BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 28 huruf H ayat (1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum mengenai Hukum Perjanjian. Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

BAB I PENDAHULUAN. berkembanganya kerja sama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerja sama

I. PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. Buku adalah media yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

III. METODE PENELITIAN. berdasarkan logika berpikir. Metodologi artinya ilmu tentang cara melakukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

I. PENDAHULUAN. rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

NASKAH PUBLIKASI TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN COVER ASURANSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) CABANG BOYOLALI

Azas Kebebasan Berkontrak & Perjanjian Baku

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju dan terus berkembang. Kondisi demikian sangat menguntungkan

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Awal mula transpotasi darat dimulai dengan munculnya pemakaian roda yang

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB V PENUTUP. kesimpulan dari hasil penulusuran dan penelitian antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis media di Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini karena

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Klausula baku yang dipergunakan dalam praktek bisnis di masyarakat,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

BAB I PENDAHULUAN. untuk melindungi dirinya sendiri maupun keluarga dari kemungkinan kejadian

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

Dokumen Perjanjian Asuransi

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. handy talky. Tren alat komunikasi yang selalu mengalami pergeseran,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Indonesia. Pembangunan nasional indonesia bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

1KLAUSULA EKSONERASI DAN KONSUMEN Studi Tentang Kekuatan Mengikat Klausula Baku dalam Perjanjian Pengangkutan Barang di Wilayah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

TINJAUAN HUKUM KONTRAK BAKU JUAL-BELI PERUMAHAN YANG MEMUAT KLAUSULA EKSONERASI WIDHARTO ISHAK / D

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

Lex Crimen Vol. V/No. 6/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa sekarang kehidupan masyarakat semakin kompleks,

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 28 huruf H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Untuk mewujudkan hidup yang sejahtera lahir dan batin ini kadang kala manusia dihadapkan dengan banyak risiko serta keadaan-keadaan di luar batas kemampuannya. Risiko adalah segala hal yang bisa terjadi pada diri manusia yang tidak diinginkan untuk terjadi, setiap manusia memiliki risiko atas apapun yang dia lakukan, selain itu hidup manusia juga mengandung banyak risiko. 1 Risiko muncul dalam setiap kegiatan manusia, yang mengancam terhadap setiap harta benda yang dimiliki bahkan mengancam pula keselamatan jiwa dan raga seseorang. Untuk mengantisipasi terjadinya risiko tersebut, pada umumnya orang perorangan/badan hukum bekerja sama dengan suatu perusahaan yang berperan mengecilkan kerugian yang ditimbulkan oleh risiko atau mengambil alih risiko seluruhnya, perusahaan tersebut dikenal dengan perusahaan asuransi. 2011, hlm 9. 1 Tuti Rastuti, Aspek-Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,

2 Kerja sama yang dilakukan antara perusahaan asuransi dan orang perorangan/badan hukum adalah pengalihan risiko dalam bentuk membagi beban risiko baik sebagian maupun seluruhnya. Pengalihan risiko ini mengakibatkan pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi tersebut. Hal ini menjadikan perusahaan asuransi sebagai penanggung, yaitu pihak yang menanggung sebagian atau seluruh beban risiko yang terjadi, sedangkan orang perorangan/badan hukum yang mengalihkan risiko tersebut dikenal sebagai tertanggung. Penanggung yang merupakan pelaku usaha dibidang asuransi menerapkan metode yang efektif dan efisien yaitu menyediakan surat perjanjian dalam bentuk baku kepada calon tertanggung. Dikatakan bersifat baku karena, baik perjanjian maupun klausula yang terdapat di dalamnya, tidak mungkin ditawar-tawar dan tidak bisa dinegosiasikan untuk mengubah klausula-klausula yang dibuat oleh penanggung, seperti ganti kerugian dan cara penyelesaian yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam perjanjian baku juga terdapat default clauses yaitu klausula yang memberikan hak salah satu pihak yang lebih kuat kedudukannya untuk memutuskan sebelum waktunya dalam hal-hal tertentu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, hal tersebut menjadikan kelebihan/keuntungan bagi penanggung dalam melakukan perjanjian asuransi. Adapun kelebihan-kelebihan lain dari perjanjian baku khususnya dibidang asuransi bagi penanggung antara lain: 1. Efisiensi dalam penggunaan biaya, tenaga, dan waktu. 2. Praktis karena sudah tersedia naskah yang tercetak berupa formulir atau blanko yang siap diisi dan ditandatangani.

3 3. Penyelesaian cepat, karena konsumen hanya menyetujui dan/atau menandatangani perjanjian yang disodorkan kepadanya. 4. Homogenitas perjanjian yang dibuat dalam jumlah banyak. 2 Sedangkan kelemahan dari perjanjian baku adalah kurangnya kesempatan bagi tertanggung untuk bernegosiasi atau mengubah klausula-klausula dalam perjanjian, karena tidak mempunyai kekuatan menawar (bargaining power), sehingga perjanjian tersebut sangat berpotensi untuk menjadi klausula yang berat sebelah. Perjanjian yang hampir seluruh klausula-klausula dibakukan tersebut hanya menonjolkan hak-hak yang ada pada pihak penanggung. Dalam prakteknya, penanggung tidak hanya membuat perjanjian dalam bentuk baku saja, akan tetapi penanggung juga tidak segan-segan menetapkan klausula yang isinya mengurangi bahkan membebaskan diri penanggung dari tanggung jawab. Klausula ini dikenal dengan istilah klausula eksonerasi. Penerapan Klausula eksonerasi tersebut tidak hanya terdapat pada polis asuransi kebakaran saja, tetapi terdapat juga pada semua polis asuransi di Indonesia. Pada penelitian skripsi ini penulis hanya meneliti penerapan klausula eksonerasi pada asuransi kebakaran. Klausula eksonerasi tersebut dituangkan dalam polis khusus bagi asuransi kebakaran yaitu dengan menggunakan Polis Standar Kebakaran Indnesia (PSKI) yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan dengan Surat Keputusan 2 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hlm 11.

4 No.216/KMK.011/1981 tertanggal 23 april 1981. 3 Dengan adanya penambahan klausula eksonerasi yang dibakukan semakin membuat tertanggung dalam posisi yang sangat lemah, yaitu terjadi perbedaan posisi tawar antara penanggung dan tertanggung, akibatnya tertanggung memiliki kesempatan terbatas untuk menentukan isi dari perjanjian yang dibuat oleh penanggung. Untuk itu perlu adanya kajian-kajian mengenai penerapan klausula eksonerasi dalam PSKI. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai klausula eksonerasi yang tertuang dalam PSKI. Penulis tertarik melakukan penelitian tersebut yang akan penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul Analisis Penerapan Klausula Eksonerasi dalam Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI). B. Perumusan Masalah Dari uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah strukturisasi dalam Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI)? 2. Bagaimanakah peran klausula eksonerasi dalam Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI)? 3. Bagaimanakah akibat hukum penerapan klausula eksonerasi dalam Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI)? 3 Radiks Purba, Memahami Asuransi Indonesia, Cet.2, Lembaga PPM dan PT Pustaka Binaman Presindo, Jakarta, 1998, hlm 396.

5 C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk memperoleh penjelasan secara lengkap, rinci, jelas, dan sistematis mengenai: 1. Strukturisasi dari Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI) yang dijadikan acuan dalam pembuatan polis kebakaran disetiap perusahaan asuransi kebakaran di Indonesia. 2. Peran klausula eksonerasi dalam Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI) bagi para pihak. 3. Akibat hukum yang ditimbulkan dari penerapan klausula eksonerasi dalam Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI). D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan input baik secara teoritis maupun secara praktis: 1. Manfaat Teoritis Manfaat secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan hukum, khususnya dalam penerapan Hukum Perdata Ekonomi. Penelitian mengenai penerapan klausula eksonerasi dalam Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI) diharapkan dapat membantu para akademisi, para dosen dan para mahasiswa hukum. 2. Manfaat Praktis Manfaat secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum khususnya Hukum Perdata

6 Ekonomi, dan menjadi masukan bagi para pembaca, serta dapat digunakan dalam pelaku usaha sebagai refrensi dalam penerapan klausula eksonerasi dalam polis dengan baik. Hal ini diharapkan sejalan dengan penerapan klausula eksonerasi dalam Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI).