BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. minim, khususnya di wilayah luar Jawa. Hal tersebut terjadi karena setelah krisis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tangguh. Seiring perkembangan zaman, permasalahan selalu datang dan

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan keuntungan maksimal dengan risiko minimal. hilangnya kesempatan perusahaan untuk mencari keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin anjlok, terjun bebas dari Rp ,-/dollar AS hingga tembus hampir

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. perhatian kepada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Bambang Dradjat dalam situs pertanian.go.id menyatakan bahwa Perkebunan merupakan subsektor yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor luar (ekstern) seperti bencana alam dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi dunia yang dibarengi dengan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lembaga keuangan berskala besar pada September Dampak krisis pun

BAB I PENDAHULUAN. 1993:4). Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan setiap perusahaan akan berusaha menghasilkan nilai perusahaannya.

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Arisyi F.Raz, Tamarind, Dea Artikasih, Syalinda Citra 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan. Tujuan dari perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari usaha yang dilakukannya. Dengan berkembangnya dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. sektor manufaktur dalam beberapa dekade terakhir. Industri tekstil dan garmen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah untuk. memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbisnis (unethical business practices) yang mengkibatkan timbulnya

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006:57 dalam Novita dkk, 2014). Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

1 BAB I PENDAHULUAN. besar dirasakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam sektor ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal berfungsi menghubungkan perusahaan terbuka pada investor dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya going concern, suatu entitas dianggap mampu. aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran. memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993:4).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Maka dengan didirikannya sebuah perusahaan

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Oktober 1988, dan Desember Kebijakan-kebijakan tersebut telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Imbas the U.S. subprime mortgage crisis ke perekonomian negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perekonomian serta teknologi saat ini, ditambah dengan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bangkrut, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. baik dari sisi financial maupun non-financial. Hal ini berdampak pada

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders maupun calon investor dalam mengetahui seberapa besar potensi

BAB I PENDAHULUAN. perorangan atau lembaga dengan tujuan utamanya memaksimalkan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Keberlanjutan usaha suatu perusahaan merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hasil usaha perusahaan yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder dan shareholder. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Perusahaan yang ingin bertahan dan sukses, haruslah

BAB I PENDAHULUAN. dijalani oleh sektor industri tekstil di Indonesia. Bermula dari kenaikan harga bahan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Isu globalisasi yang sedang hangat dan terus bergerak nampaknya telah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dan kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi ekonomi dunia. Pada kedua tahun tersebut pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun dari 4,9% pada tahun 2007 menjadi 3,7% pada tahun 2008 dan 3,8% pada tahun 2009. Penurunan kegiatan ekonomi dunia ini terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi AS dari 2,2% pada tahun 2007 menjadi 0,5% pada tahun 2008 dan 0,6% pada tahun 2009. Pada periode yang sama dan sebagai akibat dari melambatnya pertumbuhan ekonomi AS, pertumbuhan ekonomi disemua negara-negara lain juga akan menurun. Kelompok negara-negara yang sudah maju akan menurun dari sebesar rata-rata 2,7% pada tahun 2007 menjadi 1,3% pada masing-masing tahun 2008 dan 2009. Kelompok negara-negara yang sedang membangun turun dari 7,9% pada tahun 2007 menjadi sekitar 6,7% pada dua tahun berikutnya. Suatu pola yang terlihat di sini adalah lebih besarnya tingkat penurunan yang terjadi pada negara-negara yang sudah maju (sekitar 50%) daripada di negaranegara yang sedang berkembang (hanya sekitar 15%). Terlihat dari perubahan pertumbuhan ekonomi tahun 2008 menunjukkan Pertumbuhan ekonomi dunia sepertinya masih bergantung pada kondisi perekonomian yang terjadi di negara Adidaya Amerika Serikat (Sumber : IMF, World Economic Outlook, April, 2008)

Kecilnya proporsi ekspor terhadap PDB (Product Domestic Bruto) cukup menjadi penyelamat dalam menghadapi krisis finansial di akhir tahun 2008 lalu. Di regional Asia sendiri, Indonesia merupakan negara yang mengalami dampak negatif paling ringan dari krisis tersebut dibandingkan negara lainnya. Beberapa pihak mengatakan bahwa selamat nya Indonesia dari gempuran krisis finansial yang berasal dari Amerika itu adalah berkat minimnya proporsi ekspor terhadap PDB. Negara-negara yang memiliki rasio ekspor dengan PDB yang tinggi mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif, seperti Singapura yang rasio ekspornya mencapai 200% dan Malaysia mencapai 100%, sedangkan Indonesia sendiri terselamatkan dengan hanya memiliki rasio ekspor sebesar 29%. (Sumber : IMF, World Economic Outlook, April, 2008) Krisis keuangan di Amerika Serikat pada awal dan pertengahan tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai konsumen terbesar atas produk-produk dari berbagai negara di seluruh dunia. Penurunan daya serap pasar itu menyebabkan volume impor menurun drastis yang berarti menurunnya ekspor dari negara-negara produsen berbagai produk yang selama ini dikonsumsi ataupun yang dibutuhkan oleh industri Amerika Serikat. Oleh karena volume ekonomi Amerika Serikat itu sangat besar, maka sudah tentu dampaknya kepada semua negara pengekspor di seluruh dunia menjadi serius pula, terutama negara-negara yang mengandalkan ekspornya ke Amerika Serikat. (Sumber : Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014) Dampak dari krisis adalah ditutupnya sejumlah perusahaan karena tidak mampu mempertahankan going concern nya (kelangsungan usahanya).

Ketidakmampuan atau kegagalan perusahaan perusahaan tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu kegagalan ekonomi dan kegagalan secara financial. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran. Selain itu kegagalan ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi. Dampak lainnya adalah karena krisis global, semakin banyak perusahaan yang mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Diperkirakan 200 ribu jiwa menjadi pengangguran pada tahun 2009. Dampak krisis keuangan AS menjalar ke Eropa dan Asia Pasifik dalam bentuk bangkrutnya bank/institusi keuangan/korporasi, meningkatnya inflasi, menurunnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pengangguran, dan runtuhnya indeks bursa saham. Di Indonesia, krisis keuangan global terbukti memporakporandakan pasar modal dan valas. IHSG anjlok dari angka 2.830 menjadi 1.111, atau turun lebih dari 60%. Nilai kurs rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi cukup dramatis dari Rp 9.076 hingga sempat hampir menembus Rp 13.000. Dengan bertambahnya angka pengangguran maka pendapatan per kapita juga akan berkurang dan angka kemiskinan juga akan ikut bertambah pula. Karena krisis yang terjadi adalah krisis global, maka tenaga kerja kita yang ada di luar negeri juga merasakan imbasnya. Malaysia merencanakan untuk memulangkan sekitar 1,2 juta TKI yang mayoritas berasal dari Indonesia karena akan memprioritaskan pekerja lokal. Itu baru dari satu Negara, belum lagi dari negara-negara lainnya. Hal tersebut tentu saja sangat mempengaruhi roda perekonomian negara kita. Jika pemerintah tidak dapat

menyediakan lapangan kerja yang cukup, maka krisis ini akan menjadi krisis yang sangat besar (Sumber : Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014) Diantara berbagai sektor industri, ada sektor food and beverages yaitu perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor makanan dan minuman. Perusahaan food and beverages merupakan tipe usaha yang mudah untuk dimasuki, dan hal itu menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia Adhi S. Lukman, mengatakan konsumen Indonesia dikenal lebih mudah dan terbuka untuk mencoba produkproduk baru. Dengan iklim persaingan yang begitu ketat, manajemen perusahaan perlu menarik minat investor untuk melakukan investasi di perusahaan yang mereka kelola agar bisa menambah modal yang dapat mengembangkan kegiatan operasional perusahaan. Umumnya investor mengukur kinerja dari tingkat pertumbuhan laba. Namun pada faktanya, terjadi fluktasi pertumbuhan laba rata rata perusahaan food and beverages dengan data sebagai berikut : Tabel 1.1 Data pertumbuhan laba rata rata perusahaan food and beverages Tahun Pertumbuhan Laba Tingkat Pertumbuhan Laba 2006 2007 8,28% 2007 2008 2,63% 2008 2009 1,35% 2009 2010 0,29% 2010 2011 0,31% (ICMD Tahun 2007 2012) Pada tahun 2008, laju pertumbuhan perusahaan makanan dan minuman menurun drastis bila dibanding tahun 2007. Laju pertumbuhan sektor ini tahun 2008 hanya sebesar 2,34 %. Demikian hal nya laju pertumbuhan tahun 2010 menurun drastis dari tahun 2009. Laju pertumbuhan tahun 2009 hanya sebesar 2,78 %. Hal ini disebabkan karena adanya krisis global tahun 2008 dan 2009 yang juga mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.Tetapi perusahaan sektor

makanan dan minuman masih cukup baik karena dalam situsi krisis global,laju pertumbuhan sektor ini masih positif. Bahkan hanya setahun dari krisis global 2008 laju pertumbuhan perusahaan sektor makanan dan minuman mampu naik menjadi 11,22%. Demikian hal nya pada tahun 2011 mampu mencapai laju pertumbuhan sebesar 9,19%,dan tahun 2012 menurun menjadi 7,74 %.(ICMD Tahun 2007 2012) Walaupun krisis finansial global telah berlangsung selama tahun 2008 namun Produk domestik bruto (PDB) masih meningkat cukup tinggi walaupun tidak setinggi tahun 2007. Sampai triwulan ke III PDB 2008 (year on year) meningkat 6,1%, sedangkan PDB tahun 2007 mencapai 6,32%. Melesunya ekonomi dunia sebagai dampak krisis subprime mortgage di Amerika Serikat menyebabkan laju pertumbuhan ekspor menurun. Demikian juga harga minyak bumi dunia yang tinggi terutama selama tiga triwulan pertama merupakan salah satu hambatan eksternal yang menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi tidak sepesat yang diharapkan..pertumbuhan PDB tahun 2008 masih ditunjang oleh pertumbuhan sektor hampir seluruh sektor terutama konsumsi Pemerintah yang meningkat sebesar 16,87% tahun 2008 dibanding periode yang sama tahun 2007 yang hanya mencapai 3,89%. Hal ini menunjukkan Pemerintah telah berusaha mempercepat pencairan dana APBN baik untuk pengeluaran rutin maupun untuk pembangunan, yang selama tahun 2007 lalu dinilai lamban. Pertumbuhan ekspor juga relatif tinggi sebagai dampak dari tingginya harga komoditas ekspor Indonesia di pasar dunia. PDB Indonesia selama ini ditunjang oleh besarnya pengeluaran sektor konsumsi Rumah tangga dan ekspor barang dan jasa. Dengan naiknya inflasi tahun 2008 akibat kenaikan berbagai harga bahan pokok termasuk bahan bakar, minyak goreng dll, maka daya beli masyarakat

menurun dan pada gilirannya menyebabkan menurunya pangsa konsumsi rumah tangga dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Peran konsumsi Pemeritah saat ini sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi karena sektor ekonomi lainnya seperti konsumsi rumah tangga dan ekspor diperkiralan akan merosot sejalan delangan kelesuan ekonomi dunia (Sumber : Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014) Sementara itu perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total aktiva melebihi total kewajibannya (Weston dan Brigham, 1994 : 474). Jatuh bangunnya perusahaan merupakan hal biasa. Kondisi yang membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) yang biasa mengarah kebangkrutan. Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan di ukur melalui laporan keuangan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan, yang sangat berguna untuk mendukung perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat, data keuangan harus di konversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis dalam bentuk rasio rasio keuangan. Foster (1986) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan yaitu : 1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu

2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistic yang digunakan 3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan 4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variable tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress) Penilaian kinerja perusaahaan penting dilakukan oleh manajemen. Pemegang saham, pemerintah, maupun oleh stakeholders yang lain. Informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Analisis laporan keuangan tersebut meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Resiko kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus diwaspadai oleh perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan tersebut mengalami kegagalan usaha, dengan demikian perusahaan harus sedini mungkin melakukan analisis terutama analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Analisis ini akan sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan. Hal yang tidak jauh berbeda juga menimpa perusahaan di Indonesia. Yang mengalami kondisi keuangan yang tidak begitu baik. Walaupun jika dilihat dari tujuan awal nya, perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utama nya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya. Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama nya untuk

memaksimalkan kekayaan pemegang saham. disamping itu ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan dalam persaingan, perkembangan serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya dalam masyarakat. Namun krisis keuangan yang terjadi berimbas kepada buruk nya kondisi keuangan berbagai perusahaan. Penelitian tentang Financial distress sudah banyak dilakukan. Model-model untuk memprediksi financial distress pun sudah banyak dikembangkan. Diantara nya adalah model Beaver (1966), Altman (1968), Springate (1978), Ohlson (1980) dan Zmijewski (1983). Namun, sejauh ini studi yang membandingkan kemampuan prediksi berbagai model prediksi financial distress masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membandingkan berbagai model prediksi financial distress yang ada, pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasan Penulis untuk melihat pada sektor industri manufaktur adalah karena sektor manufaktur terkena imbas yang cukup signifikan karena adanya krisis keuangan global, sehingga perlu diteliti lebih lanjut apakah dampak ini mengarah ke kondisi kebangkrutan atau tidak. Selain itu tujuan peneliti memilih sektor manufaktur agar penelitian lebih terfokus, dan ini lebih memudahkan dalam menilai seberapa banyak perusahaan yang terindikasi financial distress. Hal ini disebabkan karena faktor industri tentu memiliki kondisi keuangan yang berbeda satu sama lain, Hal ini dikarenakan bidang usaha disetiap sektor juga akan berbeda, sehingga tingkat kesulitan keuangan setiap sektor industri juga akan berbeda. Dengan menfokuskan penelitian kesatu objek saja, maka hasil yang diperoleh tentunya juga akan lebih akurat.

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan penelitian membahas masalah tentang Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial distress Sebelum dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008-2009 Pada Perusahaan Sektor Food And Bevarage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan Uraian latar belakang diatas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan Model Springate dalam memprediksi financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada Perusahaan Sektor Food And Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat perbedaan Model Altman Modifikasi dalam memprediksi Financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada perusahaan Sektor Food And Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah terdapat perbedaan Model Zmijewski dalam memprediksi financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Apakah terdapat perbedaan Model Groever dalam memprediksi Financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada perusahaan Sektor Food And Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 5. Apakah terdapat perbedaan Model CA-Score dalam memprediksi Financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada perusahaan Sektor Food And Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

6. Manakah model financial distress diatas yang lebih baik dalam memprediksi Financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui perbedaan model Springate dalam memprediksi Financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada perusahaan Sektor Food And Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia b. Untuk mengetahui perbedaan model Altman Modifikasi dalam memprediksi Financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada perusahaan Sektor Food And Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. c. Untuk mengetahui perbedaan model Zmijewski dalam memprediksi Financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. d. Untuk mengetahui perbedaan model Groever dalam memprediksi financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada perusahaan Sektor Food And Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e. Untuk mengetahui perbedaan model CA-Score dalam memprediksi financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada

perusahaan Sektor Food And Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia f. Untuk mengetahui model prediksi mana yang lebih baik dalam memprediksi Financial distress sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008-2009 pada perusahaan Sektor Food And Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a.bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan mengenai financial distress, serta perbandingan beberapa model financial distress yang ada. b. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang lebih dalam untuk memprediksi adanya gejala financial distress pada perusahaan. c.bagi Investor, sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi calon investor untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan investasi yang dilakukan saat ini dan di masa yang akan datang khususnya dalam mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan. d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi dan bahan pemikiran untuk menindak lanjuti penelitian sehingga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan