Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan badan. Oleh Muhammad Fahri Fauzi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Hal ini dikarenakan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kewajiban..., Mohamad, Fakultas Ekonomi 2015

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, KEPEMILIKAN NPWP, PELAYANAN FISKUS DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi maupun sumber daya alam, namun sebagai Negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

KAJIAN EMPIRIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN PENYEBABNYA. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

PENGARUH KEWAJIBAN KEPEMILIKAN NPWP, PEMERIKSAAN PAJAK, PENAGIHAN PAJAK, SURAT PAKSA PAJAK DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PENGARUH KEWAJIBAN KEPEMILIKAN NPWP, PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

Booklet Direktorat Jendral Pajak, Seputar Sunset Policy

Peraturan Perundang-undangan mengenai Perpajakan juga telah dikeluarkan. oleh Pemerintah Indonesia sebagai Payung Hukum bagi pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan penerimaan negara dari Sektor Perpajakan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kewajiban Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah pajak. Pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami dengan baik.

PENGARUH KEWAJIBAN KEPEMILIKAN NPWP,PEMERIKSAAN PADAJAN DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK (Studi Kasus pada KPP Pratama Bitung)

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

JURNAL AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN, Vol. 3, No. 1, Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi negara maju maupun di negara berkembang (Siti Kurnia,2010:140).

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Siapapun terutama Wajib Pajak pasti akan berurusan dengan pajak, namun tidak

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Dalam struktur keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam pembangunan, tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 16 Tahun 2009 perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan dalam kepentingan perkembangan serta pembiayaan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB I PENDAHULUAN. langkah strategi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui upaya-upaya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

Transkripsi:

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan badan Oleh Muhammad Fahri Fauzi 113403024 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan di KPP Pratama Ciamis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis dimana menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian dalam penelitian ini yaitu analisi regresi. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data bahwa Penagihan Pajak dipengaruhi oleh Pemeriksaan Pajak sebesar 99,5% dan Penagihan Pajak akan berpengaruh positif terhadap kenaikan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan sebesar 99,2 %. 1. PENDAHULUAN Sebagai negara yang berkembang, sebenarnya Indonesia memiliki berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat kenyataannya sekarang, di Indonesia mengalami berbagai masalah hampir di semua sektor yang ada, salah satu masalah terbesar adalah masalah di sektor ekonomi, untuk memperbaiki masalah tersebut maka pajak diharapkan bisa menjadi solusi yang efektif. Hal ini dikarenakan pajak merupakan potensi penerimaan terbesar dalam negeri. Karena pajak merupakan penerimaan langsung yang segera bisa diolah guna untuk pembiayaan berbagai macam keperluan negara (Listyaningtyas, 2012). Menurut (Munari, 2005:120) menyatakan, kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan semakin menurunnya peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara. Untuk lebih memaksimalkan penerimaan pajak, pemerintah telah mengambil langkah-langkah kebijakan agar dapat memancing kesadaran masyarakat untuk mau membayar pajak. Sebelum membuat kebijakan-kebijakan tersebut, ada beberapa hal yang harus diketahui oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Salah satunya faktorfaktor apa saja yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak diantaranya pemerintah, petugas pajak (fiskus) dan masyarakat yang sangat berperan penting dalam upaya mengoptimalkan penerimaan pajak (Fouktone, 2007:3). Pada tahun 2008 pemerintah melalui Direktorat Jederal Pajak mengeluarkan kebijakan berupa sunset policy. Kebijakan sunset policy ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak sehingga dana pajak yang dirasakan dapat lebih luas bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Dalam sunset policy, pemerintah secara tidak langsung mewajibkan masyarakat sebagai wajib pajak untuk Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Fitriyani dan Wiwik, 2009:89). Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan NPWP. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau yang diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang PPh 1984 dan perubahannya. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi

pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan (Casavera, 2009:4). Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada setiap wajib pajak disertai dengan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan. Pengesahan pemberian NPWP dilakukan dengan pemberian Surat Keterangan Terdaftar. Surat tersebut menginformasikan pemenuhan kewajiban perpajakan kepada setiap wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian petugas Seksi Tata Usaha Perpajakan, kewajiban perpajakan tersebut diisi dan harus dilaksanakan oleh setiap wajib pajak. Pengisian kewajiban perpajakan harus didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehingga pelaksanaan atas kewajiban perpajakan oleh setiap wajib pajak dapat mengamankan penerimaan pajak. Semakin banyak yang diisi kewajiban perpajakan oleh wajib pajak secara benar dan tepat, penerimaan pajak meningkat (Setiawan, 2007:59). Dirjen pajak berupaya membuat wajib pajak secara sukarela membayar pajaknya terutama para wajib pajak pengusaha. Hal ini, disebabkan semakin banyaknya pengusaha memperoleh penghasilan maka akan semakin banyak fasilitas pajak yang dapat dipergunakannya. Terjadinya kehilangan potensial akibat pemberlakuan kebijakan penghapusan fiskal juga dapat diatasi. Untuk menghadapi kemungkinan tersebut, pemerintah telah mengantisipasi dan diimbangi dengan adanya penerimaan pajak yang berasal dari meningkatnya kepemilikan NPWP. Pembayaran pajak dapat diketahui dan dikejar dari setiap SPT yang disampaikan oleh WP yang memiliki NPWP. Oleh Karena dalam UU PPh terbaru, pemerintah melalui Dirjen Pajak berupaya menjaring wajib pajak agar semakin banyak memiliki NPWP. Jumlah pemilik NPWP tahun 2008 dan 2009 yaitu sebesar 10,682 juta dan 14,083 juta (Vivanews, 22/6/2009). Direktorat Jenderal Pajak mencatat jumlah wajib pajak di Indonesia per 30 September 2010 mencapai 18,774 juta NPWP (Vivanews, 8/10/2010). Sedangkan pemilik NPWP mencapai 19,410 juta wajib pajak per 28 Februari 2011 (KabarBisnis.com, 8/4/2011). Sampai dengan akhir tahun 2012 jumlah pemilik NPWP mencapai 22,89 juta (www.pajak.go.id, 30/5/2012). Selain mewajibkan masyarakat sebagai wajib pajak untuk memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP), pemerintah juga perlu meningkatkan penegakkan hukum lain. Penegakkan hukum ini salah satunya dapat berupa pemeriksaan dan penagihan. Sistem pemeriksaan harus dapat mendorong kebenaran dan kelengkapan pelaporan penghasilan, penyerahan, pemotongan dan pemungutan serta penyetoran pajak oleh WP (Sadhani dalam Sukirman, 2011:88). Menurut Norman dalam Salip (2006:63), pemeriksaan pajak memberikan pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajban perpajakan, yaitu dapat mencegah terjadinya penyelundupan pajak oleh WP yang diperiksa. Pemeriksaan pajak dilakukan untuk memberi efek jera terhadap wajib pajak nakal sehingga tidak mengulang perbuatan yang sama dimasa depannya. Hal ini yang menyebabkan perlunya dilakukan pembinaan serta pengawasan yang berkesinambungan terhadap wajib pajak. Selain itu sering kali juga wajib pajak dengan sengaja mencurangi pembayaran pajak yang seharusnya dilakukan, oleh sebab itu untuk menguji kepatuhannya perlu pula dilakukan pemeriksaan. Walaupun pemungutan pajak menganut sistem self assessment akan tetapi dalam rangka pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak, Direktorat Jenderal Pajak masih dapat mengeluarkan ketetapan pajak. Ketetapan pajak ini merupakan komponen official

assessment. Surat Ketetapan Pajak ini adalah produk hukum yang dihasilkan sehubungan pemeriksaan pajak yang berisi penjelasan tentang dasar-dasar koreksi pajak serta besarnya sanksi serta pajak yang terutang. Adapun pemeriksaan pajak ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak melalui unit pelaksana yaitu fungsional pemeriksa pajak baik yang berada di kantor pelayanan, kantor wilayah, maupun kantor pusat. Titik tolak penelitian maupun pemeriksaan pajak adalah pemberitahuan pajak yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak dalam SuratPemberitahuan Pajak. Surat Pemberitahuan Pajak ini disampaikan wajib pajak pada setiap akhir tahun pajak. Pada saat penerimaan SPT Tahunan ini petugas pajak akan melakukan penelitian kelengkapan formal dan penulisan pada kolom - kolom yang terdapat pada SPT tersebut. Apabila SPT yang disampaikan telah lengkap maka akan diberikan tanda terima SPT Tahunan kepada wajib pajak dan selanjutnya SPT akan direkam, namun apabila SPT belum lengkap dan/atau terdapat kesalahan dalam penulisan maka SPT akan dikembalikan kepada wajib pajak untuk dilengkapi dan/atau diperbaiki (Purba, 2012:2). Pada tahun 2012 konsultan pajak PT Mutiara Virgo, Hendro Tirtawijaya ditahan setelah dijadikan tersangka dalam kasus korupsi pajak yang melibatkan Dhana Widyatmika. Hendro memiliki keterkaitan dengan tersangka Direktur Utama PT Mutiara Virgo Johnny Basuki (JB) dan Herly Isdiharsono (HI), rekan Dhana di Direktorat Pajak, tepatnya di KPP Kebon Jeruk. Hendro berasal dari PT Ditax Management Resolusindo. Dalam dakwaan Dhana di pengadilan Tindak Pidana Korupsi disebutkan bahwa ia bersama rekan satu perusahaannya Zemmy Tanumihardja berpura-pura sebagai konsultan pajak PT Mutiara Virgo. Hendro lalu bekerja sama dengan Herly untuk membantu mengurangi nilai pajak yang harus dibayarkan perusahaan Johny pada negara. Ia bertugas melakukan negosiasi dengan tim pemeriksa pajak yang diwakili oleh Herly. Atas negosiasi ini, Johny membayarkan fee untuk petugas pajak yang membantu mengurangi pajaknya. Semua uang Johnny digelontorkan melalui Hendro dan diberikan pada Herly untuk dibagibagikan. Termasuk untuk Dhana, meskipun pria asal Malang itu bekerja di KPP Pancoran. Dhana mendapat jatah Rp 3,4 miliar saat itu. Namun, dalam dakwaannya memang tak dijelaskan mengapa ia turut menikmati gratifikasi dari Johny, padahal ia bekerja di KPP yang berbeda. Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak Dhana Widyatmika dituntut hukuman 12 tahun penjara. Selain hukuman penjara, majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi diminta menjatuhi hukuman membayar denda Rp 1 miliar dan subsider kurungan enam bulan (JPNN.Com, 10/7/2012). 2. KERANGK PEMIKIRAN Penerimaan negara dari sektor pajak merupakan penerimaan yang paling diharapkan oleh pemerintah saat ini. Oleh karena itu, pemerintah dengan kekuasaan yang dimilikinya sedang berusaha untuk mengoptimalkan penerimaan dari sektor pajak. Pajak berfungsi untuk menutup biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya, oleh karenanya pengenaan pajak dipandang dari sudut ekonomi harus diatur senetralnetralnya dan sekali-kali tidak boleh dibelokkan untuk mencapai tujuan yang menyimpang. Fenomena historis yang selalu hadir adalah bahwa upaya suatu negara dalam menghimpun dana keuangannya merupakan sarana bagi sumber pembiayaan bagi semua tujuannya. Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan. Tujuan pemeriksaan pajak menurut Rahayu (2010:246), sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 545/KMK 04/2000 tanggal 22 Desember 2000 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kegiatan pemeriksaan pajak ini akan berpengaruh terhadap proses penagihan pajak dan penagihan pajak akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Penagihan pajak menurut pasal 1 butir 9 Undang-undang No. 19 Tahun 2000 adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan Sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksankaan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Rahayu, 2010:197). Kegiatan penagihan pajak dilakukan dalam rangka meningkatan penerimaan pajak. Peningkatan penerimaan pajak memegang peranan strategis karena akan meningkatkan kemandirian pembiayaan pemerintah. Berbagai kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak terus digulirkan. Salah satu langkah yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan pajak yaitu dengan diberlakukannya kewajiban kepemilikan NPWP bagi wajib pajak. Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan NPWP. Kerjasama fiskus dan wajib pajak diperlukan pula dalam meningkatkan penerimaan pajak dimasa depan (Gisijanto, 2008). Wajib Pajak Badan adalah Badan seperti yang dimaksud pada Undang-Undang Perpajakan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan atau memiliki kewajiban subjektif dan kewajiban objektif serta telah mendaftarkan diri untuk memproleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Wajib Pajak Badan adalah Badan seperti yang dimaksud pada Undang-Undang Perpajakan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan atau memiliki kewajiban subjektif dan kewajiban objektif serta telah mendaftarkan diri untuk memproleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Badan seperti yang dimaksud dalam Undang- Undang Perpajakan. Adapun dasar konsep dan teori sebagaimana tersebut di atas, maka alur kerangka penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Pemeriksaan Pajak Penagihan Pajak Gambar 2.1 Bagan Kerangka Penelitian Penerimaan Pajak Penghasilan Badan 3. HIPOTESIS Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian yang merupakan dugaan sementara terhadap masalah, yaitu: 1. Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penagihan pajak 2. Penagihan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. 4. OBJEK PENELITIAN Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada KPP Pratama Ciamis, yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah badan yang berada di KPP Pratama Ciamis. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen, yaitu pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap variabel dependen, yaitu penerimaan pajak penghasilan badan. 5. METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarka hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.( Sugiyono : 2012 ). Pendekatan studi kasus yaitu penelitian ilmiah yang membahas dan menganalisa masalah berdasarkan kondisi yang sebenarnya terjadi pada perusahaan yang diteliti (Mohammad Nazir, 2005: 57). 5.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang bertindak apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:38). Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang ditetapkan dalam suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memastikan agar variabel diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya (Sugiyono, 2012:38). Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi (Sugiyono, 2012:39) : 1. Variabel Independen ( X ) Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) ( Sugiyono 2012 : 39). Maka variabel independen dari penelitian ini adalah: a. Pemeriksaan Pajak Pengertian pemeriksaan pajak adalah menekankan pada pemeriksaan bukti yang berupa buku-buku, dokumen dan catatan yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pardiat, 2008:11). b. Penagihan Pajak Dalam pasal 1 butir 9 Undangundang No. 19 Tahun 2000 penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Rahayu, 2010:197). 2. Variabel Dependen ( Y ) Sering disebut sebagai variabel output kriteria konsekuen. Dalam bahasa Indonesia, sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:39). 6. PEMBAHASAN Hasil penelitian pengaruh Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, dan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan di KPP Pratama Ciamis dapat dilihat dari hasil olah data yang dijelaskan sebagai berikut: 6.1 Pemeriksaan Pajak Berpengaruh Terhadap Penagihan Pajak. Hasil perhitungan regresi linier sederhana diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel Pemeriksaan Pajak sebesar 103.355 lebih besar dari t tabel 1.671. Hasil regresi menunjukan bahwa variabel Pemeriksaan Pajak (X 1 ) secara langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap Penagihan Pajak (X 2 ) sebesar 0,995, hal tersebut menunjukan bahwa Penagihan Pajak (X 2 ) dipengaruhi oleh Pemeriksaan Pajak (X 1 ) sebesar 99,5% dan 0,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti yaitu dari penyidikan pajak Junisa Angelia taroreh (2013). Hal Ini mengindikasikan bahwa Pemeriksaan Pajak berpengaruh besar terhadap Penagihan Pajak di KPP Pratama Ciamis. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh F hitung sebesar 106.942 dengan signifikasi 0.000, setelah di lihat diperoleh F tabel sebesar 2.760, dimana F hitung lebih besar dari F tabel maka Ho ditolak sehingga variabel Pemeriksaan Pajak secara signifikan mempunyai pengaruh langsung terhadap Penagihan Pajak di KPP Pratama Ciamis. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Junisa Angelia taroreh (2013) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan anatara pemeriksaan pajak dan penagihan pajak. Pemriksaan harus dapat mendorong kebenaran dan kelengkapan pelaporan penghasilan, penyerahan, pemotongan, dan pemungutan serta penyetoran pajak oleh WP (Junisa Angelia taroreh, 2013) 6.2 Penagihan Pajak Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Hasil perhitungan regresi linier sederhana diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel Penagihan Pajak sebesar 87.885 lebih besar dari t tabel 1.671. Hasil regresi menunjukan bahwa variabel Penagihan Pajak (X 2 ) secara langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Y) sebesar 0,992 yang artinya Penagihan Pajak akan berpengaruh positif terhadap kenaikan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan sebesar 99,2 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ditelit seperti dari kesadaran wajib pajak Marisa Herryanto dan Agus Arianto Toni (2013), hal ini mengindikasikan bahwa Penagihan Pajak berpengaruh besar terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan di KPP Pratama Ciamis. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakiah M Syahab (2008) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penagihan pajak dengan penerimaan pajak penghasilan badan. Upaya penagihan dilakukan dengan memperhatikan optimalisasi jumlah wajib pajak yang ditagih. Optimalisasi tersebut dimaksudakn agar dapat menghasilkan penerimaan pajak dan juga mempertimbangkan segi keadilan dalam memperlakukan wajib pajak akan mendapatkan giliran untuk diperiksa

dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban perpajakan. Jika wajib pajak setelah ditagih pun belum memenuhi penagihan pajak maka KPP berhak menagih dengan Surat Paksa Pajak sesuai dengan hukum perpajakan (Zakiah M Syahab (2008). 7. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan di KPP Pratama Ciamis dan dari teori-teori yang ada dan relevan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1 KPP Pratam Ciamis memiliki tingkat kepatuhan yang cukup baik dalam Pemeriksaan Dan Penagihan pajak terbukti oleh adanya target pencapaian yang harus dilaksanakan pada setiap tahunnya, akan tetepi tetap saja ada badan yang masih kurang akan kesadrannya untuk membayar pajak, sehingga berpenarh ke dalam penerimaan pajak di KPP Pratama Ciamis. Akan tetapi dengan dilakukannya Pemeriksaan dan Penagihan Pajak akhirnya bisa menangi permasalahn tersebut,dan membuat penerimaan meningkat dan cendrun stabil. 2 Terdapat pengaruh langsung yang besar Pemeriksaan Pajak terhadap Penagihan Pajak di KPP Pratama Ciamis, karena t hitung lebih besar dari t tabel ( 103.355 > 1.671 ), dan berdasarkan hasil perhitungan regresi menunjukan bahwa variabel Pemeriksaan Pajak (X 1 ) secara langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap Penagihan Pajak (X 2 ). 3 Terdapat pengaruh langsung yang besar Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan di KPP Pratama Ciamis karena t hitung lebih besar dari t tabel (87.885 > 1.671 ), dan berdasarkan hasil perhitungan regresi menunjukan bahwa variabel Penagihan Pajak (X2) secara langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Y). 8. SARAN Berdasarkan hasil dari kesimpulan, faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan badan di KPP Pratama Ciamis adalah dari Penagihan dan ada dari faktor lain yang mempengaruhinya. Pada KPP Pratama ciamis agar faktor lain juga di perhatikan juga seperti misalnya kepatuhan wajib pajak, perubahan perundang undangan, administrasi pajak dan perluasan pajak. suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana: 1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Dan untuk peneliti selanjutnya : 1 Penelitian ini hanya menggunakan 2 variabel independen yang mempengaruhi penerimaan pajak dapat mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan badan. 2 Penelitian ini hanay menggunakan satu KPP sebagai tempat penlitian, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperluas wilayah cakupan serta lebih banyak KPP.

DAFTAR PUSTAKA Casavera. Perpajakan, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009. Erly, Suandy. Hukum Pajak. Jakarta Penerbit Salemba Empat. 2008 Fitriyani, Dewi dan Wiwik Tiswiyanti. Penerapan UU PPh No. 36 Tahun 2008: Manfaat dan Implikasi Bagi Wajib Pajak Pribadi, Jurnal Cakrawala Akuntansi, Vol.1, No.1, 2009. Fouktone. Optimalisasi Penerimaan Pajak Melalui Pembenahan Sistem Administrasi Pajak. 2007. Ginting, Riskon. Pengaruh Pemberian Surat Penagihan terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan, Jurnal Ekonomi & Bisnis 2006 Gisijanto dan Syahab. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak, Jurnal Ekonomi Akuntansi Pajak 2008. Herryanto, Marisa dan Agus Arianto Toli. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan. 2013 Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2004. Listyaningtyas, Ellya Florentin. Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Negara dari Sektor Pajak (Studi kasus di KPP Tulungagung, Surabaya, 2012. Mardiasmo. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: CV. ANDI, 2009. Pardiat. Pemeriksaan Pajak, Edisi Kedua, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008. Prastowo, Yustinus. Panduan Lengkap Pajak, Raih Asa sukses, Jakarta, 2009. Priantara, Diaz. Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, Djambatan, Jakarta, 2000. Purba, Arifanda. Analisis Hasil Pemeriksaan Pajak Tahun 2008-2011 untuk Menentukan Pola Profil wajib pajak Badan yang Potensial di Kantor. 2012 Rahayu, Siti Kurnia. Perpajakan Indonesia (Konsep dan Aspek Sosial), Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010. Resmi, Siti. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi Kelima, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Setiawan, Deddy Arief. Analisis Hubungan antara Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Surat Setoran Pajak dengan Penerimaan Pajak (Studi kasus pada KPP Jakarta Palmerah), Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol.7, No.1, April 2007. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta 2012. Sukirman. Pengaruh Manajemen Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak, Analisis Manajemen, Vol.5, No.1, Juli 2011. Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia (Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-undang Terbaru), Indeks, Jakarta, 2010. Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. Perpajakan Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat, 2003