IKATAN PSIKOLOGI KLINIS

dokumen-dokumen yang mirip
2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

BAB I 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam, berkembang dan berubah. Seseorang bekerja karena

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

I. UMUM. menjadi...

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PSIKOLOG KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href=" Pendidikan Indonesia (UPI)</a>

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

PENGANTAR PSIKOLOGI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan depresi. Ganguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian (Notoatmojo, 2003).

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mellyarti Syarif. Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien. Disertasi. Kementrian Agama RI. Jakarta hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS.

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

STRATEGI DINAS KESEHATAN MEMPERKUAT KESEHATAN MENTAL MELALUI PELAYANAN PRIMER. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2016 Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Nahar, SH, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB IV PENUTUP. awal penulisan ini. Adapun kesimpulan tersebut sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2014, No Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Den

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

Nomor 29 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 29 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 29 TAHUN 2010

Transkripsi:

Hari Kesehatan Mental Sedunia Mental Health in the Workplace Kesehatan jiwa yang prima mewujudkan produktifitas kerja dan kesejahteraan keluarga Pengantar World Mental Health Day (WMH Day) atau Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober merupakan momentum pengingat atas pentingnya penghormatan terhadap hak-hak orang dengan gangguan kesehatan jiwa (ODGJ) dan perluasan jangkauan dan akses pelayanan kesehatan jiwa. Selain itu WMH Day selalu menggarisbawahi pentingnya peningkatan program pencegahan masalah kesehatan jiwa serta optimalisasi upaya pencapaian kesehatan jiwa secara umum. Setiap tahun, tema hari kesehatan jiwa sedunia bergerak sesuai prioritas tahunan yang ditetapkan oleh World Federation of Mental Health; dan tahun ini tema yang diusung adalah Mental Health in the Workplace. Subtema yang diangkat oleh Indonesia adalah Kesehatan Jiwa yang Prima Mewujudkan Produktifitas Kerja dan Kesejahteraa Keluarga. Kesehatan mental/jiwa di tempat kerja: Mengapa penting? Lebih dari separuh waktu kehidupan seseorang yang berusia produktif akan dihabiskan dengan bekerja baik di sektor formal maupun non-formal. Per Februari 2015, jumlah penduduk berusia produktif tercatat 120.8 juta jiwa dari total 254,9 juta jiwa penduduk Indonesia (BPS, 2015). Artinya, hampir separuh dari penduduk Indonesia mengalokasikan sebagian besar waktu hidupnya beraktivitas produktif. Besarnya porsi waktu kehidupan seseorang untuk bekerja memberi landasan yang cukup bagi kualitas berkehidupan di tempat kerja untuk berkontribusi terhadap status kesehatan fisik dan mental/jiwa seseorang. 1

Bekerja atau melakukan kegiatan produktif merupakan faktor penting dalam penentuan status kesehatan mental seseorang, namun peranannya bagai pisau bermata dua. Bekerja dapat membantu pencapaian status kesehatan jiwa yang optimal namun dapat pula menjadi penyebab dari turunnya status kesehatan jiwa seseorang. Ketika seseorang bekerja secara produktif, ia akan memperoleh kompensasi hasil kerja untuk menjamin kelangsungan hidup diri dan keluarga; selain itu berkaryacipta dan menjadi bagian dari masyarakat merupakan proses yang membentuk kemampuan, pengembangan pribadi, dan serta menguatkan eksistensi diri dan kebermaknaan hidup seseorang. Disisi lain, ketika beban kerja dan lingkungan kerja tidak kondusif serta work-life balance gagal diupayakan, seseorang dapat menemukan dirinya terperangkap dalam situasi yang nyaris tak dapat terurai dimana ia mengalami penurunan kondisi kesehatan psikis dan atau fisik yang kemudian dapat terus berkembang merusak kesehatan sosial dan spiritual. Acapkali seseorang terlambat untuk menyadari bahwa status kesehatan mental/jiwa dirinya terganggu. Kesadaran baru muncul saat ia tidak lagi mampu berfungsi optimal, baik ditempat kerja maupun di rumah, yang ditandai dengan penurunan produktifitas kerja, terjadinya konflik ekternal dengan kolega di tempat kerja, penurunan status kesehatan fisik, dan lain sebagainya. Selain itu, individu cenderung enggan membuka diri atau bahkan menolak (denial) persoalan gangguan kesehatan mental/jiwa yang dialami di tempat kerja; biasanya karena khawatir status kesehatan jiwa tersebut akan menghambat karir atau bahkan membahayakan status kepegawaian mereka di tempat kerja (stigma). Akibatnya, penurunan produktifitas kerja tidak dapat dihindari. Telah cukup banyak studi ilmiah yang meneliti kerugian yang ditimbulkan oleh buruknya status kesehatan mental/jiwa pegawai. Berdasarakan studi yang dilakukan di Amerika (Harvard Mental Health Letter, 2010) yang melibatkan 34,622 pekerja di 10 perusahaan besar ditemukan bahwa Gangguan Depresi menempati ranking pertama yang menimbulkan kerugian terbesar bagi perusahaan (direct & indirect cost), urutan berikutnya adalah obesitas, arthritis, back-and-neck pain, dan Gangguan Kecemasan. Selain itu Gangguan Bipolar dan ADHD merupakan gangguan 2

yang umum muncul ditempat kerja. Seringkali atasan/manager yang mulai mengamati adanya perubahan perilaku dan penurunan produktifitas pegawai pun tidak terlalu yakin bagaimana penanganan efektif atas kondisi yang dialami pegawai tersebut. Peran Psikolog dan Psikolog Klinis di Indonesia Psikolog adalah seorang profesional dengan kompetensi melakukan asesmen dan intervensi perilaku manusia untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis bersangkutan demi pencapaian status kesehatan yang paripurna. Perilaku manusia sangat lah kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang bersumber dari diri individu dan lingkungannya. Karena kompleksitas inilah maka gangguan perilaku manusia selalu berada dalam suatu rentang kontinum (bukan dikotomi, sehatsakit). Di Indonesia, secara umum ada empat bidang fokus praktisi psikolog yaitu psikolog yang berfokus pada pengembangan dan penanganan persoalan psikologis perilaku pada setting : (1) Sekolah/pendidikan, (2) Industri dan Organisasi (I/O), (3) Sosial serta (4) Klinis. Kemampuan dasar keempat fokus bidang psikologi tersebut relatif setara dengan porsi muatan pendidikan dan latihan sesuai dengan bidang fokusnya. Psikolog Klinis adalah tenaga kerja professional kesehatan yang mempunyai tugas dan kewajiban memberikan layanan pada msyarakat sesuai dengan kompetensinya dalam bidang psikologi klinis untuk melakukan penangangan persoalan kesehatan mental/jiwa mulai dari upaya peningkatan keualitas kesehatan jiwa ( promosi ) pencegahan (prevensi), asesmen dan penegakan diagnosa klinis, intervensi atau pemberian perlakukan (kurasi), dan pemulihan (rehabilitasi) bagi individu dengan segala usia pada berbagai setting termasuk di antaranya keluarga, lingkungan pendidikan/sekolah, dan lingkungan kerja. Penanganan gangguan kesehatan mental/jiwa oleh Psikolog Klinis dapat dikenakan kepada individual (individual clinical counseling/psychotherapy), kelompok (couple/family/group clinical counseling / psychotherapy) maupun komunitas (rehabilitasi psikososial dan vokasional, pengorganisasi komunitas dan advokasi). Layanan tersebut dapat diberikan di layanan kesehatan primer (puskesmas), sekunder (rumah sakit), tersier 3

(rumah sakit khusus), dan klinik konsultasi mandiri maupun setting formal komunitas yang lain misalnya lingkungan rumah tangga (penyuluhan komunitas), sekolah, asrama, pesantren, dan tempat kerja. Psikolog I/O cenderung berfokus pada pengembangan diri dan peningkatan produkfitas kerja; dengan berbagai kompleksitas perilaku manusia dalam dunia kerja serta kemajuan dunia (IPTEK dan sosial politik). Psikolog I/O mempunyai kompetensi dalam melakukan asesmen, analisa, dan menemukan solusi terbaik demi pengembangan diri dan karir individu maupun demi produktifitas perusahaan. Termasuk didalamnya adalah memberikan masukan kebijakan perusahaan agar lingkungan kerja dapat mempromosikan work-life balance, misalnya dengan menyediakan fasilitas gym/olahraga, edukasi nutrisi, kebijakan cuti-tunjangan dan kompensasi, dan lain sebagainya. Kesehatan mental/jiwa di tempat kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor personal (misalnya: kecenderungan kepribadian, gaya belajar dan komunikasi, situasi keluarga, dll ), jenis dan beban kerja, keberadaan layanan kesehatan di tempat kerja serta dukungan perusahaan lain berupa kebijakan-kebijakan manajemen yang mendukung keseimbangan kerja dan hidup (work-life balance). Stress management di tempat kerja merupakan salah satu contoh persinggungan wilayah Psikolog I/O dan Psikolog Klinis dimana kedua subprofesi ini dapat bersinergi bekerjasama. Ketika stress yang dialami oleh pegawai atau sekelompok pegawai secara signifikan mengganggu produktifitas kerja dan keberfungsian seseorang, Sebagai contoh, depresi pada taraf sangat ringan dapat termanifestasi sebagai stress kerja; contoh gejala yang tampak: kurang konsentrasi, mudah marah atau sedih, kesulitan tidur, selalu merasa lelah, serba salah, banyak mengeluh dan complain. Namun ketika muncul pola-pola berpikir keliru (distorsi kognitif), komunikasi tidak efektif, atau peningkatan intensitas dari gejala-gejala yang tampak (ringan) tadi, maka kemungkinan depresi akut sedang berkembang. Selain itu, biasanya keluarga pegawai akan terkena dampak buruk dari menurunnya status kesehatan jiwa pegawai yang pada gilirannya membuat pegawai justru kehilangan sumber dukungan sosialnya (kehilangan kehangatan/keharmonisan keluarga). 4

Psikolog Klinis memiliki kompetensi yang spesifik dan efektif dalam memberikan penanganan Gangguan Depresi (dan gangguan kesejatan mental/jiwa lainnya) baik pada individu yang mengalami maupun keluarganya. Di Indonesia, kerjasama antara Psikolog I/O dan Psikolog Klinis telah umum dilakukan baik atas fasilitasi perusahaan maupun referral. Psikologi memiliki pandangan fundamental bahwa gangguan perilaku manusia selalu berada dalam suatu kontinum sehingga kerjasama internal antar spesialisasi/bidang konsentrasi psikolog maupuan kerjasama lintas profesi kesehatan merupakan keniscahyaan demi tercapainya status kesehatan mental/jiwa yang paripurna bagi individu dan masyarakat. Pemahaman akan perkembangan manusia dari sejak dalam kandungan yang tidak hanya meliputi pertumbuhan ragawi saja, akan tetapi juga kondisi mental psikologis yang juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana individu tersebut bertumbuh kembang merupakan dasar untuk memahami dinamika terjadinya sebuah gangguan kejiwaan dan pemilihan alternative intervensinya. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan lingkungan pertama maupun utama bagi seorang individu tentu mempunyai peran yang sangat signifikan dalam pembentukan manusia-manusia yang berkualitas; yang mampu mengembangkan potensinya untuk berkarya serta mempunyai kestabilan emosi dan kemampuan regulasi diri yang prima. Kualitas pribadi. Melalui pengasuhan dan pendidikan dalam keluarga seseorang mendapatkan bekal-bekal dasar menjadi manusia yang mempunyai kemampuan untuk mengelola kondisi intrapsikisnya serta daya lenting (resiliency) untuk menghadapi berbagai permasalahan hidup. Oleh karenanya sangat penting untuk dilakukan penguatan pada pengasuhan dan pendidikan anak di dalam keluarga. Edukasi pada orang tua tentang pengasuhan yang stimulatif dan berkesadaran rasa untuk membentuk pribadi unggul menjadi sangat penting. Di sisi lain, pengasuhan yang berbasis pada tradisi dan kearifan lokal akan kembali meneguhkan jati diri manusia Indonesia yang berdasarkan perjalanan sejarah telah terbukti tangguh. Psikolog Klinis sebagai tenaga kesehatan di Indoensia siap untuk berkontribusi dalam melkukan upaya-upaya promotif, preventif, kuratif maupun 5

rehabilitative demi kesehatan dan kesejahteraan psikologis masyarakat Indonesia sesuai dengan semboyan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia psikologis masyarakat Indonesia Sehat sejahtera Jayalah Indonesiaku, jayalah Nusantaraku, produktif, serta sehat dan sejahtera psikologis masyarakatnya... 6