BAB I PENDAHULUAN. sektoral maupun melalui kepemilikan negara terhadap unit unit usaha tertentu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh buruknya pelaksanaan praktik-praktik Good Corporate Governace dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. swasta merupakan salah satu pelaku ekonomi di Indonesia yang menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 menjadi awal mula terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

Praktek Good Corporate Governance pada BUMN. jadwal penawaran umum perdana. 3. Prinsip tata kelola perusahaan yang baik diterapkan oleh BUMN sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan. koperasi. (UU RI No 19 tahun 2003 tentang BUMN).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer dan ditempatkan

RESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website)

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Good Corporate Governance. Good Corporate Governance. yang berpartisipasi dalam pengelolaan dan kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya.

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah

BAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah good corporate governance atau dikenal dengan GCG menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

Dasar Hukum Privatisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah,

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

ABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA. Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan Good Corporate Governance (GCG) menjadi isu yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

INSIDER TRADING DAN PELANGGARAN ATAS PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PASAR MODAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya.

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. badan-badan yang dibentuk di beberapa negara, serta komite-komite yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Pajak

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi tanggung jawab pemilik modal yaitu sebesar jumlah saham

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. korporasi tersebut menunjukkan bahwa organ-organ perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan. kestabilan perekonomian di suatu negara. Oleh karena itu, perbankan

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawakan, kondisi ini disebut Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perekonomian yang semakin terbuka karena era globalisasi saat ini

Transkripsi:

13 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 mengamanatkan usaha untuk memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat adalah amanat konstitusional bagi seluruh komponen bangsa. Untuk melaksanakan amanat tersebut, diperlukan peningkatan penguasaan kekuatan ekonomi nasional, baik melalui regulasi sektoral maupun melalui kepemilikan negara terhadap unit unit usaha tertentu dengan maksud untuk memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi kemakmuran rakyat. 1 Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) merupakan salah satu agen dalam perekonomian nasional disamping sektor swasta dan koperasi. BUMN ikut berperan dalam menghasilkan barang dan/ atau jasa yang diperlukan dalam siklus ekonomi, sekaligus menyediakan layanan publik untuk barang dan jasa publik. Terlepas dari fungsi fungsi tersebut, BUMN juga memberikan pemasukan bagi negara berupa deviden yang dibayarkan. Kontribusi BUMN terhadap penerimaan negara cukup signifikan dari tahun ke tahun. Perkembangan 2001 2006 menunjukkan kontribusi deviden dan pajak BUMN terus mengalami peningkatan. 1. Lihat dalam penjelasan UU No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

14 Tabel 1. APBN Deviden BUMN Pajak BUMN Total Kontribusi 2001 Rp. 9 Triliun Rp.17 Triliun Rp.30 Triliun 2002 Rp. 10 Triliun Rp. 24 Triliun Rp.41 Triliun 2003 Rp.12 Triliun Rp. 28 Triliun Rp. 48 Triliun 2004 Rp. 10 Triliun Rp. 30 Triliun Rp. 42 Triliun 2005 Rp. 12 Triliun Rp. 42 Triliun Rp. 57 Triliun 2006 Rp. 21 Triliun Rp. 46 Triliun Rp. 68 Triliun Sumber : Kementrian BUMN/Kompas/Nota Keuangan dan APBN 2001-2006 Berangkat dari data tersebut, BUMN merupakan entitas bisnis yang sangat menguntungkan sekaligus sebagai kepanjangan tangan negara dalam menyediakan kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa tertentu. BUMN juga diharapkan menjadi penyelamat negara di saat situasi genting. Buyback saham oleh beberapa BUMN dilakukan saat terjadi kepanikan di pasar finansial pada tahun 2008. Keuntungan besar yang didapat oleh BUMN tidak dapat dilepaskan dari privilege yang diciptakan oleh negara. BUMN bergerak dalam situasi yang monopolistik atau sektor vital dan strategis dengan potensi pasar yang besar. Dalam kasus tertentu, BUMN bergerak dari sektor hulu sampai hilir. Namun dari BUMN BUMN tersebut, tidak semuanya mengalami nasib baik. Hampir dari 90 % penjualan dan 85 % laba bersih dari seluruh BUMN, dihasilkan oleh 25 dari 139 BUMN yang ada. 2 2. Orin Basuki Privatisasi, upaya menghentikan pendarahan di BUMN Kompas, 27 Januari 2008. Penjualan didominasi oleh Pertamina, Bank Mandiri, Antam, PGN dan Telkom. Lihat juga Pramayanti Meitisari Ke mana arah privatisasi BUMN tahun 2008? Kompas, 22 November 2007

15 Pengaturan tentang BUMN didasarkan pada UU No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Sebelumnya, pengaturan tentang BUMN didasarkan pada Perppu No.19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. Pengundangan UU No.19 tahun 2003 mengundang optimisme pada awal pengundangannya. Sebagaimana diungkapkan oleh Laksamana Sukardi, Menneg BUMN 1999 2004 bahwa UU No.19 tahun 2003 dimaksudkan untuk memenuhi visi pengembangan BUMN di masa mendatang yaitu menciptakan sistem pengelolaan dan pengawasan BUMN, menata dan mempertegas peran lembaga pemerintah dan posisi wakil pemerintah sebagai pemegang saham atau pemilik modal BUMN, mempertegas dan memperjelas hubungan BUMN sebagai operator atau pelaku usaha dengan pemerintah sebagai regulator, menghindarkan BUMN dari tindakan tindakan pengeksploitasian di luar mekanisme korporasi dan meletakkan dasar dasar tata kelola perusahaan yang baik. 3 Sayangnya optimisme tersebut tidak terjadi dengan mudah. Kerancuan hubungan antara BUMN sebagai operator dan pemerintah sebagai regulator masih sering terjadi, terutama dalam kondisi BUMN di kondisi monopolistik. Intervensi pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas dalam persero sering kontraproduktif dengan tata kelola perusahaan yang baik. Keputusan pemerintah untuk meminta beberapa BUMN untuk buyback saham pada Oktober 2008 dengan tujuan mencegah jatuhnya pasar modal Indonesia tidak berjalan seiringan dengan tata kelola perusahaan yang baik. 4 3. sebagaimana disadur dalam Martiono Hadianto, Eksistensi BUMN di Tengah Sistem Ekonomi Pasar dalam Heru Subiyantoro dan Singgih Riphat ( eds ) Kebijakan Fiskal : Pemikiran, Konsep dan Implementasi. BKF Depkeu RI. ( Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004 ) hlm.599 4. Media Indonesia, 10 Oktober 2008 Mampukah BUMN Menyangga Runtuhnya Bursa?

16. Pengalaman di masa lalu menunjukkan bahwa BUMN cenderung tidak membawa manfaat pada negara. Studi Bank Dunia pada tahun 1998 menunjukkan adanya negative net transfer dari BUMN dimana pemerintah justru mengalami kehilangan potensi pajak penghasilan sebesar Rp. 11 triliun sebagai akibat ketidakmampuan BUMN beroperasi pada tingkat efisiensi yang minimum. 5 Pengalaman sebelumnya sebagaimana ditunjukkan oleh studi Bank Dunia pada tahun 1993 menunjukkan ketidakefisienan terjadi di seluruh sektor ekonomi. Biaya produksi di pabrik kertas BUMN lima kali lipat daripada pabrik kertas milik swasta. Studi tersebut juga menunjukkan BUMN menciptakan polusi udara lebih tinggi dibandingan sektor swasta karena mesin yang digunakan lebih tua dan kurang modern. 6 Keberadaan BUMN juga dijadikan solusi bagi membengkaknya utang pemerintah karena BUMN pada masa pemerintahan Orde Baru mudah untuk dijual ( diprivatisasi ) untuk mendapatkan dana untuk membayar utang utang tersebut karena akhirnya Soeharto pula yang memegang kendali untuk memutuskan dan menjalankan tanpa tantangan berarti dari pihak lain, seperti yang terjadi dalam privatisasi Semen Gresik ( 1995 ), Indosat ( 1994 ), Tambang Timah ( 1995 ), Telkom ( 1995 ) dan BNI ( 1996 ). 7 Satu dasawarsa terakhir, konsep Good Corporate Governance ditempatkan dalam posisi yang terhormat yang didasarkan pada dua keyakinan 5. World Bank, 1998. Indonesia : Public Expenditure Review Report No : 18691 sebagaimana dikutip dalam Mohamad Ikhsan, Privatisasi : Mengapa Harus Dilakukan dalam Mohamad Ikhsan, et al ( eds ) 80 tahun Mohamad Sadli : Ekonomi Indonesia di Era Politik Baru ( Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2002 ) hlm. 326 6. World Bank, 1993. Indonesia : Industrial Policy, Shifting into High Gear Report No : 12153 sebagaimana dikutip dalam ibid. 7. lihat Tony Prasetiantono Perekonomian Pasca Soeharto Kompas, 8 Juli 2008

17 yaitu Good Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang sekaligus memenangkan persaingan bisnis global. Pengalaman krisis ekonomi dunia terutama di kawasan Asia pada tahun 1998 dan kawasan Amerika Latin pada tahun 1982 diyakini muncul karena ketiadaan Good Corporate Governance dalam bentuk sistem regulatory yang lemah, standar akuntasi dan audit yang tidak konsisten, praktek perbankan yang lemah serta ketidakpedulian dewan direksi terhadap hak hak pemegang saham minoritas. 8 Konteks Indonesia, ketiadaan Good Corporate Governance juga tampak pada beberapa ranking Indonesia di dunia internasional. Indonesia berada di peringkat 88 Corruption Perception Index dari 99 negara oleh survey Transparency International pada tahun 2001. Skor Indonesia untuk disclosure and transparency adalah 4,7 dalam survey yang dilakukan oleh PricewaterhouseCooper. Indonesia tidak menempatkan satupun emiten dalam the best 50 dari 495 blue chips in emerging market. 9 B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan tentang tata kelola perusahaan yang baik dalam hukum positif Indonesia? 8. Bapepam, Studi Penerapan Prinsip OECD 2004 dalam Peraturan Bapepam Mengenai Corporate Governance, hlm. 9 9. sebagaimana dikutip dalam I Nyoman Tjager, Penerapan Prinsip Prinsip Good Corporate Governance pada BUMN dalam Heru Subiyantoro dan Singgih Riphat ( eds ) Kebijakan Fiskal : Pemikiran, Konsep dan Implementasi. BKF Depkeu RI. ( Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2002 ) hlm. 623-624

18 2. Apakah terdapat korelasi positif antara implementasi tata kelola perusahaan yang baik terhadap kinerja emiten BUMN? C. Tujuan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah tersebut, penulisan hukum ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaturan tentang tata kelola perusahaan yang baik dalam hukum positif Indonesia 2. Mengetahui adanya korelasi positif antara implementasi tata kelola perusahaan yang baik dengan kinerja emiten BUMN D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis Sebagai pemenuhan syarat menempuh program sarjana, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2. Bagi ilmu hukum Melengkapi referensi dan kajian mengenai good corporate governance dan BUMN sebagai salah satu agen dalam kegiatan ekonomi dan peraturan perundang undangan dan norma hukum yang menjadi landasan hukumnya.

19 E. Pernyataan Keaslian Sejauh pengamatan penulis di Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, terdapat tiga skripsi yang membahas good corporate governance. Pertama, skripsi dengan judul Mekanisme Pengawasan Bank Indonesia dalam Pelaksanaan Good Corporate Governance Perbankan di Yogyakarta oleh Franciska Marya Rajagukguk, 2007. Skripsi ini lebih membahas pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai bentuk good corporate governance di bank umum, didasarkan pada PBI No.8/4/2006 jo. PBI No.8/14/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Kesimpulan dalam skripsi tersebut menyatakan PBI PBI No.8/4/2006 jo. PBI No.8/14/2006 telah mencakup kelima prinsip good corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran. Kedua, skripsi dengan judul Penerapan Prinsip Transparansi dalam Good Corporate Governance yang Dilakukan oleh Perusahaan Publik oleh Septia Adriati, 2006. Skripsi ini membahas secara khusus tentang keterkaitan prinsip transparansi dan perusahaan publik dan pelaksanaan prinsip transparansi oleh perusahaan publik. Kesimpulan dalam skripsi tersebut menyatakan bahwa peraturan perundang undangan di Indonesia telah memadai bagi pengaturan tentang prinsip transparansi oleh perusahaan publik. Ketiga, skripsi dengan judul Rumusan Doktrin Stakeholders dan Doktrin Kearifan Lokal dalam Undang Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas oleh Novi Anggraeni, 2008. Skripsi ini membahas dan membandingkan doktrin shareholders dengan doktrin kearifan lokal. Pembahasan good corporate governance dimunculkan sebagai pengantar dan pelengkap pembahasan mengenai teori stakeholders dan

20 corporate social responsibility. Kesimpulan dalam skripsi ini menyatakan bahwa UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah menyatakan keseimbangan antara pemenuhan hak para stakeholders dengan perlindungan terhadap lingkungan ekosistem di sekitar perusahaan. Berangkat dari uraian di atas, penulis menyatakan bahwa penulisan hukum ini bukan merupakan plagiat atas penulisan penulisan yang telah ada, terutama yang berkait dengan good corporate governance. Pertama, penulisan hukum ini lebih membahas good corporate governance dalam konteks privatisasi BUMN terutama melalui penawaran umum perdana. Asumsi dasar yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah good corporate governance diberikan sebagai alat untuk membawa BUMN ke pengelolaan yang lebih baik sehingga membawa manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat luas. Apabila di kemudian hari terbukti penulisan hukum ini merupakan plagiat dari penulisan penulisan atau karya ilmiah lainnya, maka dengan ini penulis menyatakan akan menanggung segala konsekuensi, baik konsekuensi akademik maupun konsekuensi hukum, yang timbul dari kondisi tersebut. F. Batasan Konsep Dalam penulisan ini, yang dimaksud dengan : 1. Emiten adalah pihak yaitu BUMN yang melakukan penawaran umum 2. Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang - Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya

21 3. Efek adalah surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek, yaitu saham 4. Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian normatif. Dalam jenis penelitian ini dilakukan tugas ilmu hukum dogmatik yaitu deskripsi, sistematisasi, analisis, interpretasi dan penilaian terhadap hukum positif yang ditarik kesimpulan dan abstraksi melalui proses deduksi. 2. Metode Pengumpulan Data Cara yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penulisan hukum ini adalah dengan studi kepustakaan dan studi dokumen. 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu, Undang Undang Dasar 1945 Amandemen Keempat terutama Pasal 33, UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Bahan hukum sekunder terdiri dari pendapat para ahli yang ditemukan dalam berbagai literatur. Data yang digunakan dalam pembahasan implementasi prinsip good corporate governance didapatkan dari studi dokumen

22 atas laporan tahunan BUMN yang terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia. 4. Metode analisis Metode analisis yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah metode deduktif, yaitu penalaran hukum yang bertolak dari proporsi umum yang telah diketahui kebenarannya dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus H. Sistematika Penulisan Hukum Bab I. Pendahuluan Latar belakang masalah menyoroti perlunya perbaikan dan pemberdayaan BUMN sebagai salah satu agen ekonomi nasional. Good Corporate Governance diberikan sebagai alat dan solusi untuk membawa BUMN ke arah yang lebih baik, terutama dalam hal pengelolaannya dan manfaat yang dapat dihasilkan BUMN kepada masyarakat Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif, dimana metode pengumpulan data adalah studi kepustakaan dan data yang digunakan adalah data sekunder. Bab II. Pembahasan Bahasan pertama adalah mengenai BUMN sebagai entitas bisnis. Dalam subbab pertama ini dibahas tiga hal yaitu definisi BUMN, BUMN sebagai pelaku kegiatan ekonomi dan bentuk hukum BUMN. Tujuan pokok dari pembahasan subbab ini adalah memberikan latar belakang dan pemahaman mengenai karakteristik khusus yang dimiliki oleh BUMN, dimana BUMN berbentuk

23 perseroan terbatas dan memiliki tujuan mendapatkan laba ( profit oriented ) namun faktor kepemilikan saham oleh pemerintah menyebabkan BUMN sering terjebak diantara fungsinya sebagai profit center dengan pelayanan umum atau publik yang seringkali kontraproduktif. Bahasan kedua adalah mengenai corporate governance. Dalam subbab ini akan dibahas dua hal yaitu definisi dan latar belakang corporate governance dan latar belakang good corporate governance di BUMN. Tujuan pokok dari pembahasan subbab ini adalah memberikan pemahaman bahwa good corporate governance dapat dijadikan solusi bagi permasalahan yang terjadi di BUMN. Hasil analisis dan pembahasan memberikan beberapa hal sebagai berikut, pertama, prinsip tata kelola perusahaan yang baik ditemukan dalam beberapa peraturan perundang undangan di bidang pasar modal yaitu UU Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan Bapepam LK. Kedua, prinsip tata kelola perusahaan yang baik diterapkan dalam prosedur penawaran umum perdana oleh sebuah perseroan terbatas, baik dalam penahapan IPO maupun penjadwalan IPO yang pada pokoknya mengharuskan BUMN untuk transparan dan bertanggung jawab terhadap calon dan atau investor dan para stakeholders. Ketiga, prinsip tata kelola perusahaan yang baik diterapkan dalam manajemen dan pengelolaan BUMN ketika BUMN telah menjadi perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal ( emiten ). Keempat, implementasi tata kelola perusahaan yang baik memberikan dampak positif pada emiten BUMN. Data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan tersebut adalah data sekunder yaitu dokumen laporan tahunan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.