727 Studi tingkat kematian benih tiram mutiara... (Apri I. Supii) ABSTRAK STUDI TINGKAT KEMATIAN BENIH TIRAM MUTIARA TERHADAP PERIODE PEMBERIAN PAKAN Apri I. Supii dan Sudewi Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Jl. Br. Gondol, Kec. Gerokgak, Kab. Bulelelng PO Box 140, Singaraja-Bali 81101 E-mail: aprisupii@yahoo.co.id Kematian benih tiram mutiara di laut disebabkan oleh faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis seperti penanganan dan pemeliharaan yang kurang baik, faktor non teknis seperti perubahan lingkungan peraiaran. Salah satu faktor lingkungan adalah fluktuasi ketersediaan pakan alami di laut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kematian benih tiram mutiara yang disebabkan oleh periode pemberian pakan. Metode penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan tiga kali ulangan. Benih yang digunakan berukuran 3 cm. Perlakuan yang diberikan adalah A (pemberian pakan setiap hari), B (pemberian pakan 2 hari sekali), C (pemberian pakan 4 hari sekali), dan D (pemberian pakan 8 hari sekali). Hasil penelitian di dapat bahwa periode pemberian pakan 8 hari sekali menghasilkan rata-rata yaitu 38,67 ekor dibandingkan pemberian pakan 1, 2, dan 4 hari masing-masing 32,33; 24,33; dan 24,7 kematian paling tinggi. KATA KUNCI: periode pakan, tiram mutiara, kematian PENDAHULUAN Tiram mutiara (Pinctada maxima) adalah organisme filter feeder yang memakan makanannya dengan cara menyaring. Pakan utama yang biasa diberikan pada larva tiram mutiara yaitu jenis-jenis flagellata berukuran kurang dari 10 ì. Beberapa jenis alga yang umum diberikan untuk pakan antara lain: Isochrysis galbana, Pavlova lutherii, Chromulina sp., Chaetoceros sp., Nannochloropsis sp., dan Dicrateria sp. Walne (1974) menyatakan bahwa pemberian pakan benih tidak hanya mengacu pada kondisi perut larva harian saja tetapi harus dipantau secara kontinu dan dilakukan penghitungan kepadatan fitoplankton terlebih dahulu. Kegiatan pemeliharaan spat mutiara merupakan suatu usaha yang menguntungkan dengan harga jual yang tinggi. Permintaan akan benih yang siap operasi (pemasukan nukleus) dari perusahaanperusahaan budidaya tiram mutiara semakin tinggi, hal ini karena untuk melakukan kegiatan budidaya tiram mutiara secara keseluruhan memakan waktu dan operasional yang tinggi. Namun di dalam melakukan kegiatan pendederan tiram mutiara masih dijumpai permasalahan, yaitu kematian yang tinggi di laut. Kematian ini disebabkan oleh faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis seperti penanganan dan pemeliharaan yang kurang baik, faktor non teknis seperti perubahan lingkungan peraiaran. Kematian massal ini dapat mencapai 80% hingga 100%, Tetapi yang umum terjadi adalah 35% sampai dengan 85%, seperti yang terjadi di Indonesia pada tahun 1992-1994 (Tun, 2000). Menurut Kitamura et al., 2000, kematian massal tiram mutiara (Pinctada fucata) di Jepang disebabkan oleh beberapa kasus seperti polusi lingkungan, ketiadaan pakan plankton, faktor genetik dan infeksi penyakit. Kasus kematian massal benih Pinctada margaritifera disebabkan oleh perubahan jumlah plankton, dikatakan bahwa kepadatan plankton dibawah 5 sel/ml dapat menyebabkan kematian (Parry et al., 1989; Matsuyama et al., 1997, 1998; Nagai et al., 2000). Rendahnya tingkat sintasan spat, dikarenakan masa-masa kritis spat adalah saat menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang fluktuatif dan berbeda (Winanto, 2004). Bertitik tolak dari pernyataan di atas, maka penulis ingin mengetahui seberapa besar faktor keberadaan pakan (plankton) terhadap mortalitas benih tiram mutiara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kematian benih tiram mutiara yang disebabkan oleh periode pemberian pakan di laboratorium.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 728 BAHAN DAN METODE Tahap pertama dari penelitian ini adalah pemuasaan tiram mutiara. Jumlah hewan uji yang digunakan dalam perlakuan berjumlah 50 ekor pada masing-masing bak. Sebelum dilakukan penebaran hewan uji, dilakukan pengukuran panjang, lebar, dan tebal terlebih dahulu menggunakan jangka sorong dan pengukuran berat spat tiram mutiara menggunakan timbangan digital. Hasil pengukuran pada perlakuan pemuasaan yang terdiri atas 3 ulangan masing-masing dengan rata-rata panjang 2 3 cm; rata-rata lebar 1,75 2,5 cm; rata-rata tebal 0,35 0,40 cm; dan rata-rata bobot 1,25 1,56 g. Pada penelitian tingkat mortalitas benih tiram mutiara terhadap fluktuasi periode pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 4 perlakuan masing-masing 3 ulangan sehingga terdapat 12 plot percobaan. Perlakuan yang dicobakan yaitu A (pemberian pakan setiap hari), B (pemberian pakan 2 hari sekali), C (pemberian pakan 4 hari sekali), dan D (pemberian pakan 8 hari sekali). Wadah percobaan berupa bak fiber dengan kapasitas 100 L dengan diameter 33 cm dan tinggi 40 cm sebanyak 12 unit. Setting aerasi pada setiap bak sesuai dengan jumlah unit wadah percobaan. Masing-masing wadah percobaan diisi air dengan volume 100 L. Substrat untuk benih dengan bahan paranet ukuran 30 cm x 30 cm. Pada setiap wadah percobaan, substrat digantungkan horizontal dibuat 2 tingkat, masing-masing ditebar benih 25 ekor. Aklimasi dilakukan hingga semua benih menempel kuat pada substrat dengan membentuk bysus baru. Pakan yang diberikan adalah Chaetoceros sp. dan Nannochloropsis sp. dengan perbandingan 75%:25%. Kepadatan pakan 20.000 sel/ml/hari untuk setiap wadah percobaan. Pergantian air 100% dilakukan setiap 2 hari sekali. Perlakuan air menggunakan klorin 10 mg/l dan dinetralisir dengan Na-Thiosulfat 5 mg/l. Parameter yang diamati dalam 2 percobaan ini adalah tingkat sintasan benih tiram mutiara dan data penunjang adalah kualitas air laut. Kematian benih diamati setiap hari, dihitung sejak dimulainya perlakuan. Data hasil percobaan dianalisis menggunakan ANOVA atau analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95%. HASIL DAN BAHASAN Sebagai studi pendahuluan dilakukan uji pemuasaan benih tiram mutiara. Pengamatan tingkat ketahanan hidup spat tiram mutiara pada pemuasaan ini dilakukan setiap hari dari awal perlakuan dengan mengamati spat tiram mutiara yang mati tiap harinya. Hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari didapatkan bahwa tingkat ketahanan hidup dengan pemuasaan dan hasil rata-rata 25 Pemuasaan Tingkat mortalitas (individu) 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Waktu (hari) Gambar 1. Grafik tingkat mortalitas pada perlakuan pemuasaan tiram mutiara (P. maxima)
729 Studi tingkat kematian benih tiram mutiara... (Apri I. Supii) dari 3 ulangan menunjukkan puncak kematian tertinggi ditemukan pada hari ke-7 dengan jumlah kematian rata-rata 12 ekor hewan uji dengan persentase kematian yang diperoleh 57,33% dari 3 ulangan yang dilakukan. Tingkat mortalitas pada perlakuan pemuasaan ini dapat dilihat pada Gambar 1. Grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat mortalitas spat tiram mutiara pada akhir pengamatan menunjukkan bahwa dengan dilakukan perlakuan pemuasaan (tanpa pemberian pakan) ditemukan hasil tingkat mortalitas meningkat seiring waktu pengamatan. Hari pertama dan kedua merupakan fase adaptasi di mana spat tiram mutiara masih dapat bertahan hidup tanpa pakan. Pada hari ketiga dan seterusnya dimulai adanya kematian dikarenakan tidak adanya toleransi lagi terhadap tanpa pakan yang diberikan. Dari uji pendahuluan pemuasaan benih tiram mutiara di dapat bahwa benih ukuran 3 cm relatif mampu bertahan tanpa pakan sampai dengan hari ke-7, dan total kematian terjadi di hari ke-14. Hal ini sangat berbeda dari penelitian oleh Kurihara et al. (2004), bahwa pada P. margaritifera yang dipuasakan, terjadi kematian paling tinggi pada hari ke-70. Hasil penelitian (Gambar 2) didapat bahwa mortalitas pada perlakuan A (pemberian pakan sehari sekali) lebih tinggi daripada perlakuan B dan C. Hal ini diduga bahwa batas toleransi spat tiram mutiara untuk memperoleh makan dan tidak makan terhadap interval waktu pemberian pakan yang diberikan satu hari sekali dengan jarak waktu yang cepat dan terjadi secara terus-menerus selama kegiatan percobaan atau selama 35 hari sehingga tidak adanya toleransi spat tiram mutiara terhadap perlakuan interval waktu pemberian pakan yang dilakukan. Hal ini yang menyebabkan hewan uji menjadi stres. Kematian tertinggi pada perlakuan A banyak ditemukan pada waktu pertengahan percobaan sampai mendekati waktu akhir percobaan. Akan tetapi pada akhir percobaan kematian ditemukan dalam jumlah yang sedikit, hal ini disebabkan spat tiram mutiara yang masih hidup sudah toleransi terhadap kondisi interval waktu pemberian pakan satu hari sekali. kematian terendah terdapat pada perlakuan B (pemberian pakan dua hari sekali). Hal ini dapat dilihat pada studi pemuasaan yang dilakukan bahwa pada saat spat tiram mutiara tidak mendapat makanan selama dua hari akan beradaptasi di mana spat tiram mutiara masih dapat bertahan hidup tanpa pakan. Suzuki et al., 1998; Kurokawa et al., 1999; Miyazaki et al.; 1999 dalam Hashimoto & Nakano, 2003, mengatakan bahwa keterbatasan pakan dapat menyebabkan gangguan kondisi fisiologis dari tiram, tetapi masih dapat bertahan hidup. Hasil pengamatan mortalitas spat tiram mutiara (Gambar 3) yang dilakukan selama 35 hari pengamatan menunjukkan bahwa mulai terjadi kematian spat tiram mutiara pada hari ke-11 dan Gambar 2. Grafik kematian harian spat tiram mutiara pada penelitian periode pemberian pakan
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 730 Kematian (%) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 Periode pemberian pakan (hari) Gambar 3. Persentasi mortalitas spat tiram mutiara (P. maxima) pada periode pemberian pakan terjadi kematian tertinggi pada hari ke-13 di mana dengan perlakuan pemberian pakan 4 hari sekali mengalami kematian tertinggi yaitu menunjukkan kematian 8 ekor, tetapi tingkat kematian kedua ditemui pada perlakuan pemberian pakan tiap hari yaitu menunjukkan kematian 6 ekor yang ditemukan pada hari yang sama. Dari persentase mortalitas ditemukan tingkat mortalitas tertinggi pada perlakuan D (8 hari sekali) dan A (tiap hari) menghasilkan tingkatan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan mortalitas pada perlakuan B dan C (Tabel 1). Menurut Sulistiani et al. (2005), bahwa dengan pemberian pakan alami dengan jumlah 20.000 sel/ml karena diduga bahwa pakan alami yang diberikan akan habis pada jam ke-5 atau ke-6 setelah pakan diberikan. Menurut Kurihara et al. (2004), kematian massal benih P. margaritifera yang dipelihara di laut di Okinawa, Jepang tidak memiliki korelasi terhadap periode fluktusi plankton pada bulan Oktober, justru yang menyebabkan kematian adalah blooming plankton beracun di laut, walaupun kekurangan nutrisi juga dapat menyebabkan kematian benih tiram. Parameter kualitas perairan yang terdiri atas suhu air, oksigen terlarut, ph, salinitas, PO 4, NH 3, NO 2, NO 3 merupakan parameter yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasan tiram mutiara. Secara umum kondisi kualitas media air mendukung bagi kehidupan tiram mutiara (Tabel 2). KESIMPULAN Periode pemberian pakan dapat menyebabkan kematian pada spat tiram mutiara yang berukuran 3 cm. Periode pemberian pakan 8 hari sekali memiliki tingkat mortalitas yang tinggi. Tabel 1. Data mortalitas dan sintasan spat tiram mutiara pada penelitian periode pemberian pakan Variabel Pemberian pakan (hari) 1 2 4 8 Jumlah rata-rata awal (ekor) 50 50 50 50 Jumlah rata-rata akhir (ekor) 17,67 25,67 25,3 11,33 Jumlah rata-rata mortalitas (ekor) 32,33 24,33 24,7 38,67 Sintasan rata-rata (%) 35,34 51,34 50,6 22,66 Persentase mortalitas (%) 64,66 48,66 49,4 77,34
731 Studi tingkat kematian benih tiram mutiara... (Apri I. Supii) Tabel 2. Kualitas air selama penelitian periode pemberian pakan Parameter Kisaran nilai (hari) 1 2 4 8 ph 7,97-8,32 8,07-8,34 8,01-8,35 8,13-8,32 Amonia/ NH 3 (mg/l) 0,031-0,042 0,019-0,029 0,014-0,036 0,021-0,030 Nitrat/NO 3 (mg/l) 1,956-7,782 1,297-6,229 1,486-1,285 0,877-0,132 Nitrit/NO 2 (mg/l) 0,040-0,178 0,029-0,15 0,042 0,043-0,064 Total fosfat/po 4 (mg/l) 0,649-0,742 0,523-0,641 0,488-0,604 0,415-0,583 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh anggota pearl oyster team Syamsul Fajar Gumilar, Ketut M. Arya Sudewa, Dadang Rukmana, dan Komang Suardika atas peran serta dan kerja samanya dalam membantu melaksanakan penelitian hingga selesai dan tersusunnya laporan ini tepat waktu. Serta kepada teknisi laboratorium kimia atas bantuan analisis kualitas air. DAFTAR ACUAN Hashimoto, T. & Nakono, S. 2003. Effect of nutrient limitation on abundance and growth of phytoplankton in a Japanese pearl farm. MARINE ECOLOGY PROGRESS SERIES. Mar. Ecol. Prog. Ser., 258: 43 50. Kurihara, T., Shimizu, H., & Nakamori, J. 2004. Effects of rearing conditions on growth and mortality rates in juvenile blacklip pearl oyster, Pinctada margaritifera (L.). J. of the Marine Biological Association of the United Kingdom. Matsuyama, Y., Uchida, T., & Honjo, T. 1997. Toxic effects of the dinoflagellate Heterocapsa circularisquama on clearance rate of the blue mussel Mytilus galloprovincialis. Marine Ecology Progress Series, 146: 73-80. Nagai, K., Matsuyama, Y., Uchida, T., Akamatsu, S., & Honjo, T. 2000. Effect of a natural population of the harmful dinoflagellate Heterocapsa circularisquama on the survival of the pearl oyster Pinctada fucata. Fisheries Science, 66: 995-997. Parry, G.D., Langdon, J.S., & Huisman, J.M. 1989. Toxic effects of a bloom of the diatom Rhizosolenia chunii on shellfish in Port Phillip Bay, southeastern Australia. Marine Biology, 102: 25-41. Sulistiyani, Y., Ita, W., & Sigit, D. 2005. Filtration Rate Tiram Mutiara (Pinctada maxima). Perairan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Tahunan. Walne, P.R. 1974. Culture of Bivalve Molluscs. Fishing News Book Ltd. Farnham-Surrey Great Britain. Winanto, T. 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. Penebar Suwadaya. Jakarta. Bab 1, hlm. 1.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 732