BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring cepatnya perkembangan bisnis sekarang ini dan adanya perubahan mindset di kementerian BUMN, seluruh perusahaan BUMN sekarang ini harus mandiri dari segi pengadaan dana dan diharuskan untuk memperbaiki performa dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan BUMN dituntut untuk lebih banyak berkontribusi kepada Negara dan tidak hanya menjadi perusahaan sosial. PT. Pegadaian (P ersero) merupakan salah satu perusahaan BUMN dan merupakan satu-satunya perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa gadai. Pada awalnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1990, yang menyatakan bahwa PERUM Pegadaian yang merupakan badan usaha milik Negara merupakan badan usaha tunggal yang menyalurkan kredit atau uang pinjaman berdasarkan hukum gadai. Namun pada tahun 2000 dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun 2000 maka Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1990 dicabut dan tidak berlaku lagi. Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun 2000 tersebut menyatakan bahwa PERUM Pegadaian tidak lagi sebagai satu-satunya lembaga yang secara legal melaksanakan praktek usaha gadai di Indonesia (Abidin, 2011). Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah nomor 103 tahun 2000 tersebut maka disadari oleh PT. Pegadaian (Persero) bahwa persaingan usaha dalam 1
industri gadai akan meningkat karena peraturan tersebut secara tidak langsung melegalkan perusahaan-perusahaan lain untuk masuk ke industri jasa gadai dan menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan untuk tetap survive dan menjadi pioneer dalam industri jasa gadai ini. Untuk itu PT. Pegadaian (Persero) melakukan berbagai inovasi dengan mengembangkan produk baru yang sesuai dengan core competence agar tetap survive dalam industri gadai. Menurut Jemsly dan Martani (2006), ada beberapa alternatif strategi utama korporasi di dalam manajemen strategik yang dikelompokkan dalam delapan bagian yang salah satunya adalah strategi diversifikasi. Strategi diversifikasi dibagi lagi menjadi tiga yaitu strategi diversifikasi berhubungan, tidak berhubungan, dan horizontal. Sedangkan menurut Barney (2007), perusahaan dapat melakukan diversifikasi jika dapat fokus terhadap keterkaitan bisnisnya dengan memperhatikan batasan-batasan yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat mengejar strategi perusahaan terbatas, diversifikasi perusahaan terkait atau dengan diversifikasi perusahaan yang tidak terkait. Dalam hal ini PT. Pegadaian (Persero) melakukan diversifikasi berhubungan/konsentrik yang merupakan strategi yang dilakukan perusahaan dengan menambah usaha baru atau produk/jasa baru yang masih berhubungan dengan produk/jasa yang dimiliki perusahaan saat ini. Produk tersebut salah satunya adalah produk mulia dimana produk ini merupakan produk jual beli logam mulia yang berupa logam mulia emas lantakan atau batangan. Produk ini ditangani oleh Divisi Bisnis Emas PT. Pegadaian (Persero). Pada awalnya Divisi Bisnis Emas ini dibawah Divisi Usaha Lain PT. Pegadaian (Persero). Karena 2
semakin berkembangnya produk mulia ini maka kemudian unit Bisnis Emas dipisahkan dari Divisi Usaha Lain dan dibentuk Divisi Bisnis Emas yang bertugas mengelola pesanan pembelian logam mulia, pengambilan logam mulia ke PT. Aneka Tambang (Persero), pendistribusian logam mulia serta pengedukasian dan sosialisasi mengenai pentingnya investasi logam emas batangan ke masyarakat dan instansi-instansi lain. Seiring dengan berhasilnya sosialisasi dan edukasi yang dilakukan tim divisi bisnis emas kepada masyarakat dan instansi-instansi lain, semakin banyak masyarakat yang menyadari dan mengetahui akan investasi logam mulia emas batangan yang lebih sedikit risikonya dibanding dengan investasi dibursa saham, dan semakin banyaknya pesanan logam mulia emas melalui produk mulia dari cabang-cabang PT. Pegadaian ( Persero) diseluruh Indonesia maka semakin besar divisi dan semakin banyak keputusan penting yang harus diambil dalam waktu yang singkat. Pembentukan divisi bisnis berbasis emas ini untuk memenuhi kebutuhan investasi emas dimasyarakat. Jika dilihat dari jumlah permintaan investasi untuk emas batangan dan koin diseluruh dunia dari tahun ke tahun yang terus meningkat, begitu juga jumlah permintaan emas batangan dan koin untuk investasi di Indonesia. Peningkatan ini seiring dengan kesadaran masyarakat Indonesia untuk berinvestasi namun menginginkan investasi yang tidak terlalu besar dan mudah, tidak rumit. Menurut World Gold Council trend (Q1 2011-Q2 2014) permintaan investasi emas batangan dan coin di seluruh dunia mengalami pasang surut. Dilihat dari grafik permintaan investasi emas dibawah, berdasarkan Gold Demand Trends kuarter kedua 2014 yang dikeluarkan oleh Worl Gold 3
Council bahwa sejak Q1 2011 hingga Q2 2014 mengalami pasang surut, namun permintaan emas batangan dan coin mencapai puncaknya pada Q2 tahun 2013 yaitu mencapai 600 ton, hal ini terjadi karena beberapa investor profesional melikuidasi ETF (Exchange Traded Funds)nya yaitu suatu reksa dana yang diperdagangkan di bursa. Sedangkan para investor di pasar Asia dan Timur Tengah melakukan investasi dalam bentuk emas batangan dan coin, sehingga pada Q2 tahun 2013 tersebut permintaan emas batangan dan coin di dunia mengalami lonjakan yang sangat hebat. Namun jika di rata-rata dari data tersebut permintaan investasi emas batangan dan coin berkisar 400 ton per quarternya. Grafik 1.1 Permintaan Investasi Emas di Dunia Sumber: WGC Gold Demand Trends Q1 2011 Q1 2014 Di Indonesia sendiri, menurut World Gold Council tahun 2014 permintaan investasi untuk emas batangan dan coin masih dibawah permintaan emas untuk kegunaan perhiasan. Namun dari sekian banyak permintaan investasi untuk emas 4
batangan dan koin di Indonesia, pemenuhan kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi kurang lebih rata-rata 30% oleh PT. Aneka Tambang (Persero) selaku perusahaan BUMN yang bergerak dalam pertambangan dan penjualan emas di Indonesia. Penjualan emas PT. Aneka Tambang (Persero) ini juga sangat terbantu dengan adanya bisnis emas PT. Pegadaian (Persero) karena jumlah kantor cabang dan unit PT. Pegadaian (Persero) yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia yang sampai tahun 2014 ini berjumlah kurang lebih sekitar 5000 unit/outlet. Grafik 1 menunjukkan permintaan emas di Indonesia menurut WGC dan jumlah penjualan P.T. Aneka Tambang (Persero). Grafik 1.2 Permintaan Emas di Indonesia Menurut WGC dan Jumlah Penjualan P.T. Aneka Tambang (Persero). Sumber: WGC Gold Demand Trends 2011-2014 & Laporan Kuartal P.T. Aneka Tambang (Persero)2011-2014 Dari data yang ditampilkan bisa dilihat market share untuk penjualan emas batangan di Indonesia masih sangat besar dan hal ini menjadi peluang bagi bisnis 5
emas untuk dapat segera mengembangkan diri untuk memenuhi market share yang ada. Demand yang tinggi untuk investasi dalam bentuk emas batangan dan koin di Indonesia jika dirata-rata yaitu sebesar 2,1 ton per bulannya atau 6 ton per kuarternya merupakan pangsa pasar yang tinggi dimana pemenuhan kebutuhan permintaan tersebut hanya dapat dipenuhi oleh PT. Antam (Persero) rata-rata 0,68 ton per bulannya atau hanya sebesar 2 ton per kuarternya. Sesuai dengan wawancara awal yang penulis lakukan dengan Bapak Rudy Kurniawan yag merupakan salah satu Manajer di Divisi Bisnis Emas (Komunikasi melalui email, 17 Maret, 2014), bahwa kesulitan yang dihadapi oleh Divisi Bisnis Emas untuk berkembang saat ini salah satunya adalah masih terikatnya Divisi Bisnis Emas dengan prosedur dan aturan-aturan yang melekat pada PT. Pegadaian (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara sehingga membuat Divisi Bisnis Emas agak kurang dapat berkembang. Contohnya adalah jika nantinya Divisi Bisnis Emas akan melakukan pembelian bahan baku berupa emas mentah atau berupa butiran emas (scrap) dipasar luar negeri dan akan di cetak menjadi kepingan emas akan terhambat. Keputusan yang harus diambil untuk melakukan kesepakatan harga emas karena harga emas dipasaran luar negeri yang bergerak cepat dalam hitungan menit, akan tertunda karena tidak dapat diambil secara langsung oleh Divisi Bisnis Emas. Contoh yang lain adalah banyaknya barang lelang PT. Pegadaian ( Persero) berupa perhiasan dari emas maupun emas batangan yang masih belum banyak terjual sehingga mengakibatkan Non Performing Loan (NPL) PT. Pegadaian ( Persero) sendiri menjadi tinggi. Barang lelangan tersebut yang berupa perhiasan emas sejatinya dapat menjadi bahan baku 6
bagi Divisi Bisnis Emas yang nantinya dapat dilebur kemudian dicetak kembali menjadi logam emas batangan, namun karena Divisi Bisnis Emas masih merupakan salah satu divisi di PT. Pegadaian (Persero) sehingga masih dalam satu aturan PT. Pegadaian (Persero) maka hal ini tidak dapat terlaksana. Contoh lainnya adalah mengenai waktu transaksi penjualan emas oleh Divisi Bisnis Emas dan di cabang-cabang PT. Pegadaian (Persero) seluruh Indonesia yang hanya dapat dilakukan mulai Pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00. Hal ini terkait dengan harga standar emas yang dikeluarkan oleh vendor atau pemasok logam emas yaitu PT. Aneka Tambang (Persero) dan keterkaitannya dengan jumlah pemesanan emas batangan serta pembayaran yang terbatas hanya sampai pukul 14.00. Hal-hal tersebut diatas merupakan beberapa contoh yang menjadi kendala Divisi Bisnis Emas dalam melakukan penjualan emas dan terutama dalam memenuhi market share permintan investasi emas batangan di Indonesia. Oleh karena itu jika suatu perusahaan ingin lebih berkembang dan sukses dalam industrinya sesuai teori dari Porter (1980), maka ada tiga pendekatan strategi generik yang sukses dan potensial yang dapat dilakukan oleh perusahaan tersebut dalam industri yang digelutinya, yaitu pertama, melalui kepemimpinan biaya secara keseluruhan ( Overall Cost Leadership), kedua, melalui pendekatan differensiasi produk ( Differentiation), ketiga, dengan fokus didalam industri tersebut. Jika memang Divisi Bisnis Emas PT. Pegadaian (Persero) ingin berhasil dalam industri yang digelutinya minimal Divisi Bisnis Emas harus fokus didalam industri yang digelutinya, dimana jika dilihat bahwa perusahaan yang masuk 7
dalam industri perdagangan logam emas batangan masih sedikit dan adanya market khusus yang dihadapi oleh Divisi Bisnis Emas PT. Pegadaian (Persero). Jika dilihat dari market share dan kendala-kendala yang dihadapi Divisi Bisnis Emas maka dapat dikatakan bahwa kontribusi Divisi Bisnis Emas untuk PT. Pegadaian ( (Persero) masih kurang maksimum karena terbentur dengan aturan-aturan yang membatasi gerak Divisi Bisnis Emas. Dengan demikian urgensi pembentukan Strategic Business Unit PT. Pegadaian (Persero) sangat tinggi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan cepat dan fokus dalam industri agar menjadi pioneer dalam industri perdagangan logam emas batangan sehingga dapat memenuhi market share permintaan investasi logam emas di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, agar Divisi Bisnis Emas dapat lebih fokus melayani suatu segmen konsumen dan dapat unggul dalam industri penjualan logam mulia emas batangan maka diperlukan adanya suatu pembentukan anak perusahaan atau Strategic Business Unit Bisnis Emas agar perusahaan mampu menjalankan aktifitasnya dengan lebih efisien dan efektif. Berkaitan dengan kondisi tersebut maka dibutuhkan suatu analisis pengambilan keputusan untuk pembentukan anak perusahaan atau unit usaha strategis baru. 8
1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah, agar Divisi Bisnis Emas dapat berkembang dan fokus dalam menjalankan bisnis dan melayani konsumen dengan lebih baik maka pertanyaan penelitiannya adalah apakah bisnis emas layak dijadikan unit usaha strategis berdasarkan hasil analisis keekonomian kelayakan bisnis? 1.4 Tujuan Penelitian Dari pertanyaan penelitian, penelitian ini betujuan untuk memberikan dasar pengambilan keputusan melalui aspek keekonomian kelayakan bisnis PT. Pegadaian (Persero) dalam rangka pengembangan perusahaan dengan membentuk anak perusahaan yang bergerak pada jual beli logam mulia emas batangan. 1.5 Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan yaitu PT. Pegadaian (Persero) dan bagi pengembangan ilmu/akademisi. - Bagi Perusahaan Dapat memberi kontribusi pemikiran dan bahan masukan bagi corporate strategy serta pertimbangan dalam pengembangan PT. Pegadaian (Persero). - Bagi Pengembangan ilmu/akademisi. 9
Dapat memberikan pengetahuan mengenai langkah-langkah pembentukan unit usaha strategis dan juga dapat merancang rencana bisnis suatu usaha. 1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini hanya sebatas menganalisis kelayakan suatu bisnis dari aspek keekonomian dan kelayakan investasinya. 1.7 Sistematika Pembahasan Sistimatika penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang pemilihan tema, permasalahan yang dihadapi oleh Divisi Bisnis Emas PT. Pegadaian (Persero), tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistimatika penulisan penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang teori-teori yang diperoleh dari berbagai sumber yang berhubungan dengan permasalahan dan tujuan penulisan yang akan dipakai sebagai landasan teori dalam melakukan analisis dan menjelaskan temuan serta analisis hasil penelitian 10
BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang langkah-langkah penelitian, dan data variabel yang dipakai dalam perhitungan, alat analisis yang dipakai untuk menjelaskan dan menggambarkan kelayakan bisnis ditinjau dari studi kelayakan bisnis aspek kelayakan investasi. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi analisis kelayakan pembentukan suatu perusahaan melalui studi kelayakan bisnisnya dari aspek kelayakan investasi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Memberikan kesimpulan dan saran sebagai solusi yang direkomendasikan bagi manajemen perusahaan berdasarkan analisis studi kelayakan bisnis pembentukan unit bisnis baru 11