BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma menurut Nyoman Kutha Ratna (2011:21) adalah seperangkat keyakinan mendasar, pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun tindakantindakan manusia yang disepakati bersama, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun penelitian ilmiah. Bagi seorang ilmuan paradigma dengan demikian dianggap sebagai konsep-konsep kunci dalam melaksanakan suatu penelitian tertentu, sebagai jendela dari mana ia dapat menyaksikan dunianya secara jelas. 1 Terdapat beberapa jenis-jenis paradigma dalam penelitian, salah satunya adalah paradigma kritis. Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu sangat berhubungan dengan pengamat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta nilai nilai yang dianut oleh pengamat tersebut turut mempengaruhi fakta dari kenyataan tersebut. Paradigma teori kritis ini sama dengan paradigma postpositivisme yang menilai realitas secara kritis. 2 Penelitian ini menggunakan paradigma kritis di mana peneliti mengungkapkan bahwa teks di dalam media adalah hasil proses wacana media. Di dalam proses tersebut, nilai-nilai, ideologi dan kepentingan media turut serta. 1 Rumdi Raharja (2012). Nilai-nilai Budaya dalam Sastra Klasik. Universitas Pendidikan Indonesia [online]. Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 dari a- research.upi.edu/operator/upload/t_ind_1007032_chapter3.pdf 2 Jalaludin Rakhmat. Metode Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2001 hal 24 45
46 3.2 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Di mana penelitian kualitatif merupakan proses penelitian dan ilmu pengetahuan yang tidak sesederhana penelitian kuantitatif karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahaun, tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomenafenomena sosial, melalui penhamatan di lapangan, kemudian menganalisannya dan kemudian berupaya melalukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati tersebut. 3 Selain itu, penelitian deskriptif menggambarkan pula sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab dari suatu gejala tertentu, dalam arti menggambarkan pula bagaimana sebuah frekuensi sosial terjadi sehingga penelitian deskriptif juga bertujuan memberikan gambaran yang lengkap mengenai kondisi sosial dan hubungan yang terdapat dalam penelitiannya. Penelitian deskriptif ditujukan untuk : (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan dan evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan 3 M. Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan ilmu sosial lainnya. Kencana Prenada Media Group: Jakarta. 2007. Hal 26
47 keputusan pada waktu yang akan datang. 4 Penelitian deskriptif juga bertujuan untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel. 5 Sementara itu, menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.dalam hal ini, tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. 6 Hasil dari penelitian dengan memakai pendekatan kualitatif biasanya berupa laporan berupa pemaknaan data-data yang merupakan prinsip dasar riset kualitatif, yaitu bahwa realitas ada di pikiran manusia, realitas adalah hasil dari konstruksi sosial manusia. Hasil tersebut nantinya diharapkan mampu menjelaskan dan memahami fenomena yang terjadi di suatu masyarakat dalam kaitannya dengan topik penelitian. Penelitian ini lebih menekankan terhadap kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data. 4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta; PT.Raja Grafindo Persada, 2004 5 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta; Kencana, 2008 6 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 1998
48 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisis wacana. Dalam analisis wacana kritis, wacana di sini tidak dipandang semata sebagai studi bahasa. 7 Memang pada akhirnya analisis wacana memakai bahasa sebagai objek yang akan dianalisis, namun ada faktor lain yang mempengaruhi terproduksinya struktur bahasa, yakni konteks. Melalui analisis wacana, kita mengetahui bagaimana pesan itu disampaikan lewat kata, frase, kalimat, metafora. 8 Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis wacana Sara Mills karena peneliti merasa bahwa model ini memiliki kontribusi dalam analisis mengenai ideologi gender. Titik perhatian Mills adalah pada wacana feminisme, menunjukkan bagaimana teks bias dalam menampilkan perempuan. Sara Mills mengupas bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, baik novel, gambar, foto, ataupun dalam berita. Maka, apa yang dilakukan Mills sering disebut sebagai wacana berperspektif feminis. Sasaran utama dari tulisan Mills karena adannya ketidakadilan yang dialami perempuan dan adanya kecenderungan perempuan ditampilkan dalam teks sebagai pihak yang salah dan marginal dibandingkan dengan pihak laki-laki. 3.4. Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah film Siti dalam bentuk DVD. Film ini dipilih menjadi subyek penelitian karena film ini merupakan film yang 7 Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. 2001 hal. 7 8 Yoce Aliah Darma. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya. 2009 hal. 51
49 mengindikasikan adanya unsur-unsur ketidakadlian terhadap perempuan yang berada di dalam kuasa patriarki. Potongan-potongan gambar dan teks dari film Siti yang menjadi unit analisis penelitian ini. 3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer Dalam penelitian ini penulis melakukan interpretasi terhadap film Siti dengan menggunakan Analisis Wacana Sara Mills. 3.5.2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari studi kepustakaan (literature), guna menunjang proses pengumpulan data ini, penulis lakukan dengan mencari buku, internet, artikel, maupun teks-teks yang mengandung penelitian ini. 3.6 Teknik Analisis Data Data dalam penelitian ini akan dianalisis melalui beberapa tahapan dengan menggunakan model Analisis Wacana Sara Mills yaitu: 1. Peneliti terlebih dahulu menonton dan mencermati bahasa berupa teks dialog dan gambar pada film Siti. 2. Mengidentifikasi peran perempuan dalam sektor domestik dan publik yang terdapat dalam film Siti melalui teks dan gambar. 3. Peneliti mengelompokkan data berupa kalimat dan gambar ke dalam sebuah tabel kerangka Sara Mills yang menempatkan Posisi Subjek-Objek
50 Penceritaan dan Posisi Penulis-Pembaca yang mengandung peran perempuan dalam ranah domestik dan publik. NO TEKS/TINGKAT Adegan Gambar Dialog Posisi Subjek-Objek Posisi Pembuat Film-Penonton 4. Peneliti menafsirkan makna. 5. Peneliti menyimpulkan makna.