Jurnal MATEMATICS PAEDAGOGIC Vol VII. No. 2, Maret 2017, hlm. 185 191 Available online at www.deacas.com/se/jurnal/index.php/jmp MENINGKATKAN HASIL BELAJAR POLA BILANGAN DENGAN MENERAPKAN MODEL REALISTIK Abdul Karim SMP Negeri 4 Tebing Tinggi, kota Tebung Tinggi e-mail: ak20121958@gmail.com Abstract The purpose of this study is to improve the results of the pattern of numbers by applying a realistic model. The subjects of this study are students of class IX-2 SMP Negeri 4 Tebing Tinggi 2015/2016 academic year with the number of 40 students. The result of this research is the improvement of students' learning outcomes. In the first cycle the average score is 60.48 with the percentage of learning mastery of 48%. On the second cycle there is an increase, the average value becomes 77.74 with the percentage of learning mastery of 93%. Can be concluded by applying realistic model can improve learning result of pattern of number in student of class IX-2 SMP Negeri 4 Tebing Tinggi year lesson 2015/2016. Keywords: realistic, number pattern Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil bejar pola bilangan dengan menerapkan model realistik. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX-2 SMP Negeri 4 Tebing Tinggi tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah 40 siswa. Hasil penelitian diperoleh terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata adalah 60,48 denga persentase ketuntasan belajar sebesar 48%. Pada siklus II terjadi peningkatan, nilai rata-rata menjadi 77,74 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 93%. Dapat disimpulkan dengan menerapkan model realistik dapat meningkatkan hasil belajar pola bilangan pada siswa kelas IX-2 SMP Negeri 4 Tebing Tinggi tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: realistik, pola bilangan Berdasarkan pengamatan terhadap siswa khusunya kelas IX SMP Negeri 4 Tebing Tinggi menganggap sampai saat ini ilmu-ilmu eksakta termasuk dalam hal ini mata pelajaran matematika masih menjadi momok. Dalam pada itu, kaitannya dengan pengalaman pembelajaran matematika tersebut, khususnya mengenai pola bilangan berdasarkan studi lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih lemah dalam bidang kemampuan, kecerdasan, ketangkasan dan penguasaannya sehingga menga- 185
lami kesulitan, dan secara berkesinambungan dapat mempengaruhi proses dari hasil belajar. Disamping itu, berdasarkan opini langsung dari para siswa mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah paling sukar sehingga kurang tertarik dan mau belajarpun juga merasa enggan. Kejadian yang muncul dari pengalaman pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung dikelas, seperti dalam membahas geometri, statistika, bilangan dan persamaan nampak kepada siswa dalam melakukan aktivitas menunjukkan kurang adanya partisipasi, kurang terlibat aktif dan lemah berinisiatif serta kurang kontributif dalam berpikir kritis. Dan kesemuanya ini dapat terjadi karena muncul pemikiran awal dari kalangan siswa yang memandang atau menganggap bahwa pelajaran matematika adalah paling sulit dan paling tidak suka. Selain itu, juga tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika masih dominan dan berorientasi tentang hasil, sedangkan kualitas proses masih kurang diperdulikan. Misalnya, dalam implementasi ini guru sering menuntut agar siswa hafal atau menguasai rumus-rumus, siswa dapat menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas dengan benar, dalam ulangan atau ujian nilainya harus bagus. Bertolak dari permasalahan diatas, tentunya sebagai refleksi pembelajaran matematika yang tengah berjalan agar kualitas proses meningkat dan berdampak pada hasil belajar lebih baik, maka dalam konteks ini guru matematika di SMP Negeri 4 Tebing Tinggi ingin menerapkan penelitian tindakan kelas dalam rangka melakukan pemecahan masalah belajar demi untuk mencipatakan kondisi dan suasana proses pembelajaran matematika yang efektif, efesien, dan lebih bermakna terutama bagi diri siswa, antara lain dengan jalan melakukan pengembangan model proses pembelajaran yang lebih inovatif dan dinamis. METODE Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini tempatnya di SMP Negeri 4 Tebing Tinggi, dengan subyek yang diteliti adalah siswa kelas IX-2 tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah 40 siswa, dimana dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pola bilangan masih mengalami hambatan belajar. Merujuk data dan fakta guru matematika (peneliti) timbul ide untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dalam rangka mengatasi berbagai kesulitan siswa terhadap pelajaran matematika tentang pola bilangan dengan cara menerapkan model atau pendekatan realistik. Adapun indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan efektivitas pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan menerapkan model realistik, yakni 85% siswa mencapai ketuntasan hasil belajar. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Pelaksanaan proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan menggunakan model realistik pada siklus I dikelas IX-2 SMP Negeri 4 Tebing Tinggi dilakukan selama I pertemuan (2 x 40 186
menit). Pelaksanaan proses pembelajaran ini pada awalnya guru memberikan LKS I (tentang kompetensi dasar menjelaskan jenis dan bentuk pola bilangan) untuk diadakan pembahasan oleh masingmasing individu secara berpasangan dan berkelompok. Hasil dari kegiatan ini telah dapat terlaksana dengan baik dan cukup lancar; partisipasi belajar siswa menunjukkan lebih aktif, serta situasi kelas juga tampak lebih menyenangkan, karena ada kebebasan dari pihak siswa untuk melakukan kegiatan belajar baik secara individual maupun dalam belajar kelompok. Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I dengan penerapan model realistik ini bagi siswa adalah merupakan hal baru, dan berdasarkan pengamatan guru terfokus pada segi kualitas individu dalam kegiatan belajar masih terdapat beberapa kelemahan yang menimbulkan hambatan belajar, antara lain: (1) terutama bagi siswa yang kemampuan bermatematika rendah menunjukkan sikap ketergantungan kepada pihak temannya; (2) dalam belajar secara berpasangan atau dalam kelompok kebanyakan masih cenderung bersifat homogen dan dikotomisasi, pilihan siswa berdasarkan jenis kelamin, dan kesetaraan tingkat intelegensi (IQ). (3) dalam interaksi timbal balik anatar individu dalam belajar kelompok atau klasikal masih rendah dari rata-rata masih didominasi oleh siswa pandai. Dalam hal ini ditunjukkan terjadi komunikasi searah dan belum ada jalinan kuat antar individu dalam memecahkan permasalahan menyangkut belajar tentang pola bilangan secara realistik. Kekurangan lain dilihat dari segi kualitas siswa dalam belajar matematika, khususnya tentang pola bilangan, antara lain: (1) secara umum siswa masih belum menguasai dan memahami konsep pola bilangan sehingga mereka banyak mengalami kesukaran dalam mengerjakan LKS 1; (2) pengalaman belajar melalui tugas mengerjakan soal-soal matematika pada LKS I pada umumnya berorientasi pada hasil akhir, dan kurang memperhatikan proses pengerjaannya sehingga hal ini menimbulkan siswa lemah dalam pemahaman konsep; dan (3) terdapat sebagian siswa memiliki kapasitas kemampuan rendah sehingga menunjukkan kepasifan dalam melakukan tugasnya. Untuk mengatasi terjadinya kekurangan siswa pada proses pembelajaran pada siklus I seperti diuraikan diatas, beberapa upaya tindakan yang dilakukan oleh guru anatara lain sebagai berikut: (1) Guru menunjukkan beberapa siswa sebagai sampel untuk mengerjakan soal-soal tentang jenis dan bentuk pola bilangan (LKS 1) di papan tulis. (2) Setelah siswa selesai mengerjakannya, guru meminta kepada siswa lain untuk melakukan pemeriksaan (kontroling) dengan memberikan pendapat atau sanggahan (pembenaran) (3) Jika masih terbukti banyak kesalahan dari hasil pekerjaan siswa, guru memberikan penjelasan mengarah ke pemahaman agar siswa dapat menemukan cara-cara praktis dalam mengerjakan soal tentang pola bilangan. (4) Setelah siswa memiliki pengetahuan, pengelaman belajar dan telah menguasai cara praktis, guru mengajak siswa untuk mengoreksi kembali hasil pekerjaannya, serta dapat meneruskan kegiatan untuk mengerjakan dan menuntaskan soal berikutnya pada LKS yang belum diselesaikan. 187
Setelah guru melakukan tindakan dalam mengatasi kesenjangan siswa dalam melakukan aktivitas belajar, maka pada kegiatan berikutnya dapat berjalan cukup memakan waktu dari alokasi yang ditetakan. Karena siswa masih banyak belum menguasai sehingga terjadi pengulangan pendalaman materi. Kemudian, hasil dari serangkain kegiatan penelitian tindakan kelas berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran siklus I dengan mengaplikasikan model realistik. Tabel 1. Hasil Belajar Siklus I Aspek Penilaian Skor Menyatakan masalah dalam konteks seharihari 1,7 Menemukan rumus dan 1,6 menghitung Menggunakan konsep 1,8 Rata-Rata Hasil Belajar 60,48 Ketuntasan Belajar 48% Berdasarkan tabel 1, maka didalam penerapan model realistik pada pembelajaran pola bilangan pada iswa kelas IX-2 SMP Negeri 4 Tebing Tinggi berjumlah 40 anak, dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Kemampuan menyatakan masalah dalam konteks sehari-hari menunjukkan skor rata-rata 1,7 (kurang). (2) Kemampuan menemukan rumus dan menghitung, berdasarkan data diatas menunjukkan skor rata-rata yaitu 1,6 (kurang). (3) Kemampuan menggunakan konsep, skor rata-rata yang dicapai adalah 1,8 (kurang). Bertolak dari hasil penenlitian, ternyata kemampuan siswa dalam belajar matematika pola bilangan dengan mengaplikasikan model realistik pada proses pembelajaran siklus I ini secara umum menunjukkan kurang. Hal ini dapat diketahui dari jumlah skor rata-rata yang dapat dicapai yaitu 1,8 (kurang). Jadi, dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan menerapkan model realistik pada siklus I dilihat dari segi kemampuan siswa dalam menyatakan masalah, kemampuan menemukan rumus dan menghitung, serta kemampuan menggunakan konsep matematika dinyatakan kurang berhasil. Selain dari hasil kegiatan praktis yang dilakukan oleh siswa berdasarkan kemampuan melakukan proses belajar tentang pola bilangan dengan model realistik seperti tersebut diatas, maka untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap penguasaan materi pembelajaran, maka pada akhir proses pembelajaran guru mengadakan pengukuran melalui evaluasi belajar dengan menggunakan alat tes guna menentukan status keberhasilan dan prestasi belajar siswa, sekaligus digunakan sebagai umpan balik bagi guru terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, sehingga dapat pula digunakan sebagai dasar perbaikan (remedial) terhadap hasil demi peningkatan proses pembelajaran berikutnya. Bertolak dari kenyataan hasil penelitian pada siklus I, karena siswa belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sebagaimana kriteria yang ditetapkan oleh Depdiknas yaitu 85% sehingga pelaksanaan pembelajaran tersebut masih perlu ditingkatkan, karena berdasarkan refleksi dan pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model realistik 188
pada siklus I terlihat masih terdapat kelemahan. Untuk memecahkan permasalahan ini, maka peneliti mengadakan upaya yang akan ditempuh untuk perbaikan dan peningkatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan mengaplikasikan model realistik pada siklus berikutnya. Didalam kegiatan merefleksi hasil penelitia ini, guru matematika sebagai peneliti akan menyusun perencaan ulang dengan mengadakan revisi dan modifikasi yang didasarkan pada hasil identifikasi terhadap kasuskasus yang menimbulkan hambatan belajar siswa, dan memang kenyataannya dalam proses pembelajaran pada siklus I ini masih banyak kekurangan yang dialami oleh siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar matematika tentang pola bilangan dengan model realistik, terutama mengenai tingkat kemampuan dalam menyatakan masalah, kemampuan menemukan rumus dan menghitung, serta kemampuan menggunakan konsep sehingga kesemua itu dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar menjadi rendah seperti yang telah dipaparkan dimuka. Siklus II Dalam proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan menggunakan model realistik pada siklus II ini sebagai tahap lanjutan dan pengulangan dari hasil refleksi pembelajaran siklus I, dimana fokus kegiatannya diarahkan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar dengan melalui penyempurnaan, revisi dan perbaikan terhadap segala kekurangan yang terjadi dari hasil pelaksanaan proses pembelajaran siklus I. Prosedur dan model pengembangan yang diterapkan dalam proses pembelajaran siklus II ini pada prinsipnya sama dengan yang diterapkan sebelumnya. Dalam proses ini penekanannya pada upaya peningkatan kualitas pelaksanaan dan penerapan model realistik, agar seluruh siswa dapat lebih berpartisipasi secara aktif dan proakif dalam melaksanakan aktivitas belajar. Begitu pula sebaliknya, guru dalam aktivitas mengajar disini lebih berperan sebagai mediator, fasilitator dan pengamat/peneliti terhadap kegiatan proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Proses pembelajaran siklus II ini dilaksanakan I pertemuan (2 x 40 menit), dengan berbagai kegiatan yang difokuskan pada aspek kinerja siswa dalam proses pembelajaran dengan mengaplikasikan model realistik. Sedangkan, tindakan yang dilakukan oleh guru terhadap kegiatan belajar siswa adalah: (1) mengorganisasikan pelaksanaan pembelajaran dikelas, baik secara individual maupun berpasangan atau berkelompok sehingga siswa dapat belajar lebih berkualita, enjoyable, dan tidak merasa bosan atau jenuh. (2) meningkatkan materi pelajaran dan menyediakan sarana kegiatan belajar untuk siswa dengan menggunakan LKS 2 tentang deret aritmatika dan deret geometri (terlampir). Hal ini dimaksudkan agar siswa memperoleh kebebasan dalam beraktivitas belajar secara mandiri, serta mengupayakan agar siswa mampu berkontribusi dan berinisiatif sehingga hasil yang dicapai dapat meningkat dan berkualitas sesuai tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam RPP. Berdasarkan pengaamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran siklus II ini, ternyata telah 189
menunjukkan kelebihan-kelebihan, diantaranya dapat diketahui dari kondisi aktivitas dan kinerja siswa dalam belajar menunjukkan peningkatan, seperti minat, motivasi dan partisipasinya jika dibanding dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I. Kemudian berdasarkan catatan waktu terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II ini telah berjalan lebih efektif dan efisien, lebih cepat/singkat dan ketetapan alokasi waktu dalam jadwal kegiatan. Faktornya, karena pelaksanaan ini merupakan pengulangan dan sisiwa telah memiliki pengalaman belajar yang diperoleh dari pembelajaran siklus sebelumnya yaitu tentang pola bilangan. Berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran ini masih juga terdapat kekurangan/kelemahan terkait dengan penerapan model realistik, antara lain menyangkut: (1) masih terdapat siswa dalam belajar menggantungkan diri kepada teman yang alin; (2) kurangnya inisiatif dari siswa untuk menemukan rumus pengerjaan pola bilangan dan (3) menggunakan konsep matematika untuk memecahkan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pada itu, untuk mengatasi kekurangan tersebut uapaya tindakan yang dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran ini adalah; 1) mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri dan berinisiatif dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan matematika bersifat menantang sesuai dengan realita dilingkungan (kontekstual) sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut siswa akan terdorong untuk praktik mengadakan penelitian/pengamatan yang lebih menarik; (2) guru memberikan tugas tambahan bagi siswa yang dipandang telah memiliki kemampuan lebih untuk menjadi moderator dalam belajar bagi siswa lain yang belum memahami konsep-konsep matematika tentang pola bilangan. (3) guru selalu memandu jalannya PBM dengan menekankan pada aktivitas belajar mandiri dri siswa. Tabel 2. Hasil Belajar Siklus II Aspek Penilaian Skor Menyatakan masalah dalam konteks seharihari 2,9 Menemukan rumus dan 3,0 menghitung Menggunakan konsep 3,2 Rata-Rata Hasil Belajar 77,74 Ketuntasan Belajar 93% Bertolak dari kenyataan hasil penelitian pada siklus II, siswa secara umum telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sebagaimana kriteria yang ditetapkan oleh Depdiknas yaitu 85%, sehingga berdasarkan refleksi dari pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model realistik pada siklus II dapat diakhiri. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat ditarik kesimpulan yaitu dalam proses pembelajaran matematika tentang pola bilangan dengan menerapkan model realistik dapat berjalan lebih efektif, praktis, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa kelas IX-2 SMP Negeri 4 Tebing Tinggi tahun pelajaran 2015/2016. 190
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2009. Dasar - dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Djamarah. S.B. 2002. Psikologi Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta. Hamalik, O. 2009. Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakaya Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada Lubis, M. S. 2012. Strategi Meningkatkan Minat Murid Belajar Dalam Bidang Matematika. Jurnal Megathematics Paedagogic. Vol II (2): 171-184 Sapta, A., 2017. Pengaruh Penggunaan Quiz Creator Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jurnal Mathematics Paedagogic, 1(1): pp.91-96. Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Slameto. 2010. Belajar dan faktor faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta Sudijono, A. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung Sudjana, N. 2004. Penelitian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT. Bumi Aksara. Supranto. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga 191