DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

RIWAYAT HIDUP. anak pertama dari pasangan drh Nyoman Reli dan Ibu Meigy S Pantouw. Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Cakupan Vaksinasi Anti Rabies pada Anjing dan Profil Pemilik Anjing Di Daerah Kecamatan Baturiti, Tabanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

Pemeliharaan Anjing oleh Masyarakat Kota Denpasar yang Berkaitan dengan Faktor Risiko Rabies

Gambaran Klinik Sapi Bali Tertular Rabies. di Ungasan, Kutuh dan Peminge

Kata Kunci: Rabies, anjing, manusia, Kota Denpasar

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

KORELASI RABIES PADA ANJING DENGAN RABIES PADA MANUSIA DAN PENYEBARANNYA DI KABUPATEN TABANAN TAHUN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alur Penyebaran Rabies di Kabupaten Tabanan Secara Kewilayahan (Spacial)

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PEMASUKAN HEWAN-HEWAN TERTENTU KE WILAYAH PROVINSI PAPUA UNTUK KEPENTINGAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017

Perhatian Pemilik Anjing Dalam Mendukung Bali Bebas Rabies

Indonesia Medicus Veterinus Oktober (5):

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXIV, No. 80, Juni 2012 ISSN: X

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Pariwisata Bali

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

ABSTRAK ABSTRACT. Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt)

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

LEMBARAN DAERAH. I Bali telah mengadakan penilaian kesemua desa/ kelurahan yang mengikuti perlombaan ; b. PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI

PROGRAM INOVASI RS INDERA

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN PEMASUKAN HEWAN PENULAR RABIES KE WILAYAH PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA,

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN NASIONAL DAN STRATEGI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Rabies di Indonesia

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

TESIS ANGKA KEJADIAN DAN FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIGITAN ANJING RABIES DI PROPINSI BALI TAHUN 2013

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2017

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

Penyebaran Penyakit Rabies pada Hewan Secara Spasial di Bali pada Tahun

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

Korelasi dan Penyebaran Kejadian Rabies pada Anjing dan Manusia di Kabupaten Klungkung Bali Tahun

Sistem Pemeliharaan Anjing dan Tingkat Pemahaman Masyarakat terhadap Penyakit Rabies di Kabupaten Bangli, Bali

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2008

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2016

ANALISIS KUANTITATIF RISIKO PENYEBARAN RABIES DARI BALI. (Quantitative risk analysis of rabies spreading from Bali province)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA BERKAT RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI

Transkripsi:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP...... i ii iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR. vii DAFTAR ISI. ix DAFTAR TABEL. xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN. xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penulisan... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 2.1 Etiologi Penyakit Rabies.. 4 2.2 Patogenesis Penyakit Rabies... 5 2.3 Masa Inkubasi.. 6 2.4 Gejala Klinis... 6 2.4.1 Pada Anjing... 6 2.4.2 Pada Manusia... 8 2.5 Tipe-Tipe Rabies Pada Hewan... 10 2.6 Diagnosa.... 10 2.6.1 Diagnosa Laboratorium... 10 i

2.6.2 Diagnosa Lapangan... 11 2.7 Sistem Pemeliharaan... 12 2.8 Penanggulangan dan Pencegahan Rabies di Bali... 12 2.9 Kerangka Konsep... 14 BAB III MATERI DAN METODE... 16 3.1 Materi... 16 3.1.1 Objek Penelitian... 16 3.1.2 Alat Penelitian... 16 3.1.3 Bahan Penelitian... 16 3.2 Metode Penelitian... 16 3.2.1 Cara Pengumpulan Data... 16 3.2.2 Prosedur Penelitian... 16 3.2.3 Analisis dan Penyajian Data... 17 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.... 19 4.1 Hasil... 19 4.2 Pembahasan... 25 4.2.1 Sistem Pemeliharaan Anjing di Kabupaten Tabanan... 25 4.2.2 Tingkat Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tabanan terhadap Penyakit Rabies 27 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 29 5.1 Simpulan... 29 5.2 Saran. 29 DAFTAR PUSTAKA... 30 LAMPIRAN... 34 ii

ABSTRAK Kejadian rabies di Kabupaten Tabanan sejak pertama kalinya dilaporkan pada tanggal 22 Agustus 2009 di Desa Buahan, Kecamatan Tabanan masih belum bisa ditanggulangi hingga kini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pemeliharaan anjing dan tingkat pemahaman masyarakat yang berisiko rabies di Kabupaten Tabanan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 200 kuisioner dari 20 desa yang dilaporkan negatif rabies. Data hasil wawancara dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan dendogram. Hasil penelitian menunjukkan sistem pemeliharaan anjing yang baik di Kabupaten Tabanan dilihat dari status pemberian pakan (100%); status vaksinasi (98%); kondisi fisik anjing (94%); tidak memelihara HPR (87%); pemeriksaan kesehatan (83%); jumlah pakan per hari (80%); jumlah anjing yang dipelihara satu ekor (56%). Sistem pemeliharaan anjing yang buruk oleh ditunjukkan dengan jenis pakan (76,5%); cara pemeliharaan anjing dilepas (43,5%); kontak dengan anjing lain (61,5%). Tingkat pemahaman masyarakat yang buruk ialah tidak ada aturan adat/desa terkait rabies (71%). Tingkat pemahaman masyarakat yang baik meliputi status daerah bebas rabies (100%); pemahaman akan bahaya rabies (98%); mengetahui ciri-ciri rabies (98%); berpartisipasi dalam penyuluhan (74,5%); asal anjing (70,5%); dan mobilitas anjing (52%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sistem pemeliharaan anjing dan tingkat pemahaman masyarakat di Kabupaten Tabanan tergolong baik. Kata Kunci: Rabies, sistem pemeliharaan, pemahaman masyarakat, Kabupaten Tabanan iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian rabies di Bali untuk pertama kalinya dilaporkan pada tahun 2008. Kasus rabies pada manusia di Bali pertama kali teridentifikasi setelah adanya laporan kasus gigitan anjing yang berakhir dengan kematian di Desa Ungasan dan Desa Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung (Supartika et al., 2009; Windiyaningsih et al., 2009). Diperkirakan rabies masuk ke Bali pada April 2008 (Putra et al., 2009). Sejak 18 Desember 2008 Bali dinyatakan positif rabies dan berstatus kejadian luar biasa (KLB). Pernyataan ini secara resmi ditegaskan dalam Peraturan Bupati Badung No 53/2008, Peratutan Gubernur Bali No 88/2008, Peraturan Menteri Pertanian No 1637/2008, dan Office International of Epizootic (OIE) (Putra, 2010). Dari data yang diperoleh bahwa, korban tewas akibat kasus rabies di Provinsi Bali sejak akhir 2008 hingga Februari 2011 sebanyak 122 orang (Nasution et al., 2013) dan sejak saat itu penyebaran rabies bersifat menyeluruh di daerah Bali hanya dalam waktu tiga tahun (Batan et al., 2014). Rabies di Provinsi Bali telah menyebar di berbagai wilayah yaitu Denpasar, Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli, Karangasem, dan Buleleng (Faizah et al., 2012). Kabupaten Tabanan pada mulanya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang bebas rabies. Namun, status bebas rabies berubah sejak ditemukannya anjing, yang bertindak sebagai hewan penular rabies (HPR), dan dinyatakan positif terinfeksi virus rabies. Anjing tersebut berasal dari Desa Buahan, Kecamatan Tabanan pada tanggal 22 Agustus 2009. Pada tahun 2010 dilaporkan 15 kasus rabies terjadi pada anjing dan 5 kasus pada manusia. Kejadian rabies pada anjing paling banyak dilaporkan di Desa Pupuan. Berdasarkan data hasil penelitian tentang kejadian rabies pada anjing dan manusia di Tabanan dari tahun 2009-2014, terhitung 36 kasus rabies terjadi pada anjing dan 18 kasus pada manusia (Putra et al., 2015). iv

Kesuma (2015) menyatakan perkembangan kasus rabies pada anjing di Kabupaten Tabanan mengalami peningkatan pada tahun 2010 kemudian berangsur menurun pada tahun 2011-2012, bahkan pada tahun 2013 tidak ada satu pun kasus rabies yang dilaporkan terjadi di daerah Tabanan. Namun, pada tahun 2014 dilaporkan kembali terjadi kasus rabies dan pada tahun 2015 jumlah kasus rabies meningkat pesat sebanyak 41 kasus dan jumlah desa tertular rabies di Tabanan sebanyak 30 desa dari 113 desa. Faktor risiko penularan rabies di Bali begitu pula halnya di Kabupaten Tabanan meliputi status vaksinasi anjing, sistem pemeliharaan anjing, mobilitas anjing, pengetahuan pemilik anjing tentang penyakit rabies, kepadatan populasi anjing, dan pemahaman masyarakat tentang bahaya rabies (Dibia et al., 2015). Umumnya masyarakat di Tabanan memelihara anjing dengan cara diliarkan atau tidak di kandangkan untuk mempermudah anjing mencari makanannya sendiri. Pemikiran sederhana tersebut tanpa sadar menjadi faktor utama penularan virus rabies. Anjing yang dilepasliarkan berpeluang tinggi berkontak dengan hewan penular rabies (HPR) dan dapat menularkan virus rabies ke manusia (Batan dan Suatha, 2016). Kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan untuk mendukung program pemberantasan rabies. Kasus rabies di Bali yang relatif tinggi dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit rabies (Suartha et al., 2014). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pemahaman dan sistem pemeliharaan anjing oleh masyarakat Tabanan di desa yang negatif rabies. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif acuan dalam mendukung program pencegahan dan penanggulangan rabies di Kabupaten Tabanan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah sistem pemeliharaan anjing oleh masyarakat di Kabupaten Tabanan?; Bagaimanakah pemahaman masyarakat di Kabupaten Tabanan tentang penyakit rabies. v

1.3 Tujuan Penuliusan Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui sistem pemeliharaan anjing dan pemahaman masyarakat Kabupaten Tabanan tentang bahaya penyakit rabies di desa yang negatif rabies. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini ialah: Memberikan informasi mengenai kebiasaan masyarakat Kabupaten Tabanan dalam memelihara anjing yang tanpa disadarinya berperan dalam penyebaran rabies; Meningkatkan kesadaran masyarakat Kabupaten Tabanan tentang bahaya penyakit rabies. vi