LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH ph DAN pka TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ANALISIS. Waktu 150 menit

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

Bab II Tinjauan Pustaka. Asam basa Konjugasi Menurut Bronsted Lowry

PEMBUATAN ASAM SALISILAT DARI MINYAK GANDAPURA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

PERCOBAAN 3 REAKSI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LEMBAR SOAL. Mata pelajaran : Kimia. Kelas/Program : XI/IPA Hari, tanggal : Selasa, 8 April 2008 Alokasi waktu : 90 Menit

parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

M 0,4 0,1 0,2 B 0,1 0,1 0,1 0,1 S 0,3-0,3 0,1 POH = -

TEORI ASAM BASA Secara Umum :

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

BAB LARUTAN PENYANGGA. Click to edit Master subtitle style 4/8/12

Larutan Penyangga XI MIA

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN

BAB 7. ASAM DAN BASA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

Titrasi Asam Basa. Sophi Damayanti

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Program Studi

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

SEMESTER PROGRAM. School : Semester : 2 Academic Year :

),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN

INTRUKSI Kompetensi Dasar Indikator Sumber Belajar

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

Pokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

I. LARUTAN BUFFER. 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

II. PRINSIP Elektroda gelas yang mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H + dalam air secara potensio meter.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

DERAJAT KEASAMAN (ph)

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami Abstrak

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

BAB III LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut :

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

Kelarutan & Gejala Distribusi

ANALISIS KONSEP KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN. Contoh Analisis Konsep untuk Materi Kesetimbangan dalam Larutan- By : Dr. Ida Farida, M.Pd.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!

TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart

LOGO TEORI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Laporan Praktikum 3. Praktikum 3 : ph meter, Persiapan larutan penyangga, Pengenceran stok glukosa. Oleh : Rebecca Rumesty L dan Jimmy

TEORI ASAM BASA SECARA UMUM :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL 2015 2016 PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT Hari / Jam Praktikum : Selasa, Pukul 13.00 16.00 WIB Tanggal Praktikum : Selasa, 22 September 2015 Kelompok : VI Asisten : 1. Sheila P. 2. Theresia R.D. ZAFIRA ZAHRAH 260110150022 LABORATORIUM KIMIA MEDISINAL FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015

PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT I. Tujuan Mengamati pengaruh ph terhadap ionisasi obat II. Prinsip II.1. ph ph adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman suatu larutan (Sumardjo, 2009) II.2. pka Suatu reaksi kimia mempunyai tetapan keseimbangan k yang menggambarkan seberapa jauh reaksi berlangsung sampai berkesudahan. Untuk ionisasi dari suatu asam dalam air tetapan tersebut disebut tetapan keasaman Ka (Fessenden, 2006). II.3. Persamaan Henderson Hasselbach ph buffer dapat dicari dengan persamaan Henderson Hasselbach: ph = pka + log poh = pkb + log [garam] [asam] [garam ] [asam ] ph buffer bergantung pada Ka asam lemah atau Kb basa lemah dan perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasinya atau konsentrasi basa lemah dengan konsentrasi asam konjugasinya (Purba,1994). II.4. Ka dan Kb Ka yaitu tetapan ionisasi atau tetapan disasosiasi. Menurut nomenklatur Bronsted-Lowry, batasan tetap ionisasi Ka tidak sesuai dan

diganti dengan nama tetapan keasaman. Kb yaitu tetapan ionisasi atau tetapan disasosiasi basa lemah (Martin, 1993). III. Teori Dasar Kebanyakan obat pada umumnya dapat bersifat basa lemah atau asam lemah yang diketahui melalui ion-ionnya. Ion-ion ini lah yang mampu masuk ke dalam sel-sel, karena kemampuannya untuk melewati membran-membran yang sangat bergantung pada ph dan pka. Alas an digunakannya asam lemah atau basa lemah dikarenakan basa kuat atau asam kuat apabila dalam tubuh ia akan sukar untuk mengabsorbsi karena asam kuat dan basa kuat pasti akan terionisasi sempurna (seluruhnya). Oleh karena itu obat-obat yang dibuat cenderung bersifat asam lemah atau basa lemah pada umumnya. Ketika obat melewati lambung dengan ph asam, maka sifat basa akan terprotonasi dan saat obat melewati usus dengan ph basa, maka sifat asam yang akan terprotonasi. Basa didalam media basa akan tetap pada molekulnya namun apabila berada dalam media asam maka akan terprotonasi, begitupun sebaliknya (Raharjo, 2008). Kelarutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh polaritas suatu pelarut, yaitu momen dipole pelarut. Pelarut polar dapat melarutkan zat ionik dan zat-zat polar lainnya. Kelarutan zat bergantung pada struktur seperti perbandingan gugus polar terhadap gugus nonpolar dalam molekul (Martin, 1993). Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik akhirnya menjadi tidak efisien karena rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan terjadinya penetrasi obat tersebut dalam tubuh (Lawrence, 2000).

Teknik-teknik yang beroperasi pada tingkat-tingkat makroskopik, bila ditransferkan dari suatu kolom donor ke kolom akseptor, masih merupakan sumber informasi utama. Kehadiran ion-ion elektrolit inert dapat mengubah laju transfer. Teknik Rotating Membrane Cell (RMC) merupakan cara yang digunakan untuk mempelajari efek penambahan elektrolit inert pada transfer asam asetat dari fase air kedalam isopropyl miristat sebagai fase organik (Hendrawan, 2002). Kebanyakan obat melewati membran sel dengan cara difusi pasif (misal, teofilin). Dalam proses ini tidak diperlukan energi, dan obat bergerak menembus membran sel berdasarkan adanya suatu perbedaan kadar obat antara dua permukaan membrane, serta kelarutan obat dalam lipid bilayer yang membentuk membrane sel. Cara demikian sering juga disebut difusi sederhana, terutama untuk obat yang larut dalam lipid. Selain bergantung pada kelarutan obat dalam lipid, kecepatan difusi juga dipengaruhi oleh koefisien partisi lipid-air dari obat tersebut, yaitu rasio dari kelarutan di dalam suatu pelarut organik terhadap kelarutan obat tersebut di dalam air. Umumnya, makin besar koefisien partisi dan kelarutan obat dalam lipid, makin mudah suatu obat menembus membran sel (Staf Pengajar FK Unsri, 2004). IV. Alat dan Bahan 5.1. Alat -GelasUkur -Pipet Tetes -Tabungreaksi 5.2. Bahan -Asamasetilsalisilat -EtilAsetat -Larutan Buffer (1 ml 0,2 M NaH 2 PO 4 + 19 ml 0,2 M Na 2 H 2 PO 4 ) -LarutanHCl -Paraaminofenol

-Parasetamol 5.3. GambarAlat 1. Gelas Ukur 2. Pipet Tetes 3. Tabung reaksi V. Prosedur Tersedia 6 tabung reaksi: 1. Tabung 1 Dimasukkan asetosal 30 mg, kemudian ditambahkan HCl ph 1 sebanyak 3 ml. Dan ditambahkan etil asetat sebanyak 3ml. Kemudian kocok larutan tersebut. 2. Tabung 2 Dimasukkan asetosal 30 mg, kemudian ditambahkan larutan buffer ph 8 sebanyak 3 ml. Dan ditambahkan etil asetat sebanyak 3ml. Kemudian kocok larutan tersebut. 3. Tabung 3 Dimasukkan parasetamol 20 mg, kemudian ditambahkan HCl ph 1 sebanyak 3 ml. Dan ditambahkan etil asetat sebanyak 3ml. Kemudian kocok larutan tersebut. 4. Tabung 4 Dimasukkan parasetamol 20 mg, kemudian ditambahkan larutan buffer ph 8 sebanyak 3 ml. Dan ditambahkan etil asetat sebanyak 3ml. Kemudian kocok larutan tersebut. 5. Tabung 5

Dimasukkan asam salisilat 20 mg, kemudian ditambahkan HCl ph 1 sebanyak 3 ml. Dan ditambahkan etil asetat sebanyak 3ml. Kemudian kocok larutan tersebut. 6. Tabung 6 Dimasukkan asam salisilat 20 mg, kemudian ditambahkan larutan buffer ph 1 sebanyak 3 ml. Dan ditambahkan etil asetat sebanyak 3ml. Kemudian kocok larutan tersebut. Untuk semua tabung, setelah beberapa menit akan terlihat 2 lapisan. Kemudian diambil pada bagian etil asetat menggunakan pipa kapiler. Kemudian ditotolkan pada lapisan silika gel HF254. Kemudian keringkan, dan dilihat dibawah sinar ultravioleh 254 nm. Kemudian diamati perubahan yang terjadi. VI. Data Pengamatan No. Senyawa (mg) HCl ph 1 Buffer ph 8 Etil Asetat Hasil (Tinggi/rendah) 1. Asetosal 30,6 mg 2. Asetosal 28,5 mg 3. Parasetamol 19,9 mg 4. Parasetamol 20,2 mg 5. Asam Salisilat 20,5 mg 3 ml - 3 ml Sedang (Lebih Gelap) - 3 ml 3 ml Sedang 3 ml - 3 ml Tinggi (Lebih Gelap) - 3 ml 3 ml Tinggi 3 ml - 3 ml Rendah (Lebih Gelap)

6. Asam Salisilat 21 mg - 3 ml 3 ml Rendah No. Perlakuan Hasil 1. 2. Dimasukkan senyawa asetosal 30 mg, pasarasetamol 20 mg, dan asam salisilat 20 mg kedalam tabung reaksi. Untuk masingmasing senyawa dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi. Untuk tabung 1 ditambahkan larutan HCl ph 1 sebanyak 3 ml untuk semua senyawa - Asetosal tidak larut dalam HCl ph 1 - Parasetamol tidak larut dalam HCl ph 1 - Asam Salisilat tidak larut dalam HCl ph 1 3. Untuk tabung 2 ditambahkan larutan buffer ph 8 sebanyak 3 ml untuk semua senyawa - Asetosal tidak larut dalam larutan buffer ph 8 - Parasetamol tidak larut dalam larutan buffer ph 8 - Asam Salisilat tidak larut dalam larutan buffer ph 8

4. Kemudian ditambahkan etil asetat sebanyak 3 ml kedalam semua tabung, semua senyawa yang sudah diberi larutan HCl ph 1 maupun larutan buffer ph 8 - Asetosal + HCl ph 1 maupun asetosal + buffer ph 8 larut dalam etil asetat. Setelah beberapa menit terpisah menjadi 2 lapisan. - Parasetamol + HCl ph 1 maupun parasetamol + buffer ph 8 larut dalam etil asetat. Setelah beberapa menit terpisah menjadi 2 lapisan. 5. 6. Diambil bagian etil asetat dan ditotolkan pada lapisan silika gel HF254 dengan menggunakan pipa kapiler. Dikeringkan. Kemudian dilihat dibawah cahaya ultraviolet 254 nm. - Asam salisilat + HCl ph 1 maupun asam salisilat + buffer ph 8 larut dalam etil asetat. Setelah beberapa menit terpisah menjadi 2 lapisan. - Parasetamol memiliki perubahan warna yang lebih gelap disbanding asetosal dan asam salisilat. - Untuk perbandingan ph. ph 1 memiliki perubahan warna yang lebih gelap disbanding ph 8.

VII. Pembahasan Percobaan kali ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh ph terhadap ionisasi obat. Sampel yang digunakan yaitu asetosal, parasetamol dan asam salisilat sebagai pengganti p-aminofenol karena ketidakadaannya bahan tersebut. Pada prosedur yang pertama untuk setiap sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian untuk setiap tabung ditambahkan bahan yang berbeda yaitu HCl ph 1 dengan larutan buffer ph 8. Hal tersebut dilakukan untuk melihat perbandingan antara ph rendah dengan ph yang tinggi. Setelah ditambahkan larutan HCl ph 1, terlihat bahwa semua sampel tidak tercampur. Hal tersebut menandakan bahwa sampel obat tersebut memiliki kelarutan yang rendah pada ph yang rendah. Berdasarkan teori bahwa kelarutan berbanding lurus dengan tingginya ph. Namun pada perlakuan kedua yaitu dengan penambahan larutan buffer ph 8 didapatkan hasil bahwa ketiga sampel tidak larut dalam larutan tersebut. Hal tersebut menyimpang dengan teori yang menyatakan bahwa kelarutan berbanding lurus dengan tingginya ph. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kurang efektifnya pengocokkan yang dilakukan sehingga ketiga sampel tidak larut didalam larutan yang lebih tinggi phnya dibanding ph 1. Setelah itu dilakukan penambahan etil asetat sebagai pelarut organik kedalam semua tabung reaksi. Pada saat ditambahkan, kedua

campuran terlihat tidak menyatu, hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan fase yaitu fase organik dengan fase anorganik. Namun disebutkan juga bahwa etil asetat tidak stabil apabila dalam air yang mengandung basa atau asam. Kemudian dilakukan pengocokkan pada campuran tersebut. Berdasarkan hasil pengocokkan semua sampel pada tabung reaksi bahan sampel terlarut sempurna. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa mayoritas obat memiliki kelarutan yang tinggi apabila dilarutkan pada pelarut organik. Fungsi dari pengocokkan juga agar larutan ber-ph dengan bahan sampel dapat terdistribusi dengan etil asetat. Kemudian didiamkan selama beberapa menit. Terlihat dua lapisan pada campuran tersebut, hal tersebut memang membuktikan bahwa perbedaan fase akan sangat sukar untuk menyatu. Kemudian diambil bagian etil asetat menggunakan pipa kapiler kemudian ditotolkan pada lapisan silika gel HF254. Alasan menggunakan pipa kapiler karena kecilnya lapisan silika gel, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan alat lain seperti pipet tetes. Setelah ditotolkan tunggu hingga kering kemudian taruh dibawah cahaya ultraviolet 254 nm. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui intensitas dari larutan tersebut apakah intensitasnya tinggi atau rendah. Berdasarkan pengamatan, campuran larutan dengan HCl ph 1 memiliki intensitas yang tinggi. Intensitas yang tinggi ditentukan dari perubahan warna yang terlihat lebih gelap. VIII. Kesimpulan ph berpengaruh pada ionisasi obat. Larutan yang memiliki ph lebih rendah akan memiliki warna lebih gelap daripada ph yang lebih tinggi. Sehingga ph yang tinggi akan cenderung lebih sulit mengionisasi obat daripada ph yang rendah. Sulit terionisasi artinya memiliki kelarutan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Fessenden. 2006. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hendrawan. 2002. Kajian Tentang Kinetika Transfer Asam Asetat Pada Antarmuka Cair-cair dengan Menggunakan Rotating Membrane Cell. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Lawrence, M.Jayne and Rees, Gareth D. 2002. Microemulsion-based Media as Novel Drug Delivery Systems. Advanced Drug Delivery Reviews. 45;1; 89-121. Martin, A, dkk. 1993. Farmasi Fisik Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: UI Press. Purba, M. 1994. Kimia. Jakarta: Erlangga Raharjo. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Staff Pengajar FK Unsri. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.