BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pendidikan, baik pendidikan non formal (masyarakat),

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang menimbulkan perubahan perilaku. Jadi perubahan perilaku adalah hasil

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang terus

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya

BAB I PENDAHULUAN. mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Melalui pendidikan manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lewat pelatihan dan pengajaran.

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh HERMAWAN RAPANI ASMAUL KHAIR

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari siswa seringkali dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan " Belajar merupakan aktifitas

Hadmin Luande, Nuraedah, dan Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan

Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. No. 20 tahun 2003: 33). Hal ini disesuaikan dengan dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya sekedar

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE ROLE PLAYING. Kori Sundari*

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

KEWA. Abstract. Kompetensi. diperguruan Berwarga Negara. fungsi pekuliahan. Disusun Oleh. Program Studi. Fakultas. Ekonomi Bisnis.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran Belajar adalah proses perubahan tingkah laku, dari yang awalnya tidak tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne (Winataputra, 2005: 2-3), dengan bukunya yng berjudul Strategi Belajar Mengajar, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya akibat pengalaman. Menurut Winkel (Kosasih, 2007: 48), belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan meniru. Sedangkan menurut pandangan B.F Skinner (Ruminati, 2007: 1.5), belajar merupakan suatu atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pengertian belajar adalah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya proses respon. Peter Kline (Kosasih, 2007: 49), menyatakan belajar akan efektif, jika dilakukan dalam suasana menyenangkan (fun and enjoy). Maka, perlu diciptakan suasana dan sistem (kondisi) belajar yang kondusif, disamping faktor lain yang menentukan hasil belajar siswa. Belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 2006: 10).

2 Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan ketika saat sebelum belajar, sedangkan guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator, definisi-definisi tersebut dapat diartikan bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara aktif dan sadar. Hal ini berarti bahwa aktifitas berpusat pada anak didik 2.2 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar yaitu apa saja yang telah diperoleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran, berupa perubahan perilaku dan sikap. Keller (Nashar, 2004: 77), memandang hasil belajar sebagai keluaran dari berbagai masukan. Berbagai masukan-masukan tersebut menurut Keller dapat dibedakan menjadi dua kelompok, masukan pribadi ( Personal Inputs) dan masukan yang berasal dari lingkungan (envirounment inputs). Soedijarto (Nashar, 2004: 79), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. S. Nasution (Kunandar, 2010: 79), hasi belajar adalah perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.

3 2.3 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Ws. Winkel (1983: 48), menyatakan bahwa aktivitas belajar atau kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan, yaitu hasil belajar yang dicapai. Sadirman (2006: 93), menyatakan bahwa : Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas adalah keutamaan dalam keutamaan dalam proses pembelajaran. Sedangkan Abdurahman (Nashar, 2004: 34), menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa akan lebih memahami dan menguasai materi pelajaran. Dengan demikian hasil belajar siswa akan meningkat. 2.4 PKn Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terdiri dari dua kata yaitu Pendidikan dan Kewarganegaraan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

4 akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Masyarakat, bangsa dan Negara (pasal I UU No.20 Tahun 2003). Menurut Kansil (2002:3) Kewarganegaraan dalam bahasa latinnya disebut Civic selanjutnya dari kata Civic dalam bahasa Inggris timbul kata Civic yang artinya warga Negara atau kewarganegaraan. Akhirnya dari kata Civic lahir kata Civic yang artinya ilmu kewarganegaraan atau Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan UU No.20 tahun 2003, pada penjelasan pasal 37 dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (2003:66) Berkaitan dengan pengertian diatas seperti ditulis oleh Noor MS Bakri (2002:2) dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia. Dari uraian di atas dapat disimpulakn bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education ) adalah usaha sadar untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan menumbuhkan sikap serta wawasan kebangsaan, cinta tanah air yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan konstitusi Negara.

5 2.5 Role Playing Bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu. Menurut Sudjana (2009: 89), metode role playing adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisaikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana histories misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang, misalnya keadaan yang kemungkinan dihadapi karena semakin besarnya jumlah penduduk, atau menggambarkan keadaan imaginer yang dapat terjadi dimana dan kapan saja. (Abdul Azis Wahab, 2007: 109). Bermain peran pada perinsipnya merupakan metode untuk menghindarkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar siswa memberikan penilaian terhadap pertunjukan yang sudah dilakukan. Misalnya: menilai keunggulan atau kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternative pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran (Depdiknas, 2008: 1).

6 2.5.1 Manfaat Model Pembelajaran Role Playing Manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: 1. Role Playing dapat memberikan semacam hidden practice, dimana siswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. 2. Role Playing melibatkan jumlah siswa yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. 3. Role Playing dapat memberikan kepada siswa kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain siswa akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby De Porter, 2000: 12). 2.5.2 Tujuan Pembelajaran Role Playing Role Playing bertujuan untuk melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis. Tujuan role playing menurut Zuhaerini (1983: 56), yaitu: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisirkan dari pada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah social-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberikan kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

7 Menurut Chesler dan Fox (Basri Syamsu, 2000: 23) Esensi role playing adalah the involvement of participant and observers in a real problem situation and the desire for resolution and understanding that this involment engender. Terjemahan bebasnya Partisipan berkesempatan untuk terlibat aktif dalam situasi nyata untuk mengerti dan memecahkan masalah. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa penggunaan model ini dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Ada empat asumsi yang mendasari model ini memiliki kedudukan yang sejajar dengan model-model pengajaran lainnya. Keempat asumsi tersebut ialah: 1. Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasrkan pengalaman dengan menekankan dimensi di sini dan kini (here and now) sebagai isi pengajaran. 2. Bermain peran memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain. 3. Model ini mengasumsikan bahwa emosi atau ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. 4. Model mengajar ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang tersembunyi (cover) berupa sikap-sikap nilai-nilai, perasaanperasaan dan sistem keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan analisisnya.

8 2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Role Playing Role Playing memiliki kelebihan menambah rasa percaya diri peserta didik. Mudjiono dan Dimyati (1996: 15) mengemukakan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran role playing sebagai berikut: a. Kelebihan Model Pembelajaran Role Playing 1) segera mendapat perhatian, 2) dapat dipakai pada kelompok kecil dan besar, 3) membantu anggota untuk menganalisa situasi, 4) menambah rasa percaya diri pada peserta, 5) membantu anggota menyelami masalah, 6) membantu peserta mendapat pengalaman yang ada pada pikiran orang lain, 7) membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah. b. Kekurangan Model Pembelajaran Role Playing 1) mungkin masalahnya disatukan dengan pemerannya, 2) banyak yang tidak senang memerankan sesuatu, 3) membuntuhkan pemimpin yang terlatih, 4) terbatas pada beberapa situasinya, 5) ada kesulitan dalam memerankannya. 2.5.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Role Playing Langkah-langkah pembelajaran role playing memotivasi kelompok, memilih peran, dll. Basri Syamsu (2000: 23) menerangkan tahap-tahap pelaksanaan role playing yang diuraikan sebagai berikut: 1) tahap memotivasi kelompok, 2) memilih pemeran, 3) menyiapkan pengamat, 3) menyiapkan tahap-tahap bermain peran, 4)

9 pemeranan, 5) diskusi dan evaluasi, 6) pemeranan ulang, 7) membagi pengalaman dan menarik generalisasi. Pembelajaran yang akan dilaksanakan di SD Negeri 6 Metro Timur mengikuti tahapan role playing menurut Mudjiono dan Dimyati (1996: 14), yaitu: a. Persiapan 1) menentukan permasalahan sebagai topik, 2) merumuskan tujuan intruksional khusus (TIK), 3) merumuskan langkah-langkah bermain peran (Role Playing), 4)mengidentifikasi peran yang diperlukan, lokasi, pengamat. b. Pelaksanaan 1) Tahap pemanasan : a) mengajukan permasalahan yang menjadi latar belakang, b) menjelaskan permasalahan, c) menafsirkan cerita, d) menjelaskan cara bermain. 2) Tahap memilih peserta : a) menganalisis peran-peran, b) memilih pemain 3) Tahap mengatur tempat main : a) menata jalannya permainan, b) menjelaskan kembali peran-peran, c) memasuki situasi permasalahan. 4) Tahap mempersiapkan pengamat : a) menentukan apa yang akan diamati, b) menentukan tugas-tugas pengamat. 5) Tahap memainkannya : a) memulai permainan, b) memelihara jalannya permainan, c) menghentikan permainan.

10 6) Tahap diskusi dan evaluasi : a) meninjau kembali lakon (peran), b) membicarakan kembali pusat-pusat perhatian pada pelaku, c) mengembangkan permainan. c. Kegiatan akhir Melakukan refleksi dan kegiatan yang telah dilakukan. 2.6 Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka, maka dirumuskan Apabila dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas IVA SDN 6 Metro Timur menggunakan model role playing dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.