BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah tinggi juga merupakan faktor resiko penting penyakit jantung koroner. Peningkatan tekanan darah arteri dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal, penyakit jantung, pengerasan dinding arteri yang biasa disebut arterosklerosis juga terjadinya stroke. Komplikasi ini sering berakhir menjadi kerusakan atau kematian. Oleh sebab itu diagnosis dari hipertensi harus di deteksi sedini mungkin untuk menghindari berbagai komplikasi tersebut (Cunha, 2010). Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan Hipertensi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik di atas 90 mmhg (Palmer, 2007). Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal. Tekanan di atas dapat diartikan sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Palmer, 2007). Prevalensi hipertensi di dunia pada tahun 2011 menurut WHO di seluruh dunia terdapat 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengalami kejadian hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (Kusuma, 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan sebagian besar kasus hipertensi dimasyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi 1
2 diindonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol, stres dan kelebihan berat badan (obesitas), (Adib, 2009). Penyakit hipertensi ini terjadi karena salah satu akibat masalah yang sering muncul dari perubahan gaya hidup seperti mengkonsumsi makanan yang tinggi garam, stress yang dialami, obesitas. Bagi laki-laki kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol akan memacu timbulnya hipertensi. Cara untuk penanganan hipertensi yaitu dengan mengubah ke arah gaya hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengatur diet / pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak dan tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok (Palmer, 2007). Berkaitan dengan gaya hidup, maka pengetahuan, sikap dan kepatuhan menjadi faktor utama agar penyakit hipertensi ini tidak berkembang menjadi komplikasi yang lebih parah. Kepatuhan terhadap diet yang meliputi diet rendah garam, rendah kolesterol dan rendah lemak sangat diperlukan. Kepatuhan sendiri sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap penderita. Pengetahuan akan mempengaruhi kompetensi perasaan. Seseorang yang paham tentang hipertensi dan berbagai penyebabnya maka akan melakukan tindakan sebaik mungkin agar penyakitnya tidak berlanjut (Palmer, 2007). Faktor kepatuhan yang lain adalah sikap. Sikap menjadi faktor yang paling kuat, karena dengan sikap ingin sembuh dan keinginan untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat akan berpengaruh terhadap penderita untuk mengontrol diri dalam berperilaku sehat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Eka(2009) menunjukan bahwa sebagian besar penderita hipertensi mempunyai pengetahuan baik dan mengerti tentang upaya
3 mencegah kekambuhan penyakit hipertensi. Sebagian penderita mengetahui bahwa memeriksakan tekanan darah secara teratur dan menjaga pola makan yang baik akan membantu mencegah kekambuhan penyakit hipertensi namun masih ada 34 responden yang berpengetahuan kurang baik. Kurangnya pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain: 1) rendahnya tingkat pendidikan responden yang pada umumnya hanya tamatan sekolah dasar; 2) kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan setempat dan ada beberapa responden yang sudah berusia lanjut (diatas 50 tahun) dimana kemampuan responden dalam menerima informasi kesehatan agak kurang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, masyarakat yang terdata sebagai penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Gunungsitoli Selatan dari tahun ke tahun meningkat dimana pada tahun 2012 terdapat 863 kasus, dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan 30,4% dari jumlah di tahun sebelumnya dengan jumlah 1125 kasus dan penyakit hipertensi ini menjadi peringkat kedua dari 10 penyakit terbesar di di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Selatan. Kasus stroke yang terdata juga pada tahun 2012 terdapat 57 penderita stroke dan mengalami peningkatan 24,6% pada tahun 2013 dengan jumlah 71 kasus. Dari 10 keluarga yang diwawancarai didapatkan bahwa begitu rendahnya kesadaran keluarga untuk memeriksakan tekanan darahnya secara dini tanpa harus menunggu adanya gejala. Dari hasil wawancara juga didapakan bahwa anggota keluarganya yang menderita hipertensi memiliki pola makan yang tidak sehat dan kurangnya olahraga. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan dan sikap keluarga terhadap penanggulangan penyakit hipertensi pre Rumah Sakit di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Selatan Tahun 2014. 3
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut adakah hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan penanggulangan penyakit hipertensi pre Rumah Sakit di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Selatan Tahun 2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan Penanggulangan penyakit hipertensi pre rumah sakit di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Selatan Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang penanggulangan penyakit hipertensi pre rumah sakit b. Untuk mengetahui sikap keluarga dalam melakukan penanggulangan penyakit hipertensi pre rumah sakit c. Untuk mengetahui tindakan keluarga dalam melakukan tentang penanggulangan penyakit hipertensi pre rumah sakit d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga dengan penanggulangan penyakit hipertensi. e. Untuk mengetahui hubungan sikap keluarga dengan penanggulangan penyakit hipertensi. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap Keluarga tentang bagaimana tindakan yang dilakukan untuk penanggulangan penyakit hipertensi. 4
5 2. Bagi Puskesmas Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam menangani pasien yang menderita hipertensi. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menyusun tindakan yang dilakukan mencegah kejadian hipertensi pada masyarakat. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang tertarik hal-hal yang berhubungan dengan pengaruh pengetahuan dan sikap keluarga terhadap penanggulangan penyakit hipertensi. 5