BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN)

BAB 4 PERSEPSI PASIEN JAMKESMAS RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RSCM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. jasa atau pelayanan yang mereka jual. Dahulu kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Menurut

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

: Sekretaris Daerah Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA PEMERINTAH KOTA PELAYANAN KESEHATAN MELALUI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 27 SERI E

V. KESIMPULAN DAN SARAN

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia. Dengan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 51-62

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme

1 BAB I PENDAHULUAN. pengentasan kemiskinan. Tujuan MDGs di bidang kesehatan merupakan tujuan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanan oleh pelaksana pelayanan kesehatan, seperti

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

PERSEPSI PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PADA RUMAH SAKIT ISLAM YARSI PONTIANAK Nurmalasari 1, Latifah 2

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012).

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN ASKESKIN, ASKES PNS, UMUM PADA PELAYANAN LOKET PENDAFTARAN RAWAT JALAN DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR

201 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan bermutu serta berorientasi pada kepuasan pasien. (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan kondisi mobil. Service Clinic Car merupakan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. internasional memasuki pasar pelayanan medis di Indonesia. Setiap

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan. Masalah kesehatan

BAB 5 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK RACHMAT HIDAYAT, MPA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNIVERSITAS JEMBER

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 74-84

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PASIEN UNIT INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ) RUMKITAL

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. keamanan, keterisolasian, keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, keterbatasan,

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung dengan tujuan agar

DAFTAR ISI. iv v viii xiii xv xvi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, persaingan bisnis menjadi sangat ketat baik di pasar

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN JASA TERHADAP LOYALITAS PASIEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI. Rosmawati

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS ) DI KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

ANALISA PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ALFABANK DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu komitmen internasional dalam meningkatkan pembangunan di berbagai negara. Komitmen ini menjadi suatu acuan bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam menyusun rencana pembangunan. Terdapat delapan tujuan dari ditetapkannya MDGs (BPK, 2009). Pembangunan dibidang kesehatan termasuk di antara kedelapan tujuan yang ingin dicapai tersebut. Kedelapan tujuan MDGs tersebut, yaitu : (i) Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem; (ii) Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua; (iii) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (iv) Menurunkan angka kematian anak; (v) Meningkatkan kesehatan ibu; (vi) Memberantas HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya; (vii) Memastikan kelestarian lingkungan; (viii) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Seperti terlihat di atas, tujuan ke (iv) sampai dengan (vi) merupakan tujuan yang langsung berkaitan dengan bidang kesehatan. Menurunkan angka kematian anak harus dicapai melalui peningkatan kesehatan anak. Semakin sehat seorang anak, semakin kecil peluang untuk meninggal dini. Peningkatan kesehatan ibu, di samping berkaitan dengan semakin kecil peluang para ibu meninggal ketika melahirkan, juga semakin besar peluang untuk melahirkan anakanak yang sehat, yang akan berusia panjang. Memberantas HIV, AIDS, malaria dsb (penyakit-penyakit menular) berkaitan dengan upaya untuk mencegah kematian secara masal. Penyediaan pelayanan kesehatan, baik oleh pihak swasta maupun pemerintah, merupakan salah satu bagian dari pembangunan dibidang kesehatan. 1

2 Karena pelayanan kesehatan ini di Indonesia kini masih jauh dari kebutuhan untuk mencapai tujuan MDGs tadi maka penyediaannya mesti didorong (Saraswati, 2009). Data BPS tahun 2009, hingga bulan Maret, mencatat bahwa sebanyak 32,5 juta penduduk Indonesia adalah miskin. Semua penduduk miskin ini tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan secara memadai. Kemiskinan (rendahnya pendapatan) menyebabkan mereka tidak mampu membiayai seluruh ongkos yang diperlukan untuk memperoleh pelayanan kesehatan sebagaimana yang diperlukan. Para penduduk miskin ini, apabila mereka sakit, seringkali lebih memilih pengobatan alternatif yang murah (dukun) daripada ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang formal; atau berusaha mengobati sendiri dengan membeli obatobat tradisional ataupun illegal, yang tidak diuji oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (www.bps.go.id). Menurut data BPS tahun 2008, sebanyak 65,59% penduduk melakukan pengobatan sendiri dan sebanyak 22,26% menggunakan obat tradisonal. Kondisi seperti yang dikemukakan ini membuat pemerintah Indonesia memandang perlu untuk memberi subsidi kesehatan bagi mereka yang miskin. Pada tahun 2009 subsidi itu dianggarkan sekitar Rp 4,5 trilliun. Tahun 2010 direncanakan subsidi ini akan berjumlah sekitar Rp 4,6 trilliun. Alokasi tersebut untuk pembiayaan Jamkesmas bagi 76,4 juta penduduk miskin dan hampir miskin yang masuk kuota pemerintah pusat (Antara, 2010). Sedangkan pembiayaan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin yang tidak masuk kedalam kuota Jamkesmas pemerintah pusat ditanggung pemerintah daerah melalui programprogram Jamkesda. Komitmen pemerintah untuk memberi subsidi pelayanan kesehatan bagi mereka (masyarakat) yang miskin --yang seringkali disingkat dengan sebutan maskin -- diwujudkan melalui berbagai program. Puskesmas dan rumah sakit secara langsung ditunjuk oleh pemerintah sebagai agen utama bagi pemberi pelayanan kesehatan kepada maskin itu. Program pemberian subsidi pelayanan kesehatan untuk maskin tersebut bermula pada tahun 1998-2001, yaitu melalui Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK). Program ini kemudian dilanjutkan dengan program

3 Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Bidang Kesehatan (PDPSE-BK) pada tahun 2001-2002. Selanjutnya pada tahun 2002-2004 program PDPSE-BK ini diubah menjadi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Bidang Kesehatan (PKPS BBM-BK). Pada periode ini dilaksanakan pula uji coba Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin (JPK Gakin) di tiga provinsi dan 13 kabupaten. Pada akhir tahun 2004, dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (SK Menkes RI) No. 1241/Menkes/SK/XI/2004 Tanggal 12 November 2004, diberlakukan program baru yaitu Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJKMM). PT. Askes (persero) merupakan lembaga keuangan yang ditunjuk pemerintah sebagai pelaksana penyalur dana program PJKMM. PT. Askes (persero) mengelola sepenuhnya dana penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi maskin, baik untuk pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rujukan di RS. Sebagaimana dikemukakan oleh BPK (2009), sejumlah permasalahan telah muncul dalam pengelolaan PJKMM ini. Permasalahan tersebut antara lain: terjadinya perbedaan data jumlah maskin yang dicatat oleh BPS dengan data maskin yang sebenarnya di tiap daerah, minimnya SDM PT. Askes (persero), minimnya biaya operasional dan manajemen di Puskesmas, dll. Adanya permasalahan-permasalahan ini membuat pemerintah kemudian merubah lagi mekanisme penyelenggaraan program pemberian subsidi pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin (BPK, 2009). Penyelenggaraan PJKMM, sebagaimana yang dikemukakan di atas, dikelola dengan mekanisme asuransi. Dengan kata lain pembayaran klaim dan verifikasi dilakukan oleh PT. Askes. Sehingga program ini kemudian dikenal dengan nama program Askeskin. Program ini berjalan hingga hingga tahun 2007. Pada tahun 2008, setelah pemerintah mengetahui adanya permasalahanpermasalahan di atas, PT Askes (persero) tidak lagi secara penuh mengelola dana penyelenggaraan program ini. Menurut keterangan pemerintah, hal ini untuk mengatasi keterbatasan jumlah sumber daya manusia yang ada pada PT.Askes (persero), terutama untuk memonitor pelaksanaan program (BPK, 2009). Terjadi pemisahan fungsi antara fungsi pengelola dengan fungsi pembayaran. Pemisahan

4 fungsi ini diimplementasikan dengan menempatkan tenaga verifikator disetiap RS. Program ini selanjutnya disebut dengan Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Sumber dana Jamkesmas berasal dari APBN dan APBD. Pada tahun 2009, provinsi Bali menerima luncuran dana Jamkesmas sebesar Rp 75,4 miliar. Dana tersebut dialokasikan kepada RS yang ada di kabupaten maupun kota di provinsi Bali (8 kabupaten dan 1 kota). Sampai dengan bulan November 2009, artinya setelah 9 bulan bulan provinsi ini menerima luncuran dana, sebesar Rp 62,9 miliar belum juga dilaporkan dan dipertanggungjawabkan (Rekapitulasi Laporan Klaim Jamkesmas, November 2009). Menurut Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 2009 penggunaan dana harus dilaporkan oleh tim pengelola Jamkesmas Povinsi kepada Departemen Kesehatan adalah setiap tanggal 20 bulan berjalan. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan dana yang diterimanya maka sebesar 83,4% dana tersebut belum dilaporkan dan dipertanggungjawabkan. Angka ini relatif lebih besar di bandingkan dengan daerah lain seperti: Jatim (58,7%), Jateng (61,6%), Jabar (49,1%). Di kota Denpasar, yang merupakan ibukota Provinsi Bali, terdapat 4 rumah sakit yang ditunjuk sebagai PPK Jamkesmas, yaitu: Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Sanglah, Rumah Sskit Umum Daerah (RSUD) Wangaya, RSU Bhakti Rahayu dan RSU Dharma Yadnya. RSUD Wangaya merupakan rumah sakit milik pemerintah daerah tertua di Bali. RSUD ini berdiri sejak tahun 1921. Pada tahun 2008, melalui Keputusan Walikota Denpasar nomor 96 Tahun 2008, RSUD ini ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan kategori penuh. BLUD dengan kategori penuh artinya BLUD memiliki keistimewaan dalam hal fleksibilitas pengelolaan keuangan. Keistimewaan tersebut antara lain dapat menggunakan pendapatan operasional tanpa terlebih dahulu disetorkan ke rekening kas negara, dapat mengelola utang dan piutang, dapat melakukan investasi jangka panjang dan jangka pendek, dapat mengembangkan kebijakan, sistem dan prosedur pengelolaan keuangan, dll. Pelayanan yang diberikan oleh RSUD Wangaya terhadap peserta Jamkesmas adalah Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Instalasi Rawat Darurat (IRD), dan

5 Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). RJTL dan RITL merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit atas dasar rujukan yang diberikan oleh Puskesmas. Menurut hasil evaluasi kinerja yang dilakukan secara tahunan oleh rumah sakit tahun 2009, ditemukan empat kelemahan terkait organisasi dan SDM di BLUD Wangaya ini (RBA BLUD Wangaya, 2010). Keempat kelemahan yang diungkapkan dalam RBA tersebut adalah: (i) jumlah tenaga kurang memadai khususnya perawat, (ii) tingkat ketrampilan staf masih kurang, (iii) disiplin pegawai masih kurang dan (iv) komitmen staf belum optimal. Kelemahan tersebut telah mempengaruhi kinerja BLUD Wangaya (termasuk mutu pelayanan). Berdasarkan Rencana Bisnis dan Anggaran BLUD Wangaya 2010, peningkatan mutu pelayanan akan menjadi target yang utama. Untuk menempuh target itu maka: peningkatan kompetensi SDM melalui pendidikan dan latihan akan dilakukan; selain itu juga sistem pelayanan dengan ukuran standar pelayanan minimum akan diterapkan; dan sarana serta prasarana medis dan non medis akan ditingkatkan ketersediaannya maupun pemeliharaannya. Informasi tentang kurang memadainya pelayanan kesehatan BLUD Wangaya sering diberitakan di media masa, terutama media lokal, seperti: Antara, Radar Bali. Pelayanan yang kurang memadai ini bukan hanya dirasakan oleh pasien peserta (penerima) program Jamkesmas saja, tetapi juga pada pasien non- Jamkesmas. Ketua Fraksi Demokrat DPRD Denpasar, dalam harian Radar Bali tanggal 28 November 2009, menyatakan bahwa sarana, fasilitas dan SDM BLUD Wangaya memang masih kurang. Kemudian juga salah satu anggota Komisi D DPRD Denpasar, sebagaimana dimuat Antara tanggal 12 Januari 2010, menyatakan bahwa BLUD Wangaya belum mampu memberikan pelayanan maksimal. Akibatnya, munculah keluhan-keluhan warga (pasien). Hasil polling yang dilakukan secara online oleh BLUD Wangaya pun menunjukkan bahwa sebesar 54% responden menganggap pelayanan BLUD Wangaya masih belum sesuai dengan keinginan (www.denpasarkota.go.id). Sementara studi Razak (2007), meskipun dua tahun telah lewat, menyimpulkan bahwa waktu tunggu pasien untuk mendapatkan pelayanan terlalu lama.

6 Berdasarkan prioritas BLUD Wangaya dan informasi dari berbagai sumber diatas, maka penting untuk diketahui aspek-aspek apa saja yang harus diatasi untuk meningkatkan mutu pelayanan RSUD Wangaya. Menurut konsep SERVQUAL yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry terdapat lima determinan (dimensi) kualitas pelayanan terkait dengan persepsi pelanggan. Kelima dimensi tersebut adalah (Rosjid, 1997) : (i) Tangible, atau bukti langsung yang bisa dilihat dan dirasakan oleh pelanggan, sperti keadaan gedung dan fasilitas. (ii) Reliability, kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara handal dan akurat. (iii)responsiveness, kemauan dan daya tanggap untuk selalu siap membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat. (iv) Assurance, jaminan pengetahuan dan kemampuan petugas, keamanan, kesopanan dan dapat dipercaya. (v) Emphaty, perhatian secara pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan. Kelima dimensi tersebut merupakan variabel mutu pelayanan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan (pasien). Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan ekspektasi dan persepsi pasien atas kelima dimensi tersebut. Dengan demikian dapat diketahui dimensi-dimensi mana saja yang menimbulkan kepuasan maupun ketidakpuasan pasien dalam pelayanan. Informasi yang didapat juga digunakan untuk menentukan dimensi mana yang perlu dikoreksi untuk meningkatkan kualitas pelayanan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang hendak dikaji adalah : 1. Bagaimanakah kualitas pelayanan kesehatan BLUD Wangaya menurut pasien Jamkesmas? 2. Aspek-aspek apa saja yang menyebabkan pasien merasa kualitas pelayanan BLUD Wangaya tidak memuaskan?

7 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui persepsi pasien terhadap masing-masing determinan kualitas pelayanan (kelima dimensi SERVQUAL). 2. Mengetahui dimensi apa yang perlu segera diperbaiki oleh RSUD Wangaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien Jamkesmas. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dimensi-dimensi mana saja yang masih kurang dalam pemberian pelayanan kesehatan oleh RSUD Wangaya. 2. Menentukan langkah perbaikan yang diperlukan berdasarkan informasi gap yang diperoleh. 1.5 Metode Penelitian Untuk menilai persepsi pelayanan, penelitian ini menggunakan pendekatan SERVQUAL dari Parasuraman. Data akan dihimpun terutama melalui kuisioner, disamping wawancara dan data sekunder. Lokasi dan waktu penelitian dilakukan pada RSUD Wangaya, Kota Denpasar, Maret-Juni 2010. 1.5.1 Populasi Menurut Mantra dan Kasto ( dalam Singarimbun dan Effendi, 1995: 155) populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri cirinya akan diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Jamkesmas yang berobat di BLUD Wangaya. Pasien tersebut mencakup pasien rawat darurat, pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Populasi pasien peserta Jamkesmas dalam penelitian ini didasarkan pada rata-rata jumlah pasien Jamkesmas yang dirawat pada bulan Januari sampai Maret 2010, yaitu 308 orang. Jumlah tersebut terdiri dari pasien

8 yang dirawat pada instalasi rawat darurat (77 pasien), instalasi rawat inap (30 pasien), dan instalasi rawat jalan (201 pasien). 1.5.2 Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling. Pengambilan sampel penelitian didasarkan pada jumlah populasi sebanyak 308 pasien dan dengan memperhatikan beberapa kriteria berikut : a. Semua pasien telah mendapatkan pelayanan kesehatan b. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik c. Pasien dengan usia dibawah 15 tahun diwakili oleh orang tua atau salah satu keluarganya. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Amirin, 2010) : n = N (1.5.1) 1 + N(d 2 ) Dimana : n = besar sampel N = besar populasi D = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan Berdasarkan rumus 1.5.1 maka jumlah sampel yang diambil adalah : n = 308 1 + 308 (0,10 2 ) n = 308 31,8 n = 75,49 Jadi jumlah sampel yang diperlukan minimal 76 orang pasien Jamkesmas. Sampel tersebut terdiri dari : Pasien rawat darurat = 77 x 76 = 19 orang 308 Pasien rawat inap tingkat lanjutan = 30 x 76 = 7,4 = 7 orang 308

9 Pasien rawat jalan tingkat lanjutan = 201 x 76 = 49,59 = 50 orang 308 1.5.3 Pengumpulan Data Data primer, diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan responden, dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner akan diberikan kepada pasien Jamkesmas setelah pasien tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan dari RSUD Wangaya. Data sekunder, diperoleh dari data-data yang dimiliki oleh RSUD Wangaya. 1.5.4 Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen (kuisioner) seperti yang digunakan oleh Parasuraman dkk, yang telah diterjemahkan dan disesuaikan. Kuisioner terdiri dari dua bagian yaitu pernyataan ekspektasi dan pernyataan persepsi. Masing-masing bagian terdiri dari 26 pernyataan. Kuisioner meliputi kelima dimensi dari metode SERVQUAL, untuk masing-masing aspek baik pertanyaan ekspektasi maupun persepsi adalah sebagai berikut : Tangible, pertanyaan nomor 1-5 Reliabilty, pertanyaan nomor 6-13 Responsiveness, pertanyaan nomor 14-18 Assurance, pertanyaan nomor 19-22 Emphaty, pertanyaan nomor 23-26 Kuisioner menggunakan skala Likert, dengan pemberian skor 1 sampai dengan 5 untuk masing-masing pernyataan. Skor tersebut digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kualitas pelayanan BLUD Wangaya dapat memuaskan pasiennya. 1.5.5 Analisis Data Setelah didapatkan hasil kuisioner maka selanjutnya data dianalisis dengan membandingkan skor antara pertanyaan ekspektasi dengan

10 pertanyaan persepsi. Perbandingan tersebut akan menunjukkan gap score, yang menunjukkan perbedaan yang terjadi anatara ekspektasi dan persepsi pasien. Menurut Parasuraman et, al. (19:1988) perbedaan antara Perception (P) dan Expectation dapat digambarkan sebagai berikut : Q = P-E (1.5.2) Dimana : Q = kualitas pelayanan yang diterima P = nilai pesepsi E = nilai ekspektasi Masing-masing nilai persepsi dan nilai ekspektasi berasal dari pernyataanpernyataan yang diajukan kepada pasien. Berdasarkan rumus 1.5.2, maka interpretasi hasil perhitungan adalah : Hasil Q = negatif, artinya kualitas tidak memuaskan Hasil Q = 0 (sama), artinya kualitas memuaskan Hasil Q = positif, artinya kualitas sangat memuaskan Perhitungan gap score dilakukan terhadap masing-masing jawaban responden. Selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk mengetahui apakah kualitas pelayanan tidak memuaskan, memuaskan atau bahkan sangat memuaskan. 1.6 Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan pada BLUD Wangaya, kota Denpasar. Sesuai dengan latar belakang, maka yang menjadi obyek penelitian adalah persepsi pasien peserta Jamkesmas pada BLUD Wangaya. Pembatasan pada pasien peserta Jamkesmas adalah karena program ini merupakan program kesehatan bagi maskin yang sedang dilaksanakan pemerintah. 1.7 Sistematika Penulisan Tesis ini akan tersusun dalam lima bab. Hal-hal yang akan diuraikan dalam masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut :

11 Bab I : Pendahuluan Bab pertama menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lingkup penelitian dan sistematika penyajian. Bab II : Penilaian Kualitas Jasa (Pelayanan) : Tinjauan Literatur Bab kedua berisi teori-teori yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Bab III: Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Meningkatkan Akses Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Bab ketiga berisi tentang berbagai kebijakan pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap maskin. Dalam bab ini juga akan dipaparkan perihal perkembangan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Wangaya. Bab IV: Persepsi Pasien Jamkesmas Terhadap Pelayanan BLUD Wangaya Bab keempat akan menguraikan analisa dan evaluasi data. Analisa tersebut mencakup pemberian skor berdasarkan kuisioner. Analisa juga dilakukan untuk mengetahui perbedaan (gap) antara persepsi dan ekspektasi pasien. Bab V : Penutup Bab kelima berisi kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang diperlukan dalam upaya mengatasi gap yang terjadi. Dalam bab ini juga disebutkan mengenai keterbatasan studi.