BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Camat Tualang Kabupaten Siak Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang terdiri atas latar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, perkembangan sektor publik dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan masyarakat, tidak dipergunakan untuk kepentingan masingmasing

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

BAB 1 PENDAHULUAN. agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB I PENDAHULUAN. gencarnya tuntutan publik akan pelaksanaan pemerintah yang baik good. gevernance dan membawa implikasi pada reorientasi manajemen

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran publik

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian tertentu dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Sehingga organisasi sektor publik berusaha memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB 5 PENUTUP. Kabupaten Pasuruan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan menyajikan LAKIP sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas berada pada ilmu sosial yang menyangkut berbagai cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

L A P O R A N K I N E R J A

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

L A P O R A N K I N E R J A

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks. Kesejahteraan masyarakat tidak hanya berupa kesejahteraan fisik yang bersifat material saja, namun termasuk kesejahteraan nonfisik yang lebih bersifat immaterial. Hubungan antara pemerintah dan masyarakat merupakan sebuah hubungan pertanggungjawaban, dalam hal ini pemerintah sebagai agen mempertanggungjawabkan aktivitas dan kinerjanya kepada masyarakat yang telah memberikan dana kepada pemerintah. Pertanggungjawaban kepada masyarakat ini disebut akuntabilitas publik, (Mahmudi, 2010). Mahmudi (2010: 9) mengatakan untuk meminimalkan dan mengantisipasi timbulnya pemerintah yang menyimpang diperlukan suatu sistem akuntabilitas publik. Mahmudi sendiri mendefinisikan akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penekanan utama akuntabilitas publik adalah pemberian informasi kepada publik dan konstituen lainnya yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholder). Akuntabilitas publik juga terkait dengan kewajiban untuk menjelaskan dan

2 menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah, sedang, dan direncanakan akan dilakukan organisasi sektor pubulik. Akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja keuangan pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan informasi dan pengungkapan tersebut, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus mau dan mampu menjadi subyek pemberi informasi atas aktivitas dan kinerja keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, konsisten dan dapat dipercaya. Pemberian informasi dan pengungkapan kinerja keuangan ini adalah dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat, yaitu hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk diperhatikan aspirasi dan pendapatnya, hak diberi penjelasan, dan hak menuntut pertanggungjawaban, (Herawaty, 2011). PP 105 tahun 2000 dan PP 108 tahun 2000 telah menyatakan mengenai penyusunan APBD berdasarkan kinerja dan pertanggungjawaban APBD untuk penilaian kinerja berdasarkan tolak ukur renstra. Demikian pula Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, yang mencerminkan adanya kemauan politik pemerintah untuk segera memberbaiki infra struktur sehingga dapat diciptakan pemerintah yang baik. Penilaian kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntablitas kinerja publik. Penilaian kinerja menunjukan seberapa besar kinerja manajerial dapat dicapai, seberapa bagus kinerja

3 finansial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Kinerja tersebut harus diukur dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja. Pelaporan informasi kinerja tersebut sangat penting baik bagi pihak internal maupun eksternal. Bagi pihak internal, pimpinan membutuhkan laporan kinerja dari stafnya untuk meningkatkan akuntabilitas manajerial dan akuntabilitas kinerja, bagi pihak eksternal, informasi kinerja tersebut digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi, menilai tingkat transparansi dan akuntabilitas, (Mahmudi, 2010: 16). Pengendalian sistem pertanggungjawaban kinerja yang tepat, jelas, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan merupakan syarat penting penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) sebagai tuntutan reformasi birokrasi. Sebagai wujud pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah, serta mengetahui dengan persis keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan maka setiap instansi pemerintah wajib menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP). Secara umum, LAKIP merupakan dokumen pertanggungjawaban kinerja suatu instansi atas rencana strategis maupun rencana tahunan yang telah disusun oleh suatu instansi pemerintah, baik kementerian/lembaga maupun satuan kerja perangkat daerah. Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan pertanggungjawaban kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

4 keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran periodik. Ruang lingkup pertanggungjawaban meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan tanggugjawab atas pemberian mandat atau amanah kepada seorang pejabat publik berbagai sumber daya yang digunakan untuk mencapai misinya (Ulum, 2008: 48). Menurut Herawaty (2011) dalam penelitiannya mengatakan untuk menghadapi akuntabilitas tersebut, pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain pengendalian anggaran, pengendalian akuntansi, efektivitas pelaksanaan anggaran dan sistem pelaporan. Nuraini (2011) berpendapat bahwa pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak lepas dari anggaran pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2002), yang menyatakan bahwa wujud dari penyelenggara otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil, dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber daya tersebut baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat. Mardiasmo (2004: 176), salah satu aspek pemerintah daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. anggaran daerah memainkan peranan yang sangat penting dalam mendukung siklus perencanaan strategi daerah. Anggaran

5 daerah merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk mencapai visi daerah dengan cara-cara yang benar. Karenanya, bila kualitas anggaran rendah, maka kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah daerah juga cenderung melemah. Penganggaran dalam organsiasi pemerintah, khususnya pemda merupakan tahapan aktivitas yang mempunyai arti dan peran penting dalam siklus perencanaan dan pengendalian. Mardiasmo (2004: 181) mengatakan peengendalian anggaran sebagai alat untuk mengukur efisiensi dan efektivitas suatu organisasi, yang menunjukan hubungan input dan output. Pengendalian anggaran dilakukan dengan cara membandingkan antara anggaran dengan realisasinya. Dalam pengeluaran daerah pengendalian dimaksudkan untuk memastikan apakah jumlah realisasi pengeluaran aau belanja tidak melebihi dari jumlah yang dianggarkan selain itu pengendalian anggaran dimaksud untuk melihat tingkat kegiatan yang direncanakan dapat dicapai. Anggaran sebagai instrumen pengendalian anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu anggaran digunakan untuk memberi informasi serta meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekerja secara efisien tanpa ada korupsi dan pemborosan (Ulum, 2008: 103).

6 Anggaran sebagai alat pengendalian, memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluran pemerintah agar pembelanjaan yang dapat dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan atau membatasi kekuasaan eksekutif, (Mardiasmo, 2005: 65). Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa pengendalian anggaran sektor publik dapat menciptakan akuntabilitas kinerja sektor publik. Sebagaimana dikatakan oleh Mardiasmo (2005: 121) pengendalian anggaran sebagai alat utuk mengukur dan menilai prestasi kerja pemerintah, sebagai alat untuk mengukur kinerja, anggaran sangat penting untuk menilai akuntabilitas kinerja suatu organsasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Abdullah (2005), anggaran daerah harus bisa menjadi tolok ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas. Sejalan dengan itu penelitian Kenis (1979) dalam Abdullah (2005) menemukan bahwa pelaksanaan anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah

7 peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Kusumanigrum (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitian Nugroho (2011) menunjukkan bahwa pengendalian anggaran dibuat seefektif mungkin untuk mengurangi terjadinya ketidakpastian tugas dan informasi yang relevan dengan pekerjaan dipertimbangkan untuk dapat dipenuhi semaksimal mungkin sehingga mampu mengurangi ketidakpastian tugas. Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo sebagai salah satu unit pelaksanaan kegiatan tentunya dituntut untuk melaksanakan pengendalian anggaran guna untuk menilai kinerja sebagai bukti pelaksanaan akuntabilitas kinerjanya. Berdasarkan laporan akuntabilitas kinerja pemerintah Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo (2012: 16) penetapan kinerja Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo Tahun 2012 memuat 9 (Sembilan) sasaran yang harus dicapai melalui program dan kegiatan yang telah direncanakan. Keberhasilan dari setiap program dan kegiatan ini dapat diukur dengan menggunakan indikator-indikator pencapaian baik output maupun outcome. Indikator tersebut terangkum menjadi indikator kinerja utama (IKU), sebagaimana yang ditetapkan dalam PermenPAN Nomor 09 Tahun 2007. Indikator

8 kinerja utama (IKU) Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 1: Indikator Kinerja Utama(IKU) Dinas Pendidikan Nasional Kab. Gorontalo Tahun 2012 Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Capaian %Capaian Persentase perluasan dan pemerataan akses pendidikan 96% 95,28% 99,25% Persentase peningkatan mutu, relevansi dan daya saing 90% 88,71% 98,56% Persentase Akuntabilitas, Tata Kelola dan Pencitraan Publik 100% 85,32% 85,32% Sumber: Lakip Diknas Kabupaten Gorontalo (2012) Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dijelaskan tingkat capaian kinerja utama Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo hampir mencapai target yang ditentukan, namun pada indikator persentase akuntabilitas, tata kelola dan pencitraan publik yang ditargetkan 100% namun yang tercapai hanya 85,32%. Masalah tersebut menunjukan bahwa pelaksanaan akuntabilitas kinerja belum sepenuhnya dapat dilaksanakan secara maksimal. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PENGENDALIAN ANGGARAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH PADA DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KABUPATEN GORONTALO. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang maslah tersebut, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: tingkat capaian kinerja utama Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo hampir mencapai target yang ditentukan, namun pada indikator

9 persentase akuntabilitas, tata kelola dan pencitraan publik yang ditargetkan 100% namun yang tercapai hanya 85,32%. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pengendalian anggaran berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengendalian anggaran terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu akuntansi sektor publik, khususnya terkait dengan pengendalian anggaran dan akuntabilitas kinerja. Selain itu, diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

10 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo khususnya terkait dengan pengaruh pengendalian anggaran terhadap akuntabilitas kinerja.