BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu cara dalam mensejahterakan hidup manusia pada suatu daerah tertentu dan ekonomi diterapkan sebagai bentuk pengurusan terhadap sumber daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional pembangunan Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni: Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Ilmu ekonomi merupakan suatu ilmu yang mempelajari perilaku individu atau masyarakat dalam mengalokasikan berbagai sumber daya yang terbatas atau langka yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, sumber daya energi, sumber daya lingkungan, dan sumber daya teknologi untuk kesehjateraan hidup manusia (Laily & Pristyadi, 2013). Dalam proses pembangunan ekonomi tidak dapat terlepas dari arahan, guna mengusahakan agar pendapatan masyarakat dapat tercapai secara optimal dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari pembangunan ekonomi tersebut, maka pembangunan harus didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber, kelembangaan, dan sumber daya fisik yang ada. Oleh sebab itu, pemerintah daerah beserta partisispasi masyarakat
harus mampu menaksir potensi sumber daya yang paling diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa pajak daerah merupakan salah satu pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah serta untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Upaya meningkatkan kemandirian pembiayaan didaerah perlu dilakukan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah, antara lain dengan optimalisasi penggalian dan ada dari sumber-sumber pendapatan daerah. Retribusi daerah sebagai salah satu bagian dalam pembentukan PAD merupakan komponen yang berpotensi untuk dioptimalkan.undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 mengatur upaya penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut yang antara lain dilakukan dengan peningkatan penerimaan pemungutan, penyempurnaan, dan penambahan jenis retribusi serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan, khususnya retribusi. Retribusi adalah pungutan yang dikenakan pemerintah daerah dan melalui retribusi yang diterima pemerintah dapat membantu melaksanakan pembangunan di Kota Kupang. Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penerimaan retribusi daerah tersebut dan beberapa sektor pariwisata yang menonjol di Kota Kupang adalah Lasiana dan gua monyet yang merupakan objek wisata yang paling sering dikunjungi masyarakat dan juga memberikan kontribusi yang besar terhadap penerimaan pemerintah
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 :14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan berbelanja, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan pasar barang dan jasa. Selanjutnya wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain (Spillane, 1994 : 20).
Sejalan dengan hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (1984) menjadi delapan kelompok besar, yaitu dampak terhadap penerimaan devisa, dampak terhadap pendapatan masyarakat, dampak terhadap kesempatan kerja, dampak terhadap harga-harga, dampak terhadap distribusi masyarakat atau keuntungan, dampak terhadap kepemilikan dan control, dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan dampak terhadap pendapatan pemerintah. Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan berkembang dengan baik. Dengan demikian pariwisata merupakan salah indikator untuk mengetahui dampaknya pada perekonomian daerah dan juga sebagai salah satu faktor penentu tingginya tingkat perekonomian daerah yaitu melalui berkembangnya pendapatan obyek wisata yang diterima dari daerah tersebut. Total target dan realisasi penerimaan retribusi obyek wisata di Kota Kupang selama tahun 2012-2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.1 Target dan Realisasi Retribusi Obyek wisata di Kota Kupang Tahun 2012-2014 Kawasan Wisata Pantai Lasiana dan Gua Tahun Monyet (Rp) Target Realisasi 2012 25.240.000 192.380.000 2013 25.240.000 182.010.000 2014 41.600.000 54.187.000 Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi NTT, 2015 Dari tabel di atas terlihat bahwa selama periode tahun 2012 2014, target penerimaan retribusi obyek wisata yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Kupang mengalami peningkatan dari Rp 25.240.000 menjadi 41.600.000, atau meningkat sebesar 64.81%. Namun berbanding terbalik dengan target yang ditetapkan, realisasi penerimaan retribusi
obyek wisata menurun dati tahun 2012-2014. Realisasi penerimaan obyek wisata tahun 2012 adalah sebesar Rp 192.380.000, menurun menjadi 54.187.000 atau menurun sebesar 71.83 % pada tahun 2014. Berdasarkan paparan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul: Analisis Penerimaan Retribusi Obyek Wisata di Kota Kupang. 1.2. Rumusan Masalah 1. Seberapa besar pertumbuhan dan efektivitas retribusi obyek wisata di Kota Kupang? 2. Faktor apa saja yang menentukan penerimaan retribusi obyek wisata di Kota Kupang? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan dan efektivitas retribusi obyek wisata di Kota Kupang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi di Kota Kupang 1.4. Manfaat Penilitian Manfaat dari penelitian ini terdiri dari : 1. Bagi para pengambil kebijakan terutama pemerintah Kota Kupang diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna di dalam pengambilan kebijakan mengenai retribusi daerah sehingga dapat berjalan efektif kedepannya. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi untuk peneliti berikut.