BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION INTISARI. Devi Permatasari*

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Musadad, Lubis, &Kasnodihardjo, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan pelayanan keperawatan (Ballard, 2003). Kesalahan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

HUBUNGAN ANTARA LAMA PERAWATAN DAN PENYAKIT YANG MENYERTAI DENGAN TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL DI RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

BAB I PENDAHULUAN. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum

ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka rumah sakit dituntut untuk melaksanakan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan kesehatan tersebut sangat berpengaruh terhadap petugas kesehatan, pasien, pengunjung/pengantar pasien, dan masyarakat sekitar rumah sakit yang ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, maupun karena kondisi sarana dan prasarana rumah sakit yang tidak memenuhi standar (Kemenkes RI, 2010). Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menjamin upaya kesehatan dan keselamatan kerja petugas, pasien (patient safety) pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di rumah sakit dapat dihindari oleh petugas kesehatan sebagai pemberi pelayanan maupun pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit (Depkes, 2009). Keselamatan pasien (patient safety) merupakan tanggung jawab petugas kesehatan baik dokter maupun perawat yang ada di rumah sakit. Pengetahuan tentang

2 kesehatan dan keselamatan kerja diharapkan mampu memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan pasien (patient safety) yaitu mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Effendi, 2007). Akhir-akhir ini semakin sering terjadi infeksi nosokomial di sarana pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit baik yang dialami oleh petugas kesehatan itu sendiri maupun oleh pasien dan pengunjung. Secara epidemiologis kejadian tersebut berlangsung bersamaan pada lokasi waktu dan tempat yang sama, sehingga surveilans sederhana akan langsung men-judge sebagai sebuah infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial (Inos) selalu identik dengan rumah sakit, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan yang terintegrasi dari seluruh pihak yang terkait agar kejadian infeksi nosokomial dapat dikendalikan. (Tietjen, et al, 2004). Infeksi nosokomial atau nosocomial infection adalah penyakit yang didapat selama dalam proses perawatan di rumah sakit setelah 3x24 jam. Infeksi nosokomial umumnya terjadi karena rendahnya sanitasi di rumah sakit, buruknya perilaku petugas maupun penderita atau pengunjung yang ada di rumah sakit, sehingga untuk menghilangkan infeksi nosokomial tidak cukup dengan memakai antiseptik saja. Namun lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan fisik, biotik dan sosial juga harus dikelola secara baik dan benar (Sutomo, 1996). Risiko terjadinya infeksi nosokomial dapat dicegah dengan merubah perilaku petugas kesehatan dengan cara meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan dan pelatihan serta merubah sikap dan cara penggunaan alat pelindung diri yang baik dan benar, misal pemakaian sarung tangan yang benar dengan memperhatikan teknik

3 septik dan aseptik. Transfer organisme diantara pasien yang dirawat sering terjadi, baik melalui media petugas kesehatan (perawat) atau kondisi lingkungan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa terjadi penurunan yang bermakna dari kolonisasi dan infeksi jika petugas kesehatan memakai sarung tangan bersih/steril sebelum kontak dengan selaput lendir atau kulit pasien yang tidak utuh untuk mencegah infeksi silang dari petugas ke pasien (Tietjen et al, 2004). Berdasarkan data dari WHO dalam Bady et al, (2007) bahwa presentase infeksi nosokomial di rumah sakit diseluruh dunia mencapai 9% (variasi 3-21%). Sekitar 8,7% dari sebanyak 55 rumah sakit di 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10%. Infeksi nosokomial menempati posisi pembunuh keempat di Amerika Serikat dan terdapat 20.000 kematian tiap tahunnya akibat infeksi nosokomial. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan pada 11 rumah sakit yang ada di Jakarta, menunjukkan bahwa sebanyak 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi baru selama dirawat. Lama perawatan merupakan suatu proses yang dijalani pasien dari pertama masuk sampai dengan pasien keluar dari rumah sakit. Semakin lama pasien dirawat maka dapat meningkatkan risiko untuk terpapar infeksi akibat mikroorganisme yang ada di rumah sakit. Pasien dengan tindakan pemasangan infus lebih dari 3 hari berisiko terkena infeksi nosokomial sebesar 1,85 kali dibanding dengan pasien yang menggunakan infus kurang dari 3 hari, dan untuk pasien dengan pemasangan kateter

4 yang lebih dari 3 hari akan berisiko terkena infeksi nosokomial 2,7 kali dibanding dengan yang dirawat kurang dari 3 hari (Mustafa, 2007). Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 September 2014 di RSUD X Palu diperoleh data pada rekam medik trimester kedua yaitu bulan April sampai Juni tahun 2014 dari total pasien yang dipasang infus sebanyak 2782 pasien yang mengalami infeksi pemasangan infus/phelebitis sebanyak 336 pasien (12,07%), dan sebanyak 439 pasien yang dioperasi yang mengalami infeksi luka operasi (ILO) sebanyak 43 pasien (9,79%). Hal ini masih jauh dari Standar Pelayanan Minimum (SPM) rumah sakit yaitu 1,5 % (Kemenkes, 2008). Pengetahuan perawat tentang K3 berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 5 September 2014 di ruang rawat inap bedah menunjukkan bahwa dari 27 perawat terdapat 3 orang perawat yang sudah pernah mengikuti pelatihan K3 atau hanya 11% saja dan yang lainnya belum pernah mengikuti pelatihan K3. Selanjutnya dilihat dari sikap dan cara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), masih banyak perawat yang belum memperhatikan tentang tindakan steril dan non steril sehingga memungkinkan terjadi infeksi silang pasien dengan pasien atau petugas dengan pasien. Untuk jumlah pasien yang dirawat di ruang rawat inap bedah pada bulan Agustus sebanyak 105 pasien dengan lama perawatan di ruangan rata-rata lebih dari 5 hari perawatan dengan jumlah 87 pasien (82,85%) dengan berbagai kondisi penyakit dan komplikasinya.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan rmasalah Apakah ada hubungan pengetahuan K3 perawat, penggunaan alat pelindung diri dan lama perawatan dengan risiko infeksi nosokomial pada pasien di ruang rawat inap RSUD X Kota Palu? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan K3 perawat, penggunaan alat pelindung diri dan lama perawatan dengan risiko infeksi nosokomial pada pasien di ruang rawat inap RSUD X Kota Palu. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian pada bulan November - Desember 2014 ini adalah 2.1. Menganalisis hubungan pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perawat dengan risiko infeksi nosokomial pada pasien di ruang rawat inap RSUD X Kota Palu. 2.2. Menganalisis hubungan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan risiko infeksi nosokomial pada pasien di ruang rawat inap RSUD X Kota Palu. 2.3. Menganalisis hubungan lama perawatan dengan risiko infeksi nosokomial pada pasien di ruang rawat inap RSUD X Kota Palu.

6 2.4. Menganalisis pengaruh antara pengetahuan K3 perawat, dan penggunaan APD secara bersama-sama dengan risiko infeksi nosokomial pada pasien di ruang rawat inap RSUD X Kota Palu. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat 1. Bagi rumah sakit, dapat memberikan gambaran dan informasi tentang pengetahuan K3 perawat, penggunaan alat pelindung diri dan lama perawatan dengan risiko infeksi nosokomial pada pasien di ruang rawat inap sehingga dapat dilakukan pencegahan, perbaikan serta menyusun program Standar Operasional Prosedur (SOP) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang sesuai di ruang rawat inap rumah sakit. 2. Bagi perawat, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, agar dapat bekerja dengan aman, nyaman, sehat, dan selamat serta dapat melakukan pencegahan infeksi nosokomial ditempat kerja. 3. Bagi Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Kerja, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber data, informasi dan referensi ilmiah yang dapat menambah pengetahuan pembaca, serta dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi pengalaman berharga dalam menuntut ilmu di Perguruan Tinggi pada

7 bidang riset serta dapat menginspirasi untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan program S-3 atau program Doktor, dan sebagai upaya bentuk pengabdian. E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Perbandingan Keaslian Penelitian Peneliti Judul Hasil Perbedaan Bady, Analisis kinerja Ada hubungan antara - Metode penelitian: et al. 2007 Perawat dalam pelatihan dengan kinerja observasional non Pengendalian perawat dalam eksprimental. Infeksi pengendalian inos dan - Analisis kuantitatif Nosokomial di tidak ada hubungan yang dan kualitatif. Ruang IRNA I bermakna antara faktor - Varibel penelitian : RSUP Dr. Sardjito, pendidikan dan fasilitas kinerja perawat. Yogyakarta. rumah sakit dengan - Tempat dan waktu kinerja SDM perawat penelitian. dalam pengendalian inos. Saerang, et al. 2011 Hubungan Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dan Sikap Pengguna Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja pada Tenaga Keperawatan RSUD X Kupang. Ada hubungan antara Metode penelitian Pengetahuan K3 dengan deskriptif analitik. sikap Penggunaan APD. - Subyek peneliti. Dan ada hubungan antara - Variabel: pengetahuan K3 dan Kecelakaan kerja. sikap penggunaan APD - Tempat dan waktu secara simultan terhadap penelitian. kejadian Kecelakaan kerja sebesar 85,60%. Ristiawan, et al. 2013 Hubungan antara Lama Perawatan dan Penyakit yang menyertai dengan Terjadinya Infeksi Nosokomial di RSI Sultan Hadlirin Ada hubungan antara lama perawatan dengan kejadian infeksi nosokomial. - Metode penelitian deskriptif korelatif. - Analisis data: hanya sampai pada bivariat. Tempat dan waktu penelitian.