BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

INTISARI. Kata kunci: model filtrasi, pasir kuarsa, zeolit, arang batok

INTISARI. Kata kunci : media filtrasi, pasir kuarsa, zeolit, arang batok

NASKAH SEMINAR. ANALISIS MODEL FILTRASI BUATAN UNTUK MENGUBAH AIR SUNGAI MENJADI AIR BERSIH (Studi Kasus Sungai Bedog Gamping Kab.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Sungai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Sungai

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur)

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan 34 Volume 8. Nomor. 2. Tahun 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. keperluaan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

4 Hasil dan Pembahasan

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. limbah yang apabila tanpa pengolahan lebih lanjut akan sangat berbahaya bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sulistyani, M.Si.

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

ANALISIS PENGOLAHAN HASIL SAMPING N₂O DENGAN KARBON AKTIF DAN SEDIMENTASI UNTUK MENURUNKAN NILAI TDS DAN TSS

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

Kajian Efektivitas Aerator dan Penambahan Kapur serta Slow Sand Filter dalam menurunkan kadar Besi air tanah.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat di bumi dan sangat penting bagi kehidupan. Suatu molekul air terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODEL UNIT PENGOLAHAN AIR ASIN DENGAN METODE FILTRASI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut (Wardhana, 2004).

BAB IV METODE PENELITIAN

tertuang dalam peraturan pemerintah no.82 tahun 2001, batas maksimum untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Transkripsi:

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, pengujian menggunakan variasi ketinggian media filtrasi 15 cm, 30 cm dan 45 cm. Parameter yang diuji yaitu DO, kekeruhan dan ph. Pada pengujian DO dilaksanakan pada tanggal 2 sampai 3 April 2016. Pada pengujian kekeruhan dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 6 April 2016. Pada pengujian ph dilaksanakan pada tanggal 28 April 2016. A. Kualitas Air Sungai Sebelum Diolah Untuk Mengetahui Kadar Kekeruhan, DO dan ph Penelitian kualitas air sungai sebelum diolah yang dilakukan di laboraturium mendapatkan hasil sebagai berikut: Sumber Air asal Tabel 5.1 Hasil pengamatan air sungai Parameter Kimia DO (mg/l) Kekeruhan (%) ph 2,25 3,8 8 Dari data hasil pengamatan air sungai yang belum diolah didapat kadar DO 2,25 mg/l, Kadar kekeruhan 3,8% dan kadar ph 8. Dari data di atas bahwa parameter nilai ph, DO dan kekeruhan tidak memenuhi syarat kualitas air bersih. 31

Kadar DO (mg/l) 32 B. Variasi Ketebalan Media Filtrasi dengan Peningkatan kadar DO, Penurunan Kadar Kekeruhan dan Kadar ph. Hasil analisis peningkatan kadar DO, penurunan kadar kekeruhan dan kadar ph sebagai berikut : 1. DO a. Peningkatan kadar DO dengan media filtrasi pasir pada ketinggian 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.2 Hasil pengujian DO menggunakan pasir kuarsa Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) DO (mg/l) 15 2,9 Pasir Kuarsa 30 3,4 45 4 4,5 4,3 4,1 3,9 3,7 3,5 3,3 2,9 2,7 2,5 2,9 3,4 y = 0,0367x + 2,3333 R² = 0,9973 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 Ketinggian Saringan (cm) 4 Gambar 5.1 Hasil pengujian kadar DO pasir Dari grafik di atas didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R²=0,9973), nilai regresi linier sebesar (y = 0,0367x + 2,3333) dan didapat ketinggian pasir 45cm. Dilihat dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media pasir kuarsa dapat meningkatkan kadar DO. Karena pasir

Kadar DO (mg/l) 33 yang sifatnya berupa butiran bebas, butiran pasir mampu menyerap dan menahan partikel dalam air. Selain itu butiran pasir juga berfungsi menyaring kotoran dan air, pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk setelah kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan ditahan dalam media porous sehingga kualitas air akan meningkat. Untuk ketinggian 15cm didapat nilai DO = 2,9 mg/l, ketinggian 30cm didapat nilai DO = 3,4 mg/l, dan ketinggian 45cm didapat nilai DO 4 mg/l. b. Peningkatan kadar DO dengan media filtrasi zeolit pada ketinggian 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.3 Hasil pengujian DO menggunakan zeolit Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) DO (mg/l) 15 Zeolit 30 3,7 45 4 4,5 4,3 4,1 3,9 3,7 3,5 3,3 2,9 2,7 2,5 3,7 y = 0,03x + 2,7 R² = 0,9643 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 Ketinggian Saringan (cm) 4 Gambar 5.2 Hasil pengujian kadar DO zeolit Dari grafik di atas didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R²=0,9643), nilai regresi linier sebesar (y = 0,03x + 2,7) dan didapat ketinggian zeolit 45cm.

Kadar DO (mg/l) 34 Dilihat dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media zeolit dapat meningkatkan kadar DO. Hal ini karena secara umum, Zeolit memiliki melekular struktur yang unik, di mana atom silikon dikelilingi oleh 4 atom oksigen sehingga membentuk semacam jaringan dengan pola yang teratur. Keberadaan atom Aluminium ini secara keseluruhan akan menyebababkan Zeolit memiliki muatan negatif. Muatan negatif inilah yang menyebabkan Zeolit mampu mengikat kation. Untuk ketinggian 15 cm didapat nilai DO = mg/l, ketinggian 30 cm didapat nilai DO = 3,7 mg/l dan ketinggian 45 cm didapat nilai DO = 4 mg/l. c. Peningkatan kadar DO dengan media filtrasi arang pada ketinggian 15cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.4 Hasil pengujian DO menggunakan arang batok Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) DO (mg/l) 15 2,7 Arang Batok 30 45 4,2 4,5 4,3 4,1 3,9 3,7 3,5 3,3 2,9 2,7 2,5 2,7 y = 0,05x + 1,8333 R² = 0,9323 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 Ketinggian Saringan (cm) 4,2 Gambar 5.3 Hasil pengujian kadar DO arang

Kadar DO ()mg/l 35 Dari grafik di atas didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R²=0,9363), nilai regresi linier sebesar (y = 0,05x + 1,8333) dan didapat ketinggian arang 42cm. Dilihat dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media arang batok dapat meningkatkan kadar DO. Hal ini karena arang batok dapat menyaring senyawa-senyawa organik berupa volatile organik, benzene, gasoline dan trihalomethan serta beberapa logam berat. Dari penelitian ini arang batok yang digunakan sebagai media filtrasi digunakan secara bergantian. Namun sebelum digunakan oleh pemakai selanjutnya dicuci terlebih dahulu dan dilakukan penjemuran. Setelah arang batok kering selanjutnya bisa digunakan oleh pemakaian selanjutnya untuk menyaring. Untuk ketinggian 15 cm didapat nilai DO = 2,7 mg/l, ketinggian 30 cm didapat nilai DO = mg/l dan ketinggian 45 cm didapat nilai DO = 4,2mg/l. 4,2 4,1 3,9 3,7 3,7 4 4 3,5 3,4 3,3 2,9 2,9 PASIR ZEOLIT ARANG 2,7 2,7 2,5 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 Ketebalan Saringan (cm) Gambar 5.4 Hasil grafik perbandingan kenaikan kadar Do dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit, dan arang batok. Dari data grafik perbandingan di atas dapat disimpulkan, nilai kadar DO mulai mengalami kenaikan pada media filtrasi pasir kuarsa 15cm, 30cm, dan 45cm didapat nilai kadar DO 2,9 mg/l, 3,4 mg/l dan 4 mg/l dengan nilai koefisien determinasi sebesar (R 2 =0,9973), nilai regresi linier sebesar (y= 0,0367x +

Kadar Lumpur (%) 36 2,3333). Media filtrasi zeolit 15cm, 30cm, dan 45cm didapat kadar DO mg/l, 3,7 mg/l, dan 4 mg/l dengan nilai koefisien determinasi sebesar (R 2 = 0,9643), nilai regresi linier sebesar (y =0,03x + 2,7). Media filtrasi arang batok 15cm, 30cm, dan 45cm didapat nilai kadar DO 2,7 mg/l, mg/l, dan 4.2 mg/l dengan nilai koefisien determinasi sebesar (R 2 = 0,9363), nilai regresi linier sebesar (y = 0,05x + 1,8333).ekeruhan a. Penurunan kadar kekeruhan dengan media filtrasi pasir pada ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm. Pasir Tabel 5.5 Hasil pengujian kekeruhan menggunakan pasir Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) Kekeruhan (%) 15 0,6 30 0,1 45 0,08 1,25 0,95 0,65 0,6 0,35 0,05 y = -0,0173x + 0,78 0,1 R² = 0,7788 0,08 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 Keinggian Saringan (cm) Gambar 5.5 Hasil pengujian kadar kekeruhan pasir. Dari grafik di atas didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R²=0,7788), dan nilai regresi linier sebesar (y = -0,0173x + 0,78). Dilihat dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media pasir kuarsa dapat menurunkan kadar kekeruhan. Karena

Kadar Lumpur (%) 37 pasir yang sifatnya berupa butiran bebas, butiran pasir mampu menyerap dan menahan partikel dalam air. Selain itu butiran pasir juga berfungsi menyaring kotoran dan air, pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk setelah kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan ditahan dalam media porous sehingga kualitas air akan meningkat. Untuk ketinggian 15 cm didapat nilai kekeruhan = 0,6 %, ketinggian 30 cm didapat nilai kekeruhan = 0.1 % dan ketinggian 45 cm didapat nilai kekeruhan = 0,08%. b. Penurunan kadar kekeruhan dengan media filtrasi zeolit pada ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.6 Hasil pengujian kekeruhan menggunakan zeolit Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) Kekeruhan (%) 15 1,5 Zeolit 30 0,35 45 0,05 2,15 1,85 1,55 1,5 1,25 0,95 0,65 0,35 0,05 y = -0,0483x + 2,0833 R² = 0,8972 0,35 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 Ketinggian Saringan (cm) 0,05 Gambar 5.6 Hasil pengujian kadar kekeruhan zeolit Dari grafik di atas didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R²=0,8972), dan nilai regresi linier sebesar (y = -0,0483x + 2,0833).

Kadar Lumpur (%) 38 Dilihat dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media zeolit dapat menurunkan kadar kekeruhan. Hal ini karena zeolit memiliki pori-pori berukuran melekuler sehingga mampu memisahkan/menyaring molekul dengan ukuran tertentu. Untuk ketinggian 15 cm didapat nilai kekeruhan = 1,5 %, ketinggian 30 cm didapat nilai kekeruhan = 0,35 % dan ketinggian 45 cm didapat nilai kekeruhan = 0,05%. c. Penurunan kadar kekeruhan dengan media filtrasi zeolit pada ketebalan 15 cm, 30 cm dan 45 cm. Tabel 5.7 Hasil pengujian kekeruhan menggunakan arang Media filtrasi Ketinggian saringan (cm) Kekeruhan (%) 15 3,5 Arang 30 1,1 45 1 3,65 3,35 3,05 2,75 2,45 2,15 1,85 1,55 1,25 0,95 0,65 0,35 0,05 3,5 1,1 y = -0,0833x + 4,3667 R² = 0,78 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 Ketinggian Saringan (cm) 1 Gambar 5.7 Hasil pengujian kadar kekeruhan arang Dari grafik di atas didapat nilai koefisien determinasi sebesar (R² = 0,78), dan nilai regresi linier sebesar (y = - 0,0833x + 4,3667).

Kadar kekeruhan (%) 39 Dilihat dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa model filtrasi menggunakan media arang batok dapat menurunkan kadar kekeruhan. Hal ini karena arang batok dapat menyaring senyawa-senyawa organik berupa volatile organik, benzene, gasoline dan trihalomethan serta beberapa logam berat. Dari penelitian ini arang batok yang digunakan sebagai media filtrasi digunakan secara bergantian. Namun sebelum digunakan oleh pemakai selanjutnya dicuci terlebih dahulu dan dilakukan penjemuran. Setelah arang batok kering selanjutnya bisa digunakan oleh pemakaian selanjutnya untuk menyaring. Untuk ketinggian 15 cm didapat nilai kekeruhan = 3,5 %, ketinggian 30 cm didapat nilai kekeruhan = 1,1 % dan ketinggian 45 cm didapat nilai kekeruhan = 1,08%. 4,05 3,65 3,25 2,85 2,45 3,5 PASIR ZEOLIT ARANG 2,05 1,5 1,65 1,1 1,25 1 0,85 0,6 0,35 0,45 0,1 0,05 0,08 0,05 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 Ketebalan Saringan (cm) Gambar 5.8 Hasil grafik perbandingan penurunan kadar kekeruhan dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit, dan arang batok. Dari data grafik perbandingan di atas dapat disimpulkan, nilai kadar kekeruhan mulai mengalami penurunan pada media filtrasi pasir kuarsa 15cm, 30cm, dan 45cm didapat nilai kadar kekeruhan 0,6%, 0,1%, dan 0,08% dengan nilai koefisien determinasi sebesar (R 2 = 0,7788), nilai regresi linier sebesar (y= -

40 0,0173x + 0,78 ). Media filtrasi zeolit 15cm, 30cm, dan 45cm didapat kadar kekeruhan 1,5%, 0,35%, dan 0,05% dengan nilai koefisien determinasi sebesar (R 2 = 0,8972), nilai regresi linier sebesar (y = -0,0483x + 2,0833). Media filtrasi arang batok 15cm, 30cm, dan 45cm didapat nilai kadar kekeruhan 3,5%, 1,1%, dan 1% dengan nilai koefisien determinasi sebesar (R 2 = 0,9363), nilai regresi linier sebesar (y = 0,05x + 1,8333). 2. ph Penelitian kadar ph yang dilakukan dilaboraturium telah mendapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5.8 Hasil pengujian ph menggunakan pasir, zeolit, dan arang Media Filtrasi Ketebalan media filtrasi ph (cm) Pasir kuarsa 45 7,5 Zeolit 45 7,5 Arang batok 42 7,5 Sumber : Hasil penelitian,2016 Dari data di atas didapat ketinggian filtrasi dengan mencari ketinggian grafik DO maka didapat ketinggian pasir 45cm, zeolit 45cm, dan arang 42cm. Setelah mendapatkan ketebalan, media filtrasi disatukan kedalam alat filtrasi yang sudah didesain dengan susunan pasir pada bagian bawah, zeolit pada bagian tengah dan arang batok pada bagian atas.maka setelah air disaring diuji ph dan didapat ph 7,5 Dari semua grafik dapat disimpulkan terjadi peningkatan efisiensi DO, efisisensi DO terbesar yaitu sebesar 4,2 mg/l, Kekeruhan mengalami penurunan paling terkecil yaitu 0,05 % dan ph didapat 7,5.

41 C. Kemampuan alat filtrasi dalam mempengaruhi kualitas air Dalam percobaan alat yang dilakukan, dapat memperoleh air bersih yang diperlukan dengan menggunakan alat uji model filtrasi buatan. Air yang di saring dalam Percobaan menggunakan air sungai yang digolongkan sebagai suspensi. Karena bersifat heterogen, terdiri dari tiga fase yaitu padat, cair, dan keruh, serta apabila didiamkan terbentuk endapan. Alat uji filtrasi buatan ini termasuk saringan pasir lambat. Saringan pasir lambat dapat digunakan untuk menyaring air keruh ataupun air kotor. Saringan pasir lambat sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada komunitas skala kecil atau skala rumah tangga. Sistem saringan pasir lambat merupakan teknologi pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air bersih dengan kualitas yang baik. Sistem saringan pasir lambat ini mempunyai keunggulan antara lain tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini merupakan kendala sering dialami pada proses pengolahan air di daerah pedesaan. Alat uji model filtrasi buatan yang dibuat memiliki beberapa komponen penyaring, berurutan dari bawah ke atas yaitu pasir, zeolit, dan arang batok kelapa. Komposisi jumlah bahan yang digunakan yakni setiap bahan menempati ruang dengan ketinggian pasir 45 cm, zeolit 45 cm, dan arang batok 42 cm, Komponen alat uji filtrasi buatan yang dibuat memang di susun berdasarkan kerapatannya. Yakni dari atas paralon, bahan berkomponen renggang dan semakin kebawah semakin padat. Hal ini dimaksudkan agar penjernih air dapat optimal dalam melakukan fungsinya. Ketika air sungai kami masukkan ke dalam alat Filtrasi, maka tidak lain dan tidak bukan air yang keluar dari alat uji model filtrasi buatan tersebut adalah air yang jauh lebih jernih dibandingkan yang semula. Hal ini dikarenakan partikelpartikel suspensi yang membuat air menjadi keruh ukurannya lebih besar dibandingkan kerapatan komponen-komponen penyaring dalam alat penjernih air sederhana.dan komponen-komponen filtrasi seperti gambar 5.1

42 Gambar 5.9 Alat filtrasi yang digunakan. Setelah menemukan variasi ketebalan filtrasi, selanjutnya alat filtrasi diuji coba untuk mengetahui seberapa mampu alat filtrasi menyaring air, dengan cara menampung air dalam botol kemudian dibandingkan dengan air hasil saringan yang pertama. Begitu seterusnya hingga air mengalami penurunan kualitas yang ditandai dengan perubahan warna air. Saat diuji coba hingga 75 liter, air masih tetap dalam kualitas baik. Alat yang digunakan untuk Filtrasi ini Tidak bisa digunakan terus menerus karena jika air yang disaring sudah berubah warna maka media filtrasi yang ada didalam alat harus diganti dengan yang baru. Alat yang digunakan ini mempunyai daya penyaringanya yaitu 75 liter setelah diuji. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat Filtrasi yang digunakan ini mempunyai daya penyaringan yaitu 75 liter. Alat yang dibuat mempunyai daya penyaringan yang baik dan Pemeliharaan (maintenance) harus secara rutin dilakukan agar alat Filtrasi ini bisa berfungsi dengan baik.