Analisis Kebijakan Maintenance dengan Mempertimbangkan Biaya Maintenance Teroptimal pada Sub Bagian Forklift PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Afina Fauziyyah 1, Sriyanto 2

Analisis Repair Policy dan Preventive Maintenance pada Mesin KDS 800 PT. Phapros

PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL

*

ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku

Nama : Hendra Nim : Matakuliah : Manajemen Perawatan Dosen : Prof. Dr. Sukaria Sinulingga, M.Eng.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN DASAR MAINTENANCE (PERAWATAN) Beberapa pengertian maintenance (perawatan) dapat di uraikan sebagai berikut

Sistem Manajemen Maintenance

BAB III LANDASAN TEORI

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN MESIN CONTINOUS SHIP UNLOADER 1 PT PETROKIMIA GRESIK

Mustofa Muthi Said Susilo. *), Hery Suliantoro

CORRECTIVE MAINTENANCE

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

Mempelajari Manajemen Pemeliharaan Mesin Filling Betadine Pada PT Mahakam Beta Farma. Disusun Oleh : Fazri Akbar ( )

BAB III LANDASAN TEORI

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci: CNC Waldrich Siegen, preventif maintenance, repair policy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Jenis. Urea Ammonia

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai.

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

PERTEMUAN #1 PENGANTAR DAN PENGENALAN PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT316 PEMELIHARAAN DAN REKAYASA KEANDALAN

PREVENTIVE MAINTENANCE

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Tri Yuningsih¹,Refdilzon Yasra²,HeryIrwan³ ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN DAN PENENTUAN JUMLAH PERSEDIAAN SUKU CADANG ROLL KARET YANG OPTIMAL DI PT. MASSCOM GRAPHY SEMARANG

RR. INTANTYA PRANANDINI SASMAYANTI

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

3. BAB III LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

OPTIMALISASI INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN MESIN PACKER TEPUNG TERIGU KEMASAN 25 KG DI PT X

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

PENERAPAN SISTEM PERAWATAN TERPADU DALAM UPAYA MENINGKATKAN KONDISI OPERASIONAL PERALATAN WORKSHOP DAN LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dengan perusahaan manufaktur lainnya, maka diperlukan kebijakan

BAB II BAHAN RUJUKAN

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI DEPARTEMEN NON JAHIT PT. KERTA RAJASA RAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. sama pentingnya dengan bagian lainnya yang terdapat dalam top manajemen.

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang)

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

PENERAPAN METODE RELIABILITYENGINEERING DALAM PERENCANAAN PERAWATAN MESIN DI PERUSAHAAN PRODUKSI AIR MINUM

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS MESIN TRIMMING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perancangan Penjadwalan Perawatan Mesin dengan Metode Map Value Stream Mapping (MVSM) di PT XXX

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

MINIMASI BIAYA PERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREVENTIVE MAINTENANCE POLICY

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara kontinu karena mesin memiliki batas umur dalam

ANALISIS PREVENTIVE MAINTENANCE DAN RANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MESIN DIE CASTING

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN VOLPACK MENGGUNAKAN METODE AGE REPLACEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh

ANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK.

BAB I PENDAHULUAN. elektronik dengan menggunakan tiga jenis mesin injeksi. Dua tahun

POLITEKNIK KEDIRI MANAJEMEN PERAWATAN NO: 4973/E3.SP4/2013 SEMESTER 6 BAB I BAB VII BAB II PROSEDUR DAN STRAREGI PERAWATAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENYIMPANAN BAN PESAWAT DI GUDANG PESAWAT UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN. PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki

Bab I Pendahuluan. Recycle. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab I Pendahuluan. Gambar I. 1 Desain Kantong Pasted. Sumber : Biro Pabrik Kantong PT. Semen Padang

ANALISIS KEBIJAKAN PEMELIHARAAN MESIN DALAM RANGKA MEMINIMUMKAN BIAYA PEMELIHARAAN PADA PT PARAMOUNT BED INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penjadwalan Pemeliharaan Mesin Pengelasan Titik Bergerak Menggunakan Metode Realibility Centered Maintenance (RCM)

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk terus-menerus mencari usaha dan cara untuk mampu bersaing dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

c. Bab II berisikan landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam pemecahan permasalahan yang diteliti.

Y = F + VX. di mana = total biaya produksi = biaya tetap per periode = biaya variabel per unit pemicu biaya = pemicu biaya yang paling mungkin

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI

Transkripsi:

Analisis Kebijakan Maintenance dengan Mempertimbangkan Biaya Maintenance Teroptimal pada Sub Bagian Forklift PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus Aprilia Dian Tresnaningrum 1), Diana Puspitasari 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang 50239 Telp. (024)7460052 E-mail: ADTresnaningrum@gmail.com 1) ABSTRAK PT Pura Barutama adalah perusahaan yang memproduksi kertas dan berloakasi di Kudus, Jawa Tengah. Proses produksi selama 24 jam yang dijalankan PT Pura Barutama, membuat peran forklift untuk mengangkut gulungan kertas ke gudang menjadi ssama pentingnya dengan fasilitas utama produksi. Data historis menunjukkan kondisi overhaul pada forklift Toyota FD 50, Toyota FD 35, dan Komatsu FD 35 yang beresiko menghentikan alur produksi. Penelitian dilakukan untuk menganalisis kebijakan maintenance yang diterapkan pada ketiga forklift ini. Analisis dilakukan dengan membandingkan maintenance yang dihasilkan dari repair maintenance policy dan preventive maintenance policy. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa kebijakan maintenance yang relevan untuk diterapkan pada ketiga forklift tersebut adalah repair maintenance policy yang menghasilkan total biaya maintenance terendah. Rekomendasi yang diberikan pada perusahaan adalah dalam penerapan repair maintenance policy perlu memperhatikan ketersediaan komponen dan kesiapan operator maintenance. Kata-kata kunci: Forklift, Repair Maintenance Policy, Preventive Maintenence Policy ABSTRACT Optimal Maintenance Analysis Policy for Forklift Subsection PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus. PT Pura Barutama is a paper manufacture company located in Kudus, Central Java. Having production process continuously on 24 hours, making forklift is as important as other production facilities because it transports fresh paper roll to the warehouse. Historical data shows that overhaul on forklift Toyota FD 50, Toyota FD 35, and Komatsu FD 35 are risking the production process because it could stop production flow from production area to warehouse. The goal of this research is to analyze the maintenance policy applied on these forklift. Analysis is done with comparing total maintenance cost for repair maintenance policy and preventive maintenance policy. The study shows that the most suitable maintenance policy to applied on these forklift is repair maintenance policy because it has the least total maintenance cost. Recommendations that drawn from this study are in applying repair maintenance policy, the avaibility of forklift spare parts and skilled maintenance operator should be considered so that repairment could be done as soon as possible. Keywords : Forklift, Repair Maintenance Policy, Preventive Maintenence Policy PENDAHULUAN Menjaga ketersediaan fasilitas pendukung produksi merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk keberlangsungan kegiatan produksi perusahaan. PT Pura Barutama, sebagai perusahaan yang memproduksi kertas dan berlokasi di Kudus, Jawa Tengah, memiliki proses produksi yang berkesinambungan selama 24 jam sehingga menjaga fasilitas pendukung produksi menjadi sama pentingnya dengan menjaga fasiliats produksinya. Salah satu fasilitas pendukung tersebut adalah forklift yang digunakan untuk mengangkut gulungan kertas yang sudah jadi ke gudang penyimpanan. Namun berdasarkan data historis perusahaan ditemukan bahwa kondisi forklift dalam keadaan overhaul. Padahal overhaul yang terjadi pada forklift akan menambah biaya bagi perusahaan karena perbaikan dilakukan oleh pihak luar perusahaan dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk memperbaikinya. Hal ini 1

2 tentunya akan mengurangi efektifitas dan efisiensi perusahaan karena dapat menyendat alur produksi dengan ketidaktersediaan armada forklift yang cukup untuk mengangkut hasil produksi. Dalam penelitian ini akan dibahas masalah perawatan pada forklift yang digunakan dalam proses produksi PT Pura Barutama, yaitu forklift Toyota FD 50, Toyota FD 35, dan Komatsu FD 35. Ketiga forklift ini merupakan forklift dengan jenis untuk mengangkat kotak dan memiliki kapasitas masingmasing 5 ton, 3,5 ton, dan 3,5 ton. Dengan mennganalisis kebijakan perawatan forklift ini diharapkan dapat ditemukan kebijakan perawatan yang tepat sehingga mampu meningkatkan kehandalan forklift dan melancarkan alur produksi PT Pura Barutama. TINJAUAN PUSTAKA Maintenance Maintenance adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga agar fasiliats dan peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan, penyesuaian, atau penggantian yang diperlukan utnuk mendapatkan kondisi operasi yang memuaskan sesuai dengan yang direncanakan (Assauri, 1999). Tujuan dari maintenance menurut Corder (1992) adalah: 1. Memperpanjang usia kegunaan aset. 2. Menjamin ketersediaan optimal peralatan yang dipasang untuk produksi atau jasa dan mendapatkan laba investasi maksimum. 3. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam kegiatan darurat setiap waktu. 4. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut. Menurut Kostas (1981) maintenance dilakukan dengan inspeksi, corrective maintenance atau repair, dan preventive maintenance. Kriteria Performasi Sistem Maintenance Tujuan utama dari sistem maintenance adalah kelancaran sistem produksi dan faktor ekonomi. Maka kebjakan maintenance yang diambil perlu dievaluasi dengan melihat biaya perawatan yang dikeluarkan untuk kehandalan pada level tertentu. Gambar 1 menunjukkan bahwa untuk usaha preventive maintenance yang ringan atau tidak terdapat kebijakan preventive maintenance, maintenance hanya dipengaurhi oleh biaya perbaikan breakdown. Semakin preventive maintenance meningkat, maka biaya untuk terjadinya breakdown akan turun lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan biaya preventive maintenance. Hal ini akan berulang hingga mencapai titik optimal untuk usaha preventive maintenance, dimana biaya preventive maintenance terendah dan biaya breakdown terendah terpenuhi. Namun pengurangan biaya perbaikan breakdown saja tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan biaya preventive maintenance karena akan menyebabkan kenaikan maintenance. Gambar 1. Grafik Hubungan Biaya dari Alternatif Maintenance

3 Distribusi Frekuensi Breakdown Kostas (1981) menyatakan bentuk dari frekuensi distribusi breakdown akan mencerminkan kompleksitas dan kualitas desain dari suatu komponen. Terdapat empat jenis kasus dengan distribusi frekuensi breakdown yang berbeda, antara lain: 1. Case 1 Komponen termasuk ke dalam jenis yang sederhana dan cenderung untuk breakdown setelah runtime-nya mendekati nilai rata-rata. 2. Case 2 Dalam hal ini komponen termasuk jenis yang cukup kompleks (banyak terjadi interacting parts) sehingga banyak yang akan menjadi penyebab komponen tersebut breakdown. Selain itu, waktu breakdown-nya juga sulit untuk diprediksi. 3. Case 3 Dalam hal ini komponen haris diberikan perawatan dan perlakuan yang baik pada saat awal pemakaiannya sehingga runtime-nya akan menjadi lebih lama. 4. Case 4 Distribusi komponen akan mengikuti bentuk dis-shaped, dimana probabilitas failure-nya tinggi saat awal pemakaian (infant mortality) dan pada saat dekat dengan akhir umur pemakaian komponen tersebut (old-age mortality). Pemilihan Kebijakan Repair Miantenance atau Preventive Maintenance Pemilihan kebijakan repair maintenance atau preventive maintenance dapat dilakukan dengan perhitungan menggunakan metode untuk mecari maintenance (total maintenance cost) yang paling rendah. Perhitungan ini diawali dengan mencari distribusi kerusakan mesin sehingga diperoleh prediksi pada periode keberapa mesin mengalami kerusakan dan perkiraan biaya yang diperlukan. Rumus distribusi kerusakan mesin didapatkan dengan rumus berikut: P = total breakdown periode tertentu total breakdown (1) 1. Metode Repair Policy Metode repair policy hanya mempertimbangkan biaya maintenance jika terjadi perbaikan karena kerusakan mesin. Ekspektasi biaya repair maintenance (TCr) didapatkan dari perkalian jumlah rata-rata breakdown per periode untuk N alat per mesin (B) dengan biaya perbaikannya (Cr) dimana Cr merupakan penjumlahan antara biaya komponen dengan perkalian antara waktu perawatan, jumlah tenaga kerja, dan biaya tenaga kerja per jam. Perhitungan maintenance untuk metode ini dapat dilihat pada rumus di bawah ini: TMC (repair policy) = TCr = Expected cost of repair (2) TCr = B. Cr (3) Cr = (waktu perawatan x jumlah tenaga kerja x biaya tenaga kerja per jam) + biaya komponen (4) B = (5) T b = p T (6) Dimana TCr : Expected cost of repair per periode B :Jumlah rata-rata breakdown per periode untuk N alat per mesin Cr :Biaya perbaikan

4 T b N :Rata-rata runtime per alat sebelum rusak :Jumlah alat atau mesin 2. Metode Preventive Maintenance Policy Metode ini dicari dengan mempertimbangkan biaya preventive maintenance per unit dan biaya repair maintenance per unit. Perhitungan maintenance untuk metode ini dapat dilihat pada rumus berikut: Cm = (waktu perawatan x jumlah tenaga kerja x biaya tenaga kerja per jam) + biaya komponen (7) TMC (n) = TCr (n) + TCm (n) (8) Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagi berikut: a. Hitung jumlah breakdown kumulatif yang diharapkan dari kerusakan (Bn) untuk semua mesin selama periode preventive maintenance (Tp = n periode) B = Np + B p (9) b. Tentukan jumlah rata-rata breakdown per periode (B) sebagai perbandingan Bn/n. B = B i (10) c. Perkiraan biaya repair per periode TCr (n) = ( ) Cr (11) d. Perkiraan biaya preventive maintenance per periode TCn (n) =. (12) e. Biaya total perawatan TMC (n) = TCr (n) + TCm (n) (13) METODOLOGI Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan data historis forklift dan wawancara pada sub bagian forklift yang bertanggung jawab atas perbaikan dan perawatan forklift. Data historis yang diamati merupakan data kerusakan selama periode September 2012 - Februari 2013. Data yang diperlukan untuk analisis dalam penelitian ini adalah data frekuensi perawatan forklift, data lama waktu perbaikan, dan data penggantian komponen yang digunakan untuk menghitung distribusi kerusakan dan didapatkan dari pengamatana data historis. Sementara untuk menghitung kebijakan maintenance diperlukan data biaya spare part dan biaya tenaga kerja yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan dan sub bagian forklift PT Pura Barutama.

5 Perhitungan Distribusi Frekuensi Breakdown Forklift Perhitungan distribusi frekuensi breakdown dilakukan dengan mencari probabilitas kerusakan yang terjadi pada forklift selama periode September 2012 Februari 2013. Perhitungan distribusi kerusakan dilakukan dengan menggunakan rumus (1). Perhitungan Biaya Repair Maintenance (Cr) Perhitungan biaya repair maintenance dilakukan untuk mengetahui biaya maintenance yang dikeluarkan oleh perusahaan selama periode pengamatan untuk tindakan repair yang dilakukan. Perhitungan untuk biaya ini dilakukan dengan menggunakan rumus (3). Perhitungan Biaya Preventive Maintenance (Cm) Perhitungan biaya preventive maintenance dilakukan untuk mengetahui biaya maintenance yang dikeluarkan oleh perusahaan selama periode pengamatan tindakan preventive maintenance yang dilakukan perusahaan. Perhitungan untuk biaya ini dilakukan dengan menggunakan rumus (7). Perhitungan Biaya Repair Maintenance Policy (TCr) Perhitungan biaya ini dilakukan untuk mengetahui maintenance yang dikeluarkan jika hanya kebijakan repair mainetanance yang dilakukan perusahaan. Karena repair maintenance policy dilakukan hanya jika ada tindakan perbaikan untuk kerusakan yang terjadi, sehingga maintenance (TCM) yang dikeluarkan adalah sama dengan ekspektasi biaya repair maintenance setiap periode. Ekspektasi biaya repair dihitung menggunakan rumus (3) Perhitungan Biaya Preventive Maintenance Policy Perhitungan biaya ini dilakukan untuk mengetahui maintenance yang dikeluarkan jika kebijakan preventive maintenance diterapkan peusahaan. Karena kebijakan preventive maintenance policy dilakukan dengan mempertimbangkan preventive maintenance untuk mencegah kerusakan dan repair maintenance untuk memperbaiki kerusakan, maka maintenance (TMC) yang dikeluarkan per periode merupakan penjumlaha dari kedua biaya maintenance tersebut. Perhitungan biaya preventive maintenance policy dilakukan dengan menggunakan rumus ( HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Distribusi Frekuensi Breakdown Forklift Distribusi breakdown untuk forklift Toyota FD 50, Toyota FD 35, dan Komatsu FD 35 ditunjukkan pada tabel 1. Probabilitas breakdown tebersar forklift Toyota FD 50 terjadi pada periode Oktober 2012. Untuk forklift Toyota FD 35 probabilitas breakdown terbesar terjadi pada periode Februari 2013. Semnetara untuk forklift Komatsu FD 35 probabilitas terbesar terjadi pada periode Oktober 2012. Tabel 1. Perhitungan Distribusi Frekuensi Breakdown Forklift Forklift Toyota FD 50 Forklift Toyota FD 35 Forklift Komatsu FD 35 Jumlah Jumlah Jumlah Probabilitas Probabilitas Penggantian Penggantian Penggantian Probabilitas September 2012 0 0 0 0 0 0 Oktober 2012 6 0,857 0 0 3 0,429 November 2012 1 0,143 6 0,4 2 0,286 Desember 2012 0 0 1 0,067 1 0,143 Januari 2013 0 0 6 0,4 1 0,143 Februari 2013 0 0 2 0,133 0 0 Berdasarkan distribusi frekuensi forklift Toyota FD 50 diketahui bahwa distribusi ini termasuk dalam distribusi frekuensi tipe 2 dimana waktu breakdown sulit diprediksi. Hal ini dikarenakan komponen yang terlibat dalam distribusi ini adalah komponen aki dan ban yang akibat proses produksi

6 selama 24 jam sehingga mempengaruhi kinerja forklift. Grafik probabilitas breakdown forklift Toyota FD 50 ditunjukkan pada gambar 2. Untuk distribusi frekuensi forklift Toyota FD 35 diketahui bahwa distribusi ini termasuk dalam distribusi frekuensi tipe 2 yang menunjukkan bahwa waktu breakdown sulit diprediksi. Hal ini terjadi karena komponen komponen yang terlibat dalam breakdown ini memiliki jadwal penggantian yang tidak tetap sebagai akibat interaksi antar komponen tersebut karena proses produksi yang berlangsung selama 24 jam. Grafik probabilitas breakdown forklift Toyota FD 35 ditunjukkan pada gambar 3. Sementara untuk distribusi frekuensi forklift Komatsu FD 35 menunjukkan hal yang serupa dimana penggantian dan perbaikan komponen memiliki jadwal yag tidak tetap sebagai akibat dari interaksi antar komponen karena waktu produksi selama 24 jam. Distribusi ini termasuk dalam distribusi frekuensi tipe 2 dimana waktu breakdown susah untuk diprediksi. Grafik probabilitas breakdown forklift Komatsu FD 35 ditunjukkan pada gambar 4. Kebijakan Maintenance Forklift Toyota FD 50 Kebijakan maintenance diambil dengan memperhatikan maintenance untuk repair maintenance policy dan preventive maintenance policy untuk setiap periode. Perbandingan kedua kebijakan untuk forklift Toyota FD 50 dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa maintenance untuk repair maintenance policy membutuhkan Rp. 26.375.568,00 untuk setiap periode. Sementara untuk preventive maintenance policy, maintenance yang dihasilkan berangsur menurun dan optimal di periode ketiga dengan kebutuhan biaya sebesar Rp. 36.896.468,67. Biaya ini justru lebih mahal dibandingkan dengan dengan melakukan repair maintenance. Hal ini terjadi karena biaya penggantian komponen yang cukup mahal sehingga berpengaruh terhadap biaya Cr dan Cm. Maka untuk forklift Toyota FD 50, sebaiknya diterapkan repair maintenance policy dimana komponen diganti jika telah mengalami kerusakan karena keputusan ini lebih efektif dan efisien bagi perencanaan keuangan dan produksi perusahaan. Probabilitas Breakdown Forklift Toyota FD 50 Probabilitas 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0-0,2 1 2 3 4 5 6 probabilitas distribusi frekuensi breakdown mesin Gambar 2. Grafik Probabilitas Breakdown Forklift Toyota FD 50

7 Probabilitas Breakdown Forklift Toyota FD 35 Probabilitas 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05-0,05 0-0,1 1 2 3 4 5 6 probabilitas distribusi frekuensi breakdown mesin Gambar 3. Grafik Probabilitas Breakdown Forklift Toyota FD 35 Probabiliats 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 Probabilitas Breakdown Forklift Komatsu FD 35 1 2 3 4 5 6 probabilitas distribusi frekuensi breakdown mesin Gambar 4. Grafik Probabilitas Breakdown Forklift Komatsu FD 35 Tabel 2. Perbandingan Total Biaya Maintenance untuk Repair Maintenace Policy dan Preventive Maintenance Policy Forklift Toyota FD 50 (i) Repair Maintenance Policy Preventive Maintenance Policy TMC TCr(i) TCm(i) TMC 1 Rp. 0,00 Rp. 54.028.487,00 Rp. 54.028.487,00 2 Rp. 24.283.251,00 Rp. 27.014.243,5 Rp. 51.297.494,5 3 Rp. 18.886.973,00 Rp. 18.009.495,67 Rp. 36.896.468,67 Rp. 26.375.568,00 4 Rp. 24.562.508,39 Rp. 13.507.121,75 Rp. 38.069.630,14 5 Rp. 30.755.546,83 Rp. 10.805.697,4 Rp. 41.561.244,23 6 Rp. 38.859.946,95 Rp. 9.004.747,833 Rp. 47.864.694,78

8 Total Biaya Maintenance untuk Preventive Maintenance Policy Forklift Toyota FD 50 Biaya 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 perawatan preventive maintenance repair 0 0 2 4 6 8 Gambar 5. Grafik Total Biaya Maintenance untuk Preventive Maintenance Policy Forklift Toyota FD 50 Kebijakan Maintenance Forklift Toyota FD 35 Perbandingan maintenance untuk repair maintenance policy dan preventive mainteannc epolicy forklift Toyota FD 50 dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa maintenance untuk repair maintenance policy membutuhkan Rp.4.033.695,27 untuk setiap periode. Sementara untuk preventive maintenance policy, maintenance yang dihasilkan berangsur menurun dan optimal di periode keempat dengan kebutuhan biaya sebesar Rp. 5.698.998,133. Biaya ini justru lebih mahal dibandingkan dengan dengan melakukan repair maintenance. Besarnya preventive maintenance disebabkan karena penggantian komponen yang mahal sehingga jika preventive maintenance policy diterapkan justru akan membuat anggaran meningkat karena pengecekan dan penggantian berkala komponen ini. Maka sebaiknya forklift Toyota FD 35 menerapkan repair maintenance policy untuk menghindari pembengkakan anggaran maintenance. Tabel 3. Perbandingan Total Biaya Maintenance untuk Repair Maintenace Policy dan Preventive Maintenance Policy Forklift Toyota FD 35 (i) Repair Maintenance Policy Preventive Maintenance Policy TMC TCr(i) TCm(i) TMC 1 Rp. 0,00 Rp. 14.765.712,00 Rp. 14.765.712,00 2 Rp. 0,00 Rp. 7.382.856,00 Rp. 7.382.856,00 3 Rp. 2.294.365,867 Rp. 4.921.904,00 Rp. 7.216.269,867 Rp. 4.033.695,27 4 Rp. 2.007.570,133 Rp. 3.691.428,00 Rp. 5.698.998,133 5 Rp. 2.982.675,627 Rp. 2.953.142,4 Rp. 5.935.818,027 6 Rp. 3.326.830,507 Rp. 2.460.952,00 Rp. 5.787.782,507

9 Total Biaya Maintenance untuk Preventive Maintenance Policy Forklift Toyota FD 35 16000000 14000000 12000000 perawatan Biaya 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0 0 2 4 6 8 preventive maintenance repair Gambar 6. Grafik Total Biaya Maintenance untuk Preventive Maintenance Policy Forklift Toyota FD 35 Sementara gambar 6 menunjukkan grafik maintenance untuk kebijakan preventive maintenance policy. Pada periode keempat terjadi maintenance yang optimal. Pada periode 1 dan 2 garis maintenance yang berhimpit dengan preventive maintenance karena tidak terdapat repair untuk periode tersebut sehingga maintenance sama dengan preventive maintenance. Kebijakan Maintenance Forklift Komatsu FD 35 Berdasarkan tabel 4 yang menunjukkan perbandingan maintenance antara repair maintenance policy dan preventive maintenance policy, diketahui bahwa repair maintenance policy memberikan keuntungan bagi perusahaan karena biaya yang dihasilkan untuk maintenance per periode lebih kecil bial dibandingkan dengan menerapkan preventive maintenance policy. Dalam penelitian ini, preventive maintenance policy belum menunjukkan titik optimal dikarenakan data yang diambil belum menunjukkan titik perubahan kenaikan maintenance untuk preventive maintenance policy sehingga periode terakhir pengamatan diambil sebagai titik teroptimal, dimana biaya yang dihasilkan masih lebih besar dibandingkan maintenance untuk repair maintenance policy. Maka sebaiknya untuk forklift Komatsu FD 35 diterapkan repair maintenance policy yang mampu menghasilkan maintenance terendah. Tabel 4. Perbandingan Total Biaya Maintenance untuk Repair Maintenace Policy dan Preventive Maintenance Policy Forklift Komatsu FD 35 (i) Repair Maintenance Policy Preventive Maintenance Policy TMC TCr(i) TCm(i) TMC 1 Rp. 0,00 Rp. 11.597.212,00 Rp. 11.597.212,00 2 Rp. 3.052.258,638 Rp. 5.798.606,00 Rp. 8.850.864,638 3 Rp. 3.391.398,487 Rp. 3.865.737,333 Rp. 7.257.135,82 Rp. 4.738.476,19 4 Rp. 3.706.822,262 Rp. 2.899.303,00 Rp. 6.606.125,262 5 Rp. 4.069.678,184 Rp. 2.319.442,4 Rp. 6.389.120,584 6 Rp. 4.060.191,755 Rp. 1.932.868,667 Rp. 5.993.060,421

10 probabilitas 14000000 12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 Total Biaya Maintenance untuk Preventive Maintenance Policy Forklift Komatsu FD 35 0 0 2 4 6 8 perawatan tota biaya preventive maintenance repair Gambar 7. Grafik Total Biaya Maintenance untuk Preventive Maintenance Policy Forklift Komatsu FD 35 IMPLIKASI Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan diketahui bahwa kebijakan maintenance yang sesuai untuk forklift Toyota FD 50, Toyota FD 35, dan Komatsu FD 35 adalah repair maintenance policy. Hal ini disebabkan karena preventive maintenance policy mempertimbangkan biaya penggantian komponen sekaligus biaya perawatan berkala untuk menganstisipasi kerusakan. Namun pengecekan berkala untuk forklift memerlukan biaya yang ebsar karena komponen yang terintegrasi dengan komponen lain dan harganya yang cenderung mahal sehingga penggantian komponen jika terdeteksi ada kerusakan akan berdampak pada biaya yang dibutuhkan. Repair maintenance policy ini juga menjadi relevan untuk diterapkan pada forklift karena forklift tidak memerlukan waktu untuk pengecekan berkala sehingga siap digunakan untuk melancarkan proses produksi selama 24 jam. Namun penerapan repair maintenance policy ini juga harus memperhatikan beberapa hal agar penerapannya optimal, seperti ketersediaan komponen sehingga siap jika terjadi overhaul tiba-tiba dan kesiapan operator maintenance untuk mengangani terjadinya kerusakan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah kebijakan maintetance yang cocok diterpakan pada forklift Toyota FD 50, Toyota FD 35, dan Komatsu FD 35 adalah repair maintenance policy. Forklift-forklift tersbeut memiliki distribusi frekuensi breakdown merupakan tipe kedua yang berarti komponen-komponen yang terdapat pada forklift tersebut termasuk komponen yang sulit diperkirakan waktu kerusakannya. Sementara saran yang diberikan untuk penelitian berikutnya adalah melakukan studi lanjutan mengenai kebijakan maintenance untuk mempertimbangkan jika dilakukan penggantian forklift baru dan memperpanjang periode pengamatan agar diketahui periode yang menghasilkan total biaya maintenance untuk preventive maintenance policy optimal.

11 DAFTAR PUSTAKA Assauri, S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi revisi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universiats Indonesia. Corder, A.S. 1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta : Erlangga. Kostas, N.D. 1981. Operations Management. New York : Mc Graw Hill Book Company.