BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir, 1999:65). B. Desain Penelitian Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode kuadrat dengan teknik sampling secara purposif (Sugiyono, 2003: 61). Lokasi penelitian ditentukan melalui survey lapangan berdasarkan kondisi vegetasi dan rona lingkungan pada tiga lokasi penelitian Gunung Burangrang bagian timur yaitu hutan pinus, vegetasi semak dan hutan heterogen. Penentuan lokasi diiringi juga dengan penentuan luas kuadrat minimal. Kuadrat merupakan cuplikan dari sebuah area dimensi luas yang diketahui dan didefinisikan secara tajam berdasarkan luas vegetasi penelitian. Metode kuadrat mengacu kepada penelitian tumbuhan pada vegetasi homogen dengan mencari cara-cara yang lebih efektif untuk serangga serta diestimasi kelimpahannya persatuan luas wilayah. Penentuan kuadrat minimal didasarkan atas penambahan species Familia Formicidae yang ditemukan (Gopal dan Bhardwaj, 1979: 67). Tiga plot ditempatkan pada tiap lokasi penelitian dengan 31
pengambilan data dilakukan pada bulan April, Mei dan Juni 2006 (Erawati et al, 2004). Species yang tercuplik pada lokasi penelitian kemudian diawetkan dengan Alkohol 70%, kemudian diidentifikasi menggunakan mikroskop stereo dan kunci identifikasi Yosiaki Hashimoto terbitan tahun 2003 juga dengan bantuan ahli di Laboratorium Entomologi, Puslit Biologi, LIPI Cibinong. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang diamati adalah seluruh Semut (Formicidae) yang ada di Gunung Burangrang bagian Timur. 2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semut yang tertangkap dengan teknik sampling Bait trapping dan hand collecting pada saat pengambilan sampel di dalam kuadrat/plot. D. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Gunung Burangrang dengan letak astronomis 6 o 41 45-6 o 43 18 Lintang Selatan dan 107 o 31 7-107 o 32 56 Bujur timur dengan bagian Timur dijadikan sebagai lokasi penelitian. Tepatnya difokuskan pada tiga kawasan yang dianggap mewakili vegetasi yang berbeda dan rona lingkungan (berdasarkan hasil survei) yang 32
6 40 6 70 7 00 1 70 2 0 1 70 3 0 1 70 40 Lokasi Penelitian BT ada pada gunung ini. Hutan Pinus, Vegetasi Semak dan Hutan Heterogen mewakili vegetasi tersebut. 2. Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan yaitu, pada 8-9 April 2006, 13-14 Mei 2006 dan 10-11 Juni 2006. Selain itu, pada bulan April mewakili musim hujan, bulan Mei mewakili musim peralihan, dan bulan Juni mewakili musim kemarau (BMG, 2006). Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan lebih representatif. IIIB IIIA IICIIB IIIC IIA IC IB IA (Sumber: Buletin Wanadri Edisi 26-2004, hal. 32) Gambar 3.1. Lokasi kuadrat sampling dalam posisi kontur 33
Hutan Heterogen Vegetasi Semak Hutan Pinus (Sumber: dimodifikasi dari : http://ika-all.tripod.com/peta-bandung.htm) Gambar 3.2. Lokasi Penelitian E. Peralatan dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang akan digunakan tercantum pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian No Nama Alat Jumlah 1 Alkohol 70 % 3 liter 2 Altimeter Ota Keiki Seisakusho 15728 1 unit 3 Thermohygrometer 1 unit 4 Soil Analizer Kit 3 unit 5 Bait Trap 100 unit 6 Botol film 100 botol 7 Buku identifikasi Hashimoto (2003) 1 buah 8 Meteran 3 unit 9 Tali rapia 1 buah 10 Penggaris stainless swordfish 30 cm 1 unit 11 Plastik sampel 500 lembar 12 Kertas label 1 pack 13 Sarung tangan karet 6 unit 14 Sekop kecil 3 unit 15 Detergen ½ kg 16 Botol film 200 buah 34
No Nama Alat Jumlah 17 Aquades 4 liter 18 Mikroskop stereo Shimadzu Kalnew 5910007 I unit 19 Kamera Digital 1 unit 20 Pinset 1 buah 21 Alat tulis 1 set 22 Luxmeter 1 unit 23 Klinometer 1 unit F. Cara Kerja 1. Pra Penelitian a. Memetakan kondisi Gunung Burangrang dan mengamati rona lingkungannya. b. Mengamati vegetasi yang ada di gunung Burangrang. c. Menentukan titik penempatan kuadrat sampling sebanyak tiga buah untuk tiap sampling site (kawasan). Penentuan penempatan kuadrat dilakukan secara purposif (Sugiyono, 2003: 61) pada lokasi dalam kawasan yang di dalamnya terdapat Semut. d. Menentukan koordinat tiap kuadrat pada peta menggunakan peta kontur 4522 IV, kompas engineer, pensil mekanik mileno, penggaris swordfish dan Doglas Protactor. e. Mengambil sampel awal untuk pengukuran luas kuadrat minimal untuk sampling dengan menggunakan semua teknik pengambilan sampel. Setelah lokasi penelitian ditetapkan maka di tiap lokasi ditetapkan pula ukuran plot yang akan digunakan. Ukuran plot mimimal dapat ditentukan dengan cara survey 35
pendahuluan untuk menentukan ukuran luas plot minimal. Untuk menentukan luas kuadrat minimal, dimulai dengan membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada suatu tegakan dengan kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk menentukan kuadrat minimal Semut adalah 5x5 m (Gopal et al, 1979: 67). Selanjutnya dilakukan pencuplikan species semut yang ada dalam kuadrat terkecil dengan teknik pencuplikan Baited Trapping dan Hand Collecting. Kemudian kuadrat diperluas dua kali luas semula dan kemudian penambahan species baru yang terdapat dalam kuadrat luasan dicatat. Perluasan kuadrat dilanjutkan dengan ukuran dua kali luas sebelumnya sampai tidak ada lagi penambahan species baru (Gopal et al, 1979: 67). Bila tidak ada penambahan species baru atau penambahan kurang dari 10 % maka ukuran kuadrat minimal dapat ditentukan. Dari hasil penghitungan didapatkan bahwa pada kawasan I (hutan pinus) luas kuadrat minimal sebesar 10 x 10 meter, kawasan II (vegetasi semak) sebesar 10 x 20 meter, dan kawasan III (hutan heterogen) sebesar 10 x 10 meter. f. Pengukuran faktor vegetasi : ketinggian dengan menggunakan altimeter Oka Keiki Seisakusho; ketebalan serasah dengan menggunakan penggaris swordfish, banyaknya jenis tanaman di tiap kuadrat penelitian dan kemiringan tiap lokasi diukur dengan klinometer. 36
2. Penelitian a. Mengambil semut yang berada dalam setiap kuadrat plot pada tiap kawasan sampling. Pencuplikan sampel dilakukan dengan beberapa teknik yang disesuaikan dengan kondisi lokasi sampling. Teknik-tekniknya yaitu : 1). Baited traps Baited traps atau jebakan berumpan dengan menggunakan umpan gula. Dipakai dengan mengoleskannya ke pangkal gelas penjebak dan cara ini dinilai efektif (Hadikastowo, 1996: 57). Dilakukan penggalian sebelumnya seukuran cup, dengan mulut cup sejajar permukaan tanah. Tutup cup dipasang 2-3 cm dengan menggunakan kawat, hal ini berfungsi untuk mengurangi curahan air hujan yang masuk. Baited traps kemudian diisi Alkohol 70% dan deterjen lalu dibiarkan 24 jam (Idris et al, 2002). Sampel diambil setelah 24 jam dan dimasukkan ke dalam botol film dan diberi label. Semut pada botol film diidentifikasi di laboratorium mengggunakan mikroskop stereo. Sebagai perbandingan di daerah Australia selatan semut ditemukan 81%-82% dengan cara Baited traps (Matthews et al, 1984: 98). 2). Hand Collecting Cara yang dilakukan oleh pengamat dengan mengumpulkan atau menghitung secara insitu semua hewan yang dapat dilihat selama waktu yang ditentukan pada lokasi penelitian (Southwood, 1971: 186). Dilakukan pencarian semut yang terlihat pada serasah, di atas tanah, dan vegetasi yang rendah yang memerlukan 37
posisi tubuh berlutut. Hand Collecting dimaksudkan untuk semut yang terlewat/tidak tercuplik dengan teknik baited traps. b. Semut yang tercuplik dimasukkan ke dalam plastik sampel yang telah dilabeli sesuai dengan lokasi kuadrat. Setelah sampling selesai semut dimasukkan ke dalam botol film yang telah diisi Alkohol 70% dan beberapa tetes Gliserin. Botol film kemudian dilabeli sesuai lokasi. c. Mengukur faktor lingkungan (klimatik dan fisik tanah), suhu dan kelembaban udara diukur dengan Thermohygrometer, pengukuran ph dengan Soil Analizer Kit, dan pengukuran intensitas cahaya dengan luxmeter. Pengukuran faktor abiotik diulang sebanyak tiga kali untuk setiap pencuplikan. d. Semut dari tiap botol film kemudian diidentifikasi di bawah mikroskop stereo. Semut yang ditemukan dari tiap kuadrat dicatat dan dihitung jenis dan jumlahnya. G. Analisis Data 1. Mengidentifikasi sampel sampai tingkat subfamilia dan Genus dengan menggunakan sumber buku acuan yang ditulis oleh Hashimoto (2003). Untuk identifikasi sampai tingkat species dilakukan dengan cara membandingkan dengan koleksi specimen yang ada di Laboratorium Entomologi, Puslit Biologi Lipi, Bogor. 2. Menghitung jumlah total individu dari semua jenis yang tercatat (N), jumlah individu species i (ni), jumlah Subfamilia (F), dan jumlah species yang tercatat 38
(S). Keanekaragaman semut dihitung berdasarkan indeks keanekaragaman Margalev (Magurran, 1988) dan kelimpahan relatif (KR) (Magurran, 1988 dalam Erawati et al, 2004). Persamaan dalam perhitungan indeks tersebut adalah sebagai berikut : D Mg = (S-1)/ln N KR = ni/n x 100 % Keterangan : D Mg = Indeks Keanekaragaman Margalef S = Jumlah jenis yang tercatat N = Jumlah total individu dari semua jenis yang tercatat KR = Kelimpahan Relatif Dikarenakan ukuran luas kuadrat (plot) pada masing-masing kawasan penelitian berbeda, maka sebelum menghitung indeks Margalev dan kelimpahan relatif, jumlah individu pada masing-masing spesies nilainya di konversi terlebih dahulu ke dalam satuan individu/ 1 hm 2. Untuk mengkonversi jumlah individu yang tercuplik digunakan rumus : Ki = Jumlah individu spesies i Luas kuadrat sampling (hm 2 ) Keterangan : Ki = Kelimpahan spesies i 39
H. Alur penelitian Persiapan Penentuan lokasi penelitian melalui survei Pra penelitian dan Evaluasi hasil Pra penelitian Penentuan ukuran luas kuadrat minimal Penelitian ( pengambilan data meliputi pencuplikan Semut melalui dua teknik pencuplikan dan pengukuran faktor abiotik ) Identifikasi dan pencatatan Analisis data Skripsi Gambar 3.3. Alur Penelitian 40