BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan akibat turunnya/hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada cairan sperma, cairan vagina dan darah. Penularan terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transplantasi organ/jaringan dan penularan dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya (KPA 2007). Berdasarkan laporan dari tahun ke tahun kasus AIDS menunjukkan trend peningkatan yang terus-menerus. WHO (World Health Organization) pada akhir tahun 2009 menyatakan 33,3 juta orang hidup dengan HIV dan 1,8 juta orang meninggal karenanya. Diperkirakan jumlah ini masih jauh lebih banyak lagi karena masih banyaknya kasus-kasus yang tidak terdeteksi. HIV/AIDS sudah menjadi global effect dengan kecepatan penularan penyebaran yang sangat pesat, diperkirakan 1 menit 5 orang tertular di seluruh dunia.(unaids 2006) Pada tahun 2007 di Asia terdapat 4,9 juta orang yang terinfeksi HIV, 440 ribu diantaranya adalah infeksi baru dan telah mnyebabkan kematian 330 ribu orang ditahun yang sama. Cara penularan di Asia sangat bervariasi, namun yang mendorong 1
epidemi adalah tiga perilaku yang beresiko tinggi : seks komersial yang tidak terproteksi, berbagai alat suntik di kalangan pengguna NAPZA (narkotika dan zat psikoasktif lainnya) dan seks antar lelaki yang tidak terproteksi.(kpa 2007) Sejak kasus AIDS pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987 di Bali, jumlah kasus bertambah secara perlahan menjadi 225 kasus di tahun 2000. Sejak itu kasus AIDS bertambah cepat dipacu oleh penggunaan NAPZA suntik. Pada tahun 2006, sudah terdapat 8.194 kasus AIDS. Pada akhir tahun 2009 dilaporkan sebesar 17.699 kasus AIDS, 15.608 kasus diantaranya dalam golongan usia produktif 25-49 tahun (88%). Dari laporan Ditjen PP dan PL Depkes RI juga dapat dilihat jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia sampai dengan akhir Juni 2011 sebanyak 26.483 kasus. (Jurnal IKM, 2012) Survei terpadu HIV dan prilaku (STHP) menemukan 55,6% populasi IDUs (Injection Drug Users) di kota Medan terinfeksi HIV positif dan 4% wanita pekerja seks positif menderita HIV. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan HIV positif di Sumatera Utara telah mencapai 683 kali. Sampai akhir Desember 2008, 20 Kabupaten/Kota telah melaporkan ditemukannya kasus HIV/AIDS dengan total penderita sebanyak 1.426 kasus (angka kumulatif 1997-2008), terdiri dari 787 penderita dan AIDS 699 penderita. Dari jumlah kasus tersebut dilaporkan sampai akhir Desember 2008, jumlah penderita HIV yang meninggal dunia adalah sebanyak 13 orang dan AIDS sebanyak 114 orang (Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2009).
Kabupaten Deli Serdang sendiri sampai dengan tahun 2010 ditemukan kasus baru HIV 97 kasus, dan AIDS 53 kasus. Di Kecamatan Tanjung morawa ditemukan kasus HIV 41orang dan AIDS11orang. (Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2010). Dari 26 desa di Kecamatan Tanjung Morawa didapatkan angka AIDS lebih tinggi di Desa Buntu Bedimbar dibandingkan desa-desa lainnya, dimana angka kejadian yang tercatat pada tahun 2010 sebanyak 6 orang positif HIV sedangkan pada tahun 2011 yang positif HIV sebanyak 10 orang. dan menurut pengamatan peneliti sendiri telah ditemukan di salah satu Dusun di Desa Buntu Bedimbar 15 Orang Dengan HIV /AIDS (ODHA) meninggal sampai dengan tahun 2011. Pencapaian Millenium Development Goals (MDG s) pada tahun 2015 telah menjadi komitmen pemerintah Indonesia. Namun sampai pada tahun 2012 ini masih banyak persoalan harus diselesaikan. Beberapa target malah kemungkinan tidak tercapai. Tujuan pembangunan millenium ada 8 salah satu diantaranya adalah memerangi HIV/AIDS, menurunkan kasus HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya. Penurunan kejadian HIV/AIDS belum berhasil dan bisa jadi tidak akan berhasil karena masih adanya stigma masyarakat terhadap ODHA. Penanganan stigma terbukti masih merupakan pendekatan kulit luar ini bisa dilihat dari kurangnya peran lintas sektoral seperti peran dinas sosial, BKKBN, sekolah dan departemendepartemen lainnya. Stigmatisasi mempengaruhi kualitas hidup dari ODHA. Data yang ditemukan dari penelitian di Papua bahwa 80% ODHA meninggal karena stigmatisasi.
Tingginya stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS menyebabkan banyak perlakuan diskriminatif baik dalam hal pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun dalam hal lainnya. (Jurnal IKM,2012) Menurut Maman dalam Leslie Butt (2010) Stigma didefenisikan sebagai perbedaan-perbedaan yang merendahkan yang secara sosial dianggap mendiskreditkan dan dikaitkan dengan berbagai stereotip negatif. Stigma dari masyarakat muncul akibat kurangnya pemahaman terhadap HIV/AIDS secara menyeluruh. Masyarakat mengetahui HIV/AIDS sebatas penyakit menular dan penderitanya berbahaya. Pemahaman yang salah dari masyarakat ini telah menjadi sebuah pembenaran untuk dapat diteruskan kepada generasi selanjutnya. Kondisi budaya, gender dan layanan kesehatan mempengaruhi bagaimana ODHA memandang issu-issu stigma dan HIV/AIDS (Hasbullah, 1999). Stigma dan diskriminasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Terjadi di tengah keluarga, masyarakat, sekolah, tempat peribadatan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan kesehatan. Orang bisa melakukan diskriminasi baik dalam kapasitas pribadi maupun profesional, sementara lembaga bisa melakukan diskriminasi melalui kebijakan dan kegiatan mereka. Stigma dapat menghambat pencegahan penularan, dan keputusasaan karena takut tidak dapat diterima oleh masyarakat. Akibatnya, angka penularan HIV semakin tinggi dan penanggulangannya yang semakin sulit (Kesrepro, 2007). Penelitian terkait mengenai pengaruh stigma ODHA pernah dilakukan di daerah pegunungan Papua dengan 28 responden (15 perempuan dan 13 orang laki-
laki). Hasil penelitian menunjukkan adanya ketakutan-ketakutan yang luar biasa tentang stigma dari para responden, dan berbagai upaya ekstrim yang dilakukan para responden untuk mencoba dan melindungi diri mereka dari stigma. Banyak responden menyebutkan cerita-cerita yang sudah diketahui tentang orang-orang yang dihukum hingga hampir mati, atau dihina oleh masyarakat, yang mereka pakai sebagai alasan untuk melindungi diri mereka, para responden juga menceritakan praktek-praktek stigma datang dari beragam sumber, yang mempertanda bahwa akar stigma berasal dari praktek-praktek budaya yang dekat yang tak jauh berbeda dengan yang terjadi di kondisi-kondisi ekonomi makro atau politik yang lebih besar. Secara khusus, para responden dengan jelas menyebutkan stigma berasal dari pengungkapan status mereka oleh orang lain yang memiliki kekuasaan seperti pemimpin gereja atau petugas kesehatan, kesalahan dalam penyediaan layanan kesehatan termasuk pelanggaran atas kerahasiaan, kurangnya akses ke ARV (Anti Retro Viral) atau pelanggaran akses, diskriminasi di tingkat kerabat dan masyarakat, pikiran-pikiran budaya dan praktek-praktek menyangkut sakit yang serius, nilai-nilai budaya seputar kematian dan ajal, nilai-nilai budaya menyangkut pengucilan, kondisi-kondisi politik yang menyebabkan rasisme, ketidakadaan atau tidak cukup layanan kesehatan, penundaan dalam penyediaan berbagai layanan dasar (Leslie Butt, 2010). Dari pengamatan peneliti di Desa Buntu Bedimbar ini cukup banyak penderita HIV/AIDS meninggal yang sebelumnya tidak diketahui oleh masyarakat kalau yang meninggal tersebut adalah AIDS. Sebagai tenaga kesehatan yang bermukim di Desa Buntu Bedimbar ingin tahu sejauh mana stigma ODHA
mempengaruhi penerimaan masyarakat di Desa Buntu Bedimbar sehingga ODHA harus merahasiakan penyakitnya. Dan sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah ini. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk menganalisa bagaimana pengaruh stigma ODHA (stigma instrumental, simbolis, kesopanan) terhadap penerimaan masyarakat Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh stigma AIDS (stigma instrumental, simbolis, kesopanan) terhadap penerimaan masyarakat di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh stigma ODHA terhadap penerimaan masyarakat. Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan HIV/AIDS.
2. Bagi Puskesmas/ Dinas Kesehatan (VCT ) Sebagai masukan informasi bagaimana pengaruh stigma ODHA terhadap penerimaan masyarakat. 3. Bagi Masyarakat Dengan penelitian ini diharapkan dapat menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap ODHA 4. Bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.