terbaik untukbersaing dengan perusahaan lain. Hal ini dilakukan dengan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini makin banyak perusahaan yang bersaing dalam dunia bisnis, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, khususnya perusahaan yang go public. Manajemen perusahaanberusaha untuk selalu menampilkan performa yang terbaik untukbersaing dengan perusahaan lain. Hal ini dilakukan dengan harapanmampu mempengaruhi minat para calon investor untuk menginvestasikan sahamnya di perusahaan mereka. Salah satu media untuk menampilkan kinerja dan performa perusahaan yang baik adalah melalui laporan keuangan, terutama pada labanya. Para investor akan merasa tertarik dengan laba yang besar dan selalu stabil. Hal itulah yang menyebabkan para manajemen perusahaan melakukan perataan laba untuk meratakan fluktuasi laba perusahaan tersebut. Kinerja manajemen tercermin dari laporan keuangan suatu perusahaan. Subekti (2005) menyebutkan laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Tujuan pelaporan adalah untuk menyediakan informasi melalui media laporan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan laporan keuangan (Rosita, 2008). SFAC No.1 menyebutkan bahwa pada umumnya informasi laba memberikan indikasi yang lebih baik tentang kemampuan entitas tersebut 1

2 sekarang dan seterusnya untuk menghasilkan arus kas yang menguntungkan dari pada informasi yang terbatas pada pengaruh keuangan dari penerimaan dan pembayaran kas (Astika, 2011:122). Pentingnya informasi laba ini menyebabkan manajemen perusahaan cenderung melakukan disfungsional behavior (perilaku tidak semestinya), yaitu dengan melakukan tindakan perataan laba untuk mengatasi berbagai konflik yang timbul antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Disfungsional behavior yang terjadi dipengaruhi oleh adanya assimetris information dalam konsep teori konflik keagenan. Konflik keagenan akan muncul apabila tiap-tiap pihak, baik principal maupun agent mempunyai perbedaan kepentingan dan ingin memperjuangkan kepentingan masing-masing (Budiasih, 2009). Ketika manajer memiliki informasi mengenai perusahaan yang relatif lebih lengkap dan lebih cepat daripada pihak eksternal, manajer tersebut dapat mempergunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi laporan keuangan sebagai upaya untuk meningkatkan kompensasinya. Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu cara manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) sebagai upaya memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi perusahaan selama beberapa periode. Perataan laba bertujuan untuk memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar perusahaanseperti investor, kreditor, dan pemerintah serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis dan menunjukkan bahwa perusahaan memilki resiko yang rendah. 2

3 Menurut Koch (1981) income smoothing adalah suatu sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan pelaporan laba relatif terhadap beberapa urut-urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu (artificial smoothing) atau transaksi riil (real smoothing). Li dan Richie (2009) mengatakan bahwaperataan laba telah ada selama beberapa dekade dan umumnya ada dua aliran pemikiran mengenai apa yang memotivasi manajer untuk melakukan perataan. Pertama, perataan menyajikan sarana yang efisien bagi manajer untuk mengungkapkan informasi pribadi. Kedua, perataan mewakili garbling, yaitu perataan adalah praktek yang dilakukan manajer dalam upaya untuk membodohi analis dan orang lain serta untuk meningkatkan kompensasi manajerial. Perataan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan diharapkan dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian kinerja manajer. Motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan dengan pihak luar perusahaan. Juniarti dan Carolina (2005) menyatakan bahwa tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya didasarkan atas berbagai alasan, yaitu mencapai keuntungan pajak, untuk memberikan kesan baik kepada pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen, mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi resiko sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar, untuk menghasilkan profit yang stabil, dan untuk menjaga posisi mereka dalam perusahaan.dengan perataan laba manajer mungkin dapat mengurangi 3

4 berbagai tuntutan perusahaan tentang proses volatilitas laba yang mendasarinya, yang akan menurunkan penilaian mereka tentang kemungkinan terjadinya kebangkrutan (Trueman dan Titman, 1988). Namun tindakan perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai laba menjadi menyesatkan, karena akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, terutama investor yang akan memperoleh informasi tidak akurat mengenai laba. Tindakan perataan laba juga mengakibatkan pengungkapan dalam laporan keuangan menjadi tidak memadai. Perataan laba dalam laporan keuangan merupakan hal biasa dan dianggap masuk akal. Tindakan ini tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa laba adalah sesuatu yang paling dipertimbangkan oleh investor untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi atau tidak. Oleh karena itu, manajer berusaha memberikan informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan kualitas manajemen di mata investor, sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perataan laba (Budiasih, 2009). Pada beberapa penelitian sebelumnya, ada yang meneliti praktik perataan laba pada perbankan dan perusahaan manufaktur, namun yang paling sering digunakan adalah perusahaan manufaktur. Hal ini dikarenakan industri manufaktur cenderung melakukan perataan laba dibandingkan dengan jenis industri lainnya.menurut Heizer, dkk (2005) dalam Aria (2010), manufaktur 4

5 berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang. Manufaktur juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan memproses pengolahan input menjadi output. Dalam pengertiannya yang lebih luas, manufaktur diartikan sebagai sebuah proses dalam pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Proses ini meliputi: (1) perancangan produk, (2) pemilihan material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat. Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktivitas yang diperlukan (Anonim, 2012). Penelitian Moses (1987) menunjukkan bahwa perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki dorongan lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba daripada perusahaan kecil karena perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan. Perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis yang akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya, penurunan laba yang drastis akan merusak citra perusahaan. Selanjutnya, apabila ditinjau dari bonus plan, manajer perusahaan dengan bonus plan cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini (Masodah, 2007). Alasannya adalah tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan presentase nilai bonus jika tidak ada penyesuaian untuk metode yang dipilih. Dengan demikian bonus plan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya laba sehingga manajemen cenderung melakukan perataan laba. 5

6 Perataan laba juga dipengaruhi oleh reputasi auditor, yaitu penilaian terhadap kualitas auditor dalam memberikan assurance service yang dibutuhkan oleh principal. Soselisa (2008) menyatakan kualitas audit yang lebih tinggi dari suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) memperbesar resiko terungkapnya keuangan akuntansi. Hal ini menimbulkan suatu dugaan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi laba akan menghindari penggunaan jasa audit dari KAP yang memiliki reputasi. Dividend payout ratio juga mempengaruhi perataan laba. Dividend payout ratio dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham. Besar kecilnya dividen tergantung oleh besar kecilnya laba yang diperoleh sehingga perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba (Sartono dalam Budiasih, 2009). Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan publik yang listing di Bursa Efek Indonesia telah banyak dilakukan, diantaranya Budiasih (2009), Masodah (2007), Juniarti dan Carolina (2005), serta Suwito dan Herawaty (2005). Variabel-variabel yang pernah diteliti untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perataan laba diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, bonus plan, reputasi auditor dan dividend payout ratio. Meskipun beberapa peneliti sebelumnya telah meneliti variabel yang sama dengan peneliti lainnya, namun hasil penelitian antara yang satu dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian mengenai perataan laba ini masih menarik untuk diteliti kembali. Berdasarkan 6

7 latar belakang diatas, maka yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode ? 2) Apakahbonus planberpengaruh pada perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode ? 3) Apakahreputasi auditor berpengaruh pada perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode ? 4) Apakahdividend payout ratioberpengaruh pada perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode ? 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan pokok permasalahan, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan pada perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

8 2) Untuk mengetahui pengaruh bonus planpada perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode ) Untuk mengetahui pengaruh reputasi auditor pada perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode ) Untuk mengetahui pengaruh dividend payout ratiopada perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman mengenai ukuran perusahaan, bonus plan, reputasi auditor dan dividend payout ratio serta pengaruhnya pada perataan laba. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah daftar pustaka di lingkungan akademis sehingga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi investor atau calon investor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. 8

9 1.3 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, maka penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab secara terinci dan sistematis. Sistematika dari masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan, kegunaan dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka Pada bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang dapat dipakai sebagai dasar acuan penelitian, pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan skripsi ini, serta rumusan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. 9

10 Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai karakteristik sampel, deskripsi hasil penelitian, hasil pengujian atas uji regresi logistik serta pembahasan hasil penelitian berdasarkan teknik analisis yang digunakan. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 10