BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Publik, Debt to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di sini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung dalam perumusan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN. optimal bagi perusahaan. Kinerja manajemen dapat tercermin dalam laporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan yang merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer). Adanya pasar

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. optimal bagi perusahaan. Kinerja manajemen dapat tercermin dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

terbaik untukbersaing dengan perusahaan lain. Hal ini dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB 1 PENDAHULUAN. rangka menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dan untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai laba perusahaan (Amanza dan Rahardjo, 2012). Informasi laba

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa. perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar perusahaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat persaingan di dalam dunia bisnis memaksa. perusahaan untuk mempunyai keunggulan kompetitive untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengantindakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah


BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. mengukur kinerja manajemen adalah laba. Karena laba merupakan salah satu alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba yang sebesar-besarnya sesuai dengan pengorbanan sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal tersebut mendorong transaksi jual-beli yang dilakukan antara produsen

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang ada didalam suatu perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi,

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. iklim investasi. Emiten ramai-ramai mengalihkan portofolionya ke saham

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Teori akuntansi positif adalah teori yang memprediksi tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon kebijakan akuntansi baru yang diusulkan, Scott, (2006) dalam Noviana dan Yuyetta, (2011). Sedangkan menurut subekti (2005) menyatakan bahwa perataan laba merupakan suatu perilaku yang didasari atas asumsi dalam positive accounting theory bahwa manajemen atau agent merupakan individual yang rasional yang mementingkan kepentingannya. Atas dasar asumsi tersebut hal ini yang memotivasi pilihan manajer dalam kebijakan-kebijakan metode akuntansi tertentu. Kepentingan manajer tergantung dari nilai perusahaan yang dapat dilihat pada reaksi pasar atas saham perusahaan yang berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Watts dan Zimmerman (1986) dalam Aji dan Mita (2010) menjelaskan tiga hipotesis yang diaplikasikan untuk melakukan prediksi dalam teori akuntansi positif mengenai motivasi manajemen melakukan pengelolaan laba. Tiga hipotesis yang dijelaskan adalah sebagai berikut : a. Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis) Manajemen yang diberikan janji untuk mendapatkan bonus sehubungan dengan kinerja perusahaan khususnya terkait dengan 14

laba perusahaan yang diperolehnya akan termotivasi untuk mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi bagian dimasa mendatang, diakui menjadi laba perusahaan pada tahun berjalan. b. Hipotesis perjanjian utang (debt covenant hypothesis) Dalam melakukan perjanjian utang, perusahaan diharuskan untuk memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan oleh debitur agar dapat mengajukan pinjaman. Beberapa persyaratan tersebut adalah persyaratan atas kondisi tertentu mengenai keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat tercermin dari rasio-rasio keuangannya, kreditor memiliki persepsi bahwa perusahaan yang memiliki nilai laba yang relatif tinggi dan stabil merupakan salah satu kriteria perusahaan yang sehat. c. Hipotesis biaya politik (political cost hypothesis) Hipotesis ini menjelaskan akibat politis dari pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka semakin besar tuntutan masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Perusahaan yang berukuran besar diharapkan akan memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekitarnya dan terhadap pemenuhan atas peraturan yang diberlakukan regulator. 2. Teori Signal (Signaling Theory) Signaling teory merupakan salah satu bentuk teori yang memberikan gambaran mengenai keadaan dan tindakan manajer 15

perusahaan terhadap pemilik perusahaan maupun calon investor. Hal ini berdampak pada keberhasilan dan kegagalan manajer atau agen yang harus disampaikan kepada pemilik atau pemegang saham (Pratiwi, 2013). Tindakan yang tempuh oleh manajer tersebut tidak lepas dari keinginannya untuk memberikan kesan positif terhadap situasi perusahaan yang dikelolanya sehingga penyampaian sinyal-sinyal yang baik dan bermutu sangat diperlukan. Dalam signaling theory, kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik kepada investor dibandingkan perusahaan yang mempunyai kualitas rendah. Dengan demikian, sinyal yang akan disampaikan oleh manajer akan menjadi tolak ukur bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Perusahaan akan memberikan sinyal positif kepada para investor dengan menampilkan laporan keungan yang baik dan perusahaan mempunyai laba yang stabil, sehingga investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dengan adanya laba yang stabil akan menjadi tolak ukur bagi para investor untuk menilai kualitas perusahaan dalam mengelola modal miliknya. Jika perusahaan memiliki kualitas tinggi maka akan memberikan sinyal-sinyal yang baik kepada para investor dalam pengambilan keputusan investasi. 3. Perataan Laba 16

Tindakan perataan laba merupakan sarana yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan yang didapat dan memanipulasi variabel-variabel akuntansi atau dengan melakukan transaksi-transaksi riil, (Budiasih, 2009). Perataan laba merupakan salah satu tindakan yang dilakukan dalam memanipulasi laba yang diperoleh oleh perusahaan sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan sehingga laba yang dilaporkan terlihat lebih stabil karena investor lebih tertarik dengan perusahaan yang memiliki laba yang stabil. Perataan laba sebagai suatu cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Dapat disimpulkan bahwa praktik perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual (laba yang direalisasikan) lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal, Koch (1981) dalam Supriastuti dan Warnanti (2015). Perataan laba merupakan salah satu strategi manajemen laba yang timbul dari pelaporan keuangan sebagai akibat diizinkannya manajemen untuk memilih berbagai metode akuntansi dengan tujuan untuk : a. Mencapai keuntungan pajak. b. Memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen. 17

c. Mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi risiko. d. Menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil. e. Menjaga posisi atau kedudukan mereka dalam perusahaan. Butar dan Sudarsi (2012) menyatakan bahwa terdapat dua tipe perataan laba, yaitu : 1) Perataan alami (natural smoothing) adalah sebuah proses yang dilakukan secara langsung oleh manajemen tanpa adanya rekayasa. 2) Perataan disengaja (intentionally smoothing) adalah perataan laba yang disengaja terjadi karena adanya campur tangan dari pihak manajemen. Ada dua jenis perataan laba yang disengaja yaitu perataan laba riil dan perataan laba artifisial. Perataan laba riil merupakan tindakan manajemen dalam mengendalikan peristiwa ekonomi yang secara langsung mempengaruhi laba perusahaan dimasa yang akan datang. Perataan laba artifisial merupakan usaha yang dilakukan manajemen untuk meratakan laba dengan cara manipulasi. 4. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perataan laba (income smoothing). Di Indonesia sendiri banyak berdiri perusahaan-perusahaan, baik yang berukuran besar maupun kecil. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dinilai dari total asset yang dimiliki. Perusahaan besar terutama yang sudah go public cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan. Hal 18

tersebut berdampak pada semakin sedikit kemungkinan perusahaan tersebut menjalankan praktik perataan laba. Perhatian yang besar dari masyarakat luas menyebabkan manajemen perusahaan bersikap hati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan dengan berbagai cara antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang akan dihadapinya, (Supriastuti dan Warnanti, 2015). Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar perusahaan mendapat perhatian terkait kinerja perusahaan. Perataan laba dilakukan manajer sebagai bentuk manipulasi laba dianggap tidak memberikan informasi yang sesungguhnya terkait kinerja perusahaan sehingga perusahaan besar yang tergolong mendapat perhatian besar akan membatasi manajer dalam melakukan perataan laba maka akan dapat menjatuhkan nilai perusahaan yang dianggap tidak menyampaikan informasi sesungguhnya yang berdampak pada penilaian kinerja perusahaan (Prasetya dan Raharjo, 2013). 5. Profitabilitas Profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal 19

sendiri. Profitabilitas merupakan barometer dalam menilai sehat tidaknya perusahaan sehingga dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh para pemangku kepentingan. Tingkat profitabilitas diduga menjadi salah satu dari sekian banyak alasan manajer untuk melakukan perataan laba. Bagi pemerintah, angka profitabilitas yang tinggi tentu saja berawal dari laba yang semakin meningkat. Laba yang meningkat ini membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya pajak yang lebih besar dari sebelumnya. Namun apabila Profitabilitas menurun tentu saja laba juga menurun. Apabila laba menurun maka kinerja manajer tersebut dianggap buruk, maka memanipulasi laba mungkin akan menjadi pilihan bagi manajer agar pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi sekaligus agar kinerja manajemen tetap dianggap baik oleh pemegang saham. Macam-macam rasio profitabilitas antara lain : a. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan menggunakan rasio margin laba kotor dan margin laba bersih. b. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi, menggunakan dua pengukuran yaitu ROI (Return On Investment) dan ROA (Return On Asset) dimana ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. 20

6. Financial Leverage Financial leverage merupakan perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang, Butar dan Sudarisi, (2012). Adanya hutang maka perusahaan berkewajiban membayar secara periodik atas beban bunga dan pokok hutang. Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Semakin besar hutang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi dan investor akan semakin takut untuk menginvestasikan modalnya ke perusahaan karena risikonya tinggi. Konsep financial leverage bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan pengendalian keuangan. Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud untuk meningkatkan potensial pemegang saham. Adanya indikasi perusahaan menggunakan perataan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang dengan melihat kemampuan perusahaan untuk melunasi utangnya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin cepat pelunasan hutang semakin baik perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi diduga akan melakukan perataan laba karena perusahaan terancam default, sehingga 21

manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan (Fatmawati dan Djajanti, 2015). 7. Dividend Payout Ratio Dividend merupakan pembagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan kepada pemegang saham. Dividend dibagikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ketika seorang pemodal ingin mendapatkan dividend, maka pemodal harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama sampai diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividend. Dividend dapat diberikan dalam berbagai bentuk, yaitu dividen tunai (cash dividend), dividen saham (stock dividend), property dividend, dan liquidating dividend. Dividend payout ratio merupakan salah satu faktor yang diduga mempengaruhi tindakan perataan laba. Jika terjadi fluktuasi di dalam laba, perusahaan yang menerapkan kebijakan dividend dengan tingkat dividend payout ratio yang tinggi memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang rendah. Dengan demikian suatu perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan tindakan perataan laba. 22

B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU Fatmawati dan Djajanti (2015) yang menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan financial leverage terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba dengan koefisien negatif. Profitabilitas dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Silviani (2014) yang menguji pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, dan dividend payout ratio terhadap perataan laba pada perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Financial leverage berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba. Dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Butar dan Sudarsi (2012) yang menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional terhadap perataan laba studi empiris pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2005-2008. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hanya ukuran perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap perataan laba sedangkan profitabilitas, leverage dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap perataan laba. 23

Dewi dan Latrini (2016) yang menguji pengaruh cash holding, profitabilitas, dan reputasi auditor pada perataan laba pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Penelitian ini menyimpulkan bahwa cash holding berpengaruh positif pada perataan laba yang berarti semakin tinggi cash holding di perusahaan maka semakin tinggi perataan laba yang dilakukan. Dalam teori keagenan yang menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki free cash flow yang tinggi akan menghadapi masalah keagenan yang tinggi sehingga mengakibatkan manajer semakin termotivasi untuk melakukan tindakan opportunistic yang salah satunya yaitu perataan laba. Profitabilitas berpengaruh positif pada perataan laba, yang berarti semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi perataan laba yang dilakukan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan cenderung melakukan perataan laba agar laba berada dalam tingkat yang stabil karena laba yang berfluktuasi menunjukkan risiko yang tinggi dan membuat investor kurang tertarik untuk menanamkan modalnya. Reputasi auditor berpengaruh negatif pada perataan laba, yang berarti semakin tinggi reputasi auditor maka indikasi perusahaan melakukan perataan laba akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan Natalia (2009) yang menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage keuangan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2005. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran 24

perusahaan dan leverage keuangan berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal tersebut berarti profitabilitas tidak menjadi faktor pendorong bagi manajemen untuk melakukan praktik perataan laba. Sedangkan, ukuran perusahaan dan leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal tersebut berarti ukuran perusahaan dan leverage keuangan menjadi faktor pendorong terjadinya praktik perataan laba. Ukuran perusahaan yang lebih kecil cenderung mengalami fluktuasi laba dibandingkan perusahaan yang berukuran lebih besar sehingga manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan manajemen perusahaan yang lebih besar agar laba perusahaan yang lebih kecil terlihat lebih stabil. Selain itu, semakin tinggi leverage keuangan suatu perusahaan, maka kecenderungan manajemen perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba semakin besar. Nazira dan Ariani (2016) yang menguji pengaruh jenis industri, kepemilikan manajerial, operating profit margin, dan dividend payout ratio terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara parsial, hanya jenis industri yang tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Sedangkan kepemilikan manajerial, operating profit margin, dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap terhadap perataan laba. 25

Rasinih dan Munandar (2016) yang menguji pengaruh financial leverage dan profitabilitas terhadap income smoothing dengan kualitas audit sebagai pemoderasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam pengujian secara parsial financial leverage dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Dalam pengujian secara bersama-sama financial leverage dan profitabilitas berpengaruh terhadap income smoothing. Noviana dan Yuyetta (2011) yang menguji analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010. Penelitian ini menyimpulkan bahwa profitabilitas, nilai perusahaan, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham publik, dan risiko keuangan tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perataan laba. Dividend Payout Ratio (DPR) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kemungkinan perusahaan untuk melakukan perataan laba. Pratama (2012) yang menguji pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, struktur kepemilikan, dan dividend payout ratio terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap probabilitas perataan laba. Sedangkan profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, dan dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. 26

Dari uraian diatas, berbagai analisis faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang ditunjukan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti / Judul Variabel Hasil Fatmawati dan Djajanti (2015) pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 Butar dan Sudarsi (2012) pengaruh Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional terhadap perataan laba studi empiris pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2005-2008 Silviani (2014 ) pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, dan dividend payout ratio terhadap perataan laba pada perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012 Variabel Dependen : Praktik Perataan Laba. Variabel Independen : Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan financial leverage Variabel Dependen : Praktik Perataan Laba. Variabel Independen: Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional Variabel Dependen : Praktik Perataan Laba. Variabel Independen : Ukuran perusahaan, financial leverage, dan dividend payout ratio Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba dengan koefisien negatif. Profitabilitas dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Ukuran perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap perataan laba. Sedangkan profitabilitas, leverage dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Variabel financial leverage berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba. variabel dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap praktik perataan 27

Dewi dan Latrini (2016) pengaruh cash holding, profitabilitas, dan reputasi auditor pada perataan laba pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013 Natalia (2009) pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage keuangan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2005 Nazira dan Ariani (2016) pengaruh jenis industri, kepemilikan manajerial, operating profit margin, dan dividend payout ratio terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 Rasinih dan Munandar (2016) pengaruh financial leverage dan profitabilitas terhadap income smoothing dengan kualitas audit sebagai pemoderasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013 Variabel Dependen : Praktik Perataan Laba. Variabel Independen : cash holding, profitabilitas, dan reputasi auditor Variabel Dependen : Praktik Perataan Laba. Variabel Independen : Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage keuangan. Variabel Dependen : Praktik Perataan Laba. Variabel Independen : jenis industri, kepemilikan manajerial, operating profit margin, dan dividend payout ratio Variabel Dependen : Praktik Perataan Laba. Variabel Independen : financial leverage dan profitabilitas laba. cash holding dan profitabilitas berpengaruh positif pada perataan laba. Reputasi auditor berpengaruh negatif pada perataan laba. Ukuran perusahaan dan leverage keuangan berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. jenis industri yang tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Sedangkan kepemilikan manajerial, operating profit margin, dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap terhadap perataan laba. financial leverage berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Sedangkan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. 28

Noviana dan Yuyetta (2011) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010 Pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, struktur kepemilikan, dan dividend payout ratio terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009. Variabel Dependen : Praktik Perataan Laba. Variabel Independen : Profitabilitas, nilai perusahaan, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham publik, Risiko keuangan, dan Dividend Payout Ratio Praktik Perataan Laba. Variabel Independen : Profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, kepemilikan manajerial, dan dividend payout ratio Risiko keuangan dan dividend payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Sedangkan profitabilitas, nilai perusahaan, kepemilikan saham manajerial, dan kepemilikan saham publik berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap probabilitas perataan laba. Sedangkan profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, dan dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. C. KERANGKA PEMIKIRAN Watts dan Zimmerman (1986) dalam Aji dan Mita (2010) menjelaskan tiga hipotesis yang diaplikasikan untuk melakukan prediksi dalam teori akuntansi positif mengenai motivasi manajemen melakukan pengelolaan laba. Tiga hipotesis yang dijelaskan adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis) Manajemen yang diberikan janji untuk mendapatkan bonus sehubungan dengan kinerja perusahaan khususnya terkait dengan laba 29

perusahaan yang diperolehnya akan termotivasi untuk mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi bagian dimasa mendatang, diakui menjadi laba perusahaan pada tahun berjalan. 2. Hipotesis perjanjian utang (debt covenant hypothesis) Dalam melakukan perjanjian utang, perusahaan diharuskan untuk memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan oleh debitur agar dapat mengajukan pinjaman. Beberapa persyaratan tersebut adalah persyaratan atas kondisi tertentu mengenai keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat tercermin dari rasio-rasio keuangannya, kreditor memiliki persepsi bahwa perusahaan yang memiliki nilai laba yang relatif tinggi dan stabil merupakan salah satu kriteria perusahaan yang sehat. 3. Hipotesis biaya politik (political cost hypothesis) Hipotesis ini menjelaskan akibat politis dari pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka semakin besar tuntutan masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Perusahaan yang berukuran besar diharapkan akan memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekitarnya dan terhadap pemenuhan atas peraturan yang diberlakukan regulator. Sedangkan dalam signaling theory kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik kepada investor dibandingkan perusahaan yang mempunyai kualitas rendah. Dengan demikian, 30

sinyal yang akan disampaikan oleh manajer akan menjadi tolak ukur bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Dimana pengambilan keputusan akan berpengaruh pada petumbuhan profitabilitas, financial leverage, dan dividend payout ratio. Dimana variabel profitabilitas, semakin meningkatnya profitabilitas perusahaan maka semakin besar manajer perusahaan melakukan praktik perataan laba untuk menjaga kestabilan perusahaan dalam suatu pengambilan keputusan. Variabel financial leverage, semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi, akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung melakukan perataan laba. Sedangkan pada variabel dividend payout ratio, semakin tinggi dividend maka rasio dividend payout ratio akan semakin tinggi, hal tersebut disebabkan karena pembagian dividend tergantung pada laba yang diperoleh perusahaan, sehingga semakin tinggi laba suatu perusahaan maka perusahaan akan melakukan praktik perataan laba (Noviana dan Yuyyetta, 2012). Dari landasan teori diatas, maka dapat dirumuskan model penelitian sebagai berikut : 31

2.2 Model Penelitian Ukuran Perusahaan ( X1 ) H1 (+) Profitabilitas ( X2 ) Financial Leverage ( X3) Dividend Payout Ratio ( X4) H2(+) H3(+) H4(+) Praktik Perataan Laba (Y) D. HIPOTESIS Dari penjelasan variabel-variabel diatas, dapat diuraikan hubungan antara variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan dividend payout ratio terhadap praktik perataan laba. Perumusan Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Terdapat berbagai proksi yang dapat digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan yaitu jumlah karyawan, total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm). 32

Menurut Nurhayati, (2013) perusahaan besar mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba jika dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena merupakan subyek yang diamati oleh publik dan pemerintah terhadap perusahaan tersebut semakin besar karena biaya tersebut dianggap sesuai dengan kemampuan perusahaan. Oleh karena itu, untuk meminimalkan biaya tersebut maka perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba dengan menunda laba saat ini ke periode yang akan datang. Menurut Kustono (2009) total aktiva merupakan proksi yang paling tepat untuk mengukur ukuran perusahaan. Nilai total aktiva mencerminkan harta atau kekayaan perusahaan. Dengan demikan dapat diasumsikan bahwa semakin besar nilai total aktiva, semakin besar pula ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan berusaha keras untuk tetap meningkatkan nilai aktivanya. Perusahaan yang besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang drastis, jika nilai aktiva perusahaan menurun maka laba pun ikut menurun dan hal ini akan memberikan dampak buruk bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan melakukan praktik perataan laba agar kondisi laba yang dihasilkan oleh aktiva perusahaan terlihat stabil. Menurut Butar dan Sudarsi (2012) yang menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional terhadap perataan laba studi empiris pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2005-2008. Penelitian ini menyimpulkan 33

bahwa hanya ukuran perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap perataan laba. Sedangkan profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis pertama yang diajukan adalah sebagai berikut: H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. 2. Pengaruh profitabilitas terhadap praktik perataan laba Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan perhatian investor dalam menilai kinerja manajemen dan investor menggunakan informasi tersebut sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan investasi. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolok ukur bagaimana perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh return yang memadai dibanding dengan risikonya. Menurut Rizky, (2011) perusahaan cenderung meminimalisasi income saat memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan memberikan keyakinan bagi investor bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dan juga dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan investasi kedepannya. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, akan mendorong 34

manajemen untuk melakukan perataan laba. Perataan laba dilakukan agar perusahaan terlihat lebih stabil, laba yang stabil diharapkan dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik. Dewi dan Latrini (2016) yang menguji pengaruh cash holding, profitabilitas, dan reputasi auditor pada perataan laba pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Penelitian ini menyimpulkan bahwa cash holding berpengaruh positif pada perataan laba yang berarti semakin tinggi cash holding di perusahaan maka semakin tinggi perataan laba yang dilakukan. Profitabilitas berpengaruh positif pada perataan laba, yang berarti semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi perataan laba yang dilakukan. Reputasi auditor berpengaruh negatif pada perataan laba, yang berarti semakin tinggi reputasi auditor maka indikasi perusahaan melakukan perataan laba akan semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut: H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. 3. Pengaruh financial leverage terhadap praktik perataan laba Financial leverage merupakan perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang, Butar dan Sudarsi, (2012). Adanya hutang maka perusahaan berkewajiban membayar secara periodik atas beban bunga dan 35

pokok hutang. Semakin besar hutang perusahaan maka semakin besar pula resiko yang dihadapai investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi dan investor akan semakin takut untuk menginvestasikan modalnya ke perusahaan karena risikonya tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung melakukan perataan laba. Meskipun perusahaan memiliki hutang yang besar akan bisa diterima oleh investor jika memiliki laba yang stabil dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki laba yang tidak stabil, karena dengan peningkatan hutang yang diikuti dengan stabilnya laba maka perusahaan dianggap baik dalam mengelola hutangnya dan dalam meningkatkan asetnya sehingga tidak merugikan baik dari investor maupun kreditor. Fatmawati dan Djajanti (2015) yang menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan financial leverage terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba dengan koefisien negatif. Profitabilitas dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis ketiga yang diajukan adalah sebagai berikut: H3: Financial leverage berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. 36

4. Pengaruh dividend payout ratio terhadap praktik perataan laba Dividend payout ratio adalah persentase pendapatan atau laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai kas dividend. Besar kecilnya laba akan mempengaruhi besar kecilnya dividend yang akan dibagikan pada para pemegang saham. Besarnya pembayaran dividend ditentukan dari laba yang diperoleh. Jika terjadi fluktuasi di dalam laba, perusahaan yang menerapkan kebijakan dividend dengan tingkat dividend payout ratio yang tinggi memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan tingkat dividend payout ratio yang rendah. Kebijakan dividend menggunakan dividend payout ratio (DPR) sangat mempengaruhi perilaku perataan laba. Semakin tinggi dividend maka rasio dividend payout ratio akan semakin tinggi, hal tersebut disebabkan karena dividend tergantung pada laba yang diperoleh, sehingga semakin tinggi laba suatu perusahaan maka perusahaan akan melakukan praktik perataan laba (Noviana dan Yuyetta, 2012). Silviani (2014) yang menguji pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, dan dividend payout ratio terhadap perataan laba pada perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Financial leverage berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba. Dividend payout ratio 37

berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis keempat yang diajukan adalah sebagai berikut : H4 : Dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. 38