangan radikal bebes oksigen serta mengandung vitamin B12 yang biasanya hanya ditemui pada produk berbasis hewani, senyawa fitokimia dan zat bioaktif lainnya. Shurtleff dan Aoyagi (2001), menyatakan bahwa tempe merupakan sumber protein yang murah, rata-rata tempe mengandung protein (19,5%) sedangkan ayam (21%), daging sapi (20%), telur (13%), dan susu (3%). Sejumlah penelitian hingga saat ini menunjukkan makanan berbasis tempe kedelai menawarkan manfaat gizi, kesehatan dan nilai ekonomi yang positif. Proses pembuatan MP-ASI tempe diolah menjadi tepung tempe agar memiliki distribusi partikel yang sesuai. Tepung tempe termasuk olahan tempe generasi kedua yaitu adanya perubahan bentuk fisik selama pengolahan dan 3

citarasa masih sangat melekat dengan citarasa khas tempe. Proses pengeringan pada pengolahan tepung tempe menyebabkan rasa yang sedikit pahit oleh adanya interaksi antara asam amino dengan karbohidrat sederhana serta proses pembebasan asam amino yang memiliki rasa pahit yang dipicu karena tingginya suhu pada saat pengeringan (melebihi 80 o C) (Syarif dkk., 1999). Citarasa tepung tempe yang cenderung pahit menjadikan tepung tempe harus dikomplementasikan dengan sumber bahan lainnya yang dapat menyamarkan rasa pahit. Syarif dkk. (1999) menyatakan bahwa pada pembuatan makanan bayi tepung pisang dapat dikomplementasikan dengan tepung tempe (maksimal 18%) untuk menambahkan rasa, flavor serta menyamarkan rasa pahit tempe. Pisang kepok kuning dipilih menjadi salah satu bahan baku utama dalam pembuatan MP-ASI bubuk instan karena menurut pisang kepok mengandung pati yang tinggi, asam yang rendah dan mempunyai warna yang lebih cerah dibandingkan dengan yang dibuat dari jenis pisang jenis lain sehingga cocok dijadikan tepung. Memenuhi kebutuhan nutrisi MP-ASI, tepung tempe dapat dikomplementasi dengan tepung beras merah. Beras merah merupakan sumber karbohidrat dan pembentuk tekstur dari MP-ASI bubuk instan. Komplementasi tempe dengan beras merah menguntungkan dari segi peningkatan faktor mutu gizi, menurut Muchtadi (2010), bahwa beras merah yang kaya akan antioksidan dan mengandung asam amino essensial metionin yang tinggi dan lisin yang rendah sehingga dapat digunakan untuk komplementasi protein yang ada pada tempe 4

kedelai yang miskin metionin, diharapkan dapat menaikkan daya serap protein bagi tubuh bayi. Berdasarkan penelitian Wijatniko (2013) yang membuat MP-ASI bubuk instan dengan campuran tepung mocaf, beras merah dan tempe koro putih dan penelitian Yustiani (2013) mengenai formulasi bubur instan sumber protein menggunakan komposit tepung kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) dan pati ganyong (canna edulis kerr.) bahwa MP-ASI bubuk instan rata-rata terdiri dari karbohidrat 35%, protein 45%, lemak 10% dan pemanis 10%. Bahan-bahan serta metode pengolahan MP-ASI selain berpengaruh terhadap kandungan zat gizi juga dapat mempengaruhi sifat fisik serta daya terima. Komposisi serta metode pengolahan yang tepat diharapkan akan menghasilkan MP-ASI yang bergizi tinggi dan dapat diterima oleh konsumen. Penelitian ini fokus pada pengembangan produk yang berkaitan dengan modifikasi formulasi dan proses pembuatan MP-ASI bubuk instan. Mengingat kegiatan pengembangan produk merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan nilai guna dan kebaharuan produk maka diperlukan metode yang tepat untuk mendukungnya. Value engineering (VE) merupakan metode pengembangan produk dengan penerapan yang sistematis dari sejumlah teknik untuk mengidentifikasikan fungsifungsi dari suatu produk atau jasa dengan memberi nilai terhadap masing-masing fungsi yang ada serta mengembangkan sejumlah alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi tersebut dengan biaya total minimum tanpa mengurangi penampilannya (Sharma,2012) VE digunakan untuk pengembangan produk 5

khususnya untuk produk yang belum ada dipasaran sehingga VE merupakan metode yang dipilih untuk mendukung penelitian ini mengingat MP-ASI bubuk instan dengan penambahan tepung tempe dan tepung pisang belum ada dijual dipasaran. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian teori, fakta dan data diatas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perancangan konsep formulasi produk MP-ASI bubuk instan dengan pengkayaan nutrisi asam linoleat, vitamin B12 dan kalium yang bersumber dari tepung tempe dan tepung pisang untuk bayi usia 6-24 bulan? 2. Bagaimana karakteristik produk MP-ASI bubuk instan dengan pengkayaan nutrisi asam linoleat, vitamin B12 dan kalium yang bersumber dari tepung tempe dan tepung pisang? 3. Apakah produk MP-ASI bubuk instan dengan pengkayaan nutrisi asam linoleat, vitamin B12 dan kalium yang bersumber dari tepung tempe dan tepung pisang bisa diterima bayi? 1.3 Batasan Penelitian Pada penelitian ini perlu diberikan batasan untuk menghindari kemungkinan penyimpangan pemecahan masalah dari tujuan yang akan dicapai. Batasan dalam penelitian ini adalah : 1. Tepung beras merah merupakan variabel yang tetap komposisinya sebagai bahan utama sebesar 40%. 6

2. Produk MP-ASI di uji fisik : uji seduh, waktu rehidrasi, densitas kamba. Analisis kimia : kadar air, kadar abu, protein, lemak, dan karbohidrat by difference. Analisis mutu gizi: Kadar serat pangan tidak larut (Total Dietary Fiber TDF), daya cerna protein secara enzimatis dan uji mikrobiologi angka lempeng total. 3. Pemilihan atribut mutu produk berdasarkan hasil studi literatur dan diskusi dengan praktisi kesehatan ibu dan anak. 4. Pengambilan data tingkat kepentingan atribut mutu dan preferensi konsumen yang digunakan untuk menyusun konsep formulasi produk MP-ASI dengan ibu sebagai konsumen yang mengikuti kegiatan Posyandu. 5. Bahan baku yang digunakan tempe yang berasal dari kedelai lokal varietas Grobogan, pisang kepok kuning dan beras merah. 6. Tahapan value engineering yang digunakan meliputi tahap Informasi, kreatif dan analisis. 7. Analisis performansi dengan uji mutu hedonik oleh konsumen (ibu). 8. Uji penerimaan terhadap 30 bayi usia 6-12 bulan dimana ibu menafsirkan perilaku anak pada saat anak mencicipi makanan kemudian memberikan penilaian penerimaan pada Likert 1-4 (1= sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3=suka, 4=sangat suka). 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Identifikasi atribut mutu dan karakteristik MP-ASI bubuk instan sesuai dengan keinginan konsumen. 7

2. Mendapatkan rancangan formulasi MP-ASI bubuk instan dengan pengkayaan nutrisi asam linoleat, vitamin B12 dan kalium yang bersumber dari tepung tempe dan tepung pisang. 3. Memperoleh kandungan utama gizi MP-ASI bubuk instan dengan pengkayaan nutrisi asam linoleat, vitamin B12 dan kalium yang bersumber dari tepung tempe dan tepung pisang. 4. Menganalisis tingkat penerimaan bayi terhadap produk MP-ASI bubuk instan dengan pengkayaan nutrisi asam linoleat, vitamin B12 dan kalium yang bersumber dari tepung tempe dan tepung pisang. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu : 1. Digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk kebijakan memformulasikan makanan bayi yang kaya akan nutrisi. 2. Dapat digunakan untuk mengembangkan produk-produk alternatif yang disukai oleh pengguna (user). 3. Dapat diketahui kandungan komposisi produk secara jelas. 8