BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibudan Anak (KIA)merupakan masalah kesehatan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

suplemen Informasi Jampersal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa ditangani, maka si ibu bisa meninggal selama proses persalinan

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

POLICY PAPER Rencana Aksi Daerah Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu(RAD PPAKI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain dengan

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatan mutu kesehatan serta derajat kesehatan masyarakat melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan dimulai dari konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. (Prasetyawati, 2012). Kematian ibu merupakan masalah besar, khususnya di. negara berkembang yang mencapai % (Manuaba, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupannya. Angka statistik yang tinggi ini meminta perhatian untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai menunjukkan hasil nyata. Keberhasilan pembangunan kesehatan ini, salah satunya dapat dilihat dari periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Walau keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan, mengingat AKI di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, mengupayakan agar AKI dapat diturunkan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Selain itu, kesepakatan global Millennium Development Goals (MDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemkes, 2011). Menurut Diah Saminarsih (2011) sebagai Asisten Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk tujuan pembangunan Millennium Development Goals (MDGs), tingginya AKI dipengaruhi banyak faktor, diantaranya pembangunan yang belum merata sehingga infrastruktur maupun layanan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi lainnya berbeda. Terkadang, satu daerah hanya memiliki satu puskesmas dan jaraknya sangat jauh serta dengan kondisi jalan yang tidak baik. Selain itu, pengetahuan masyarakat agar bisa hidup sehat juga masih sangat kurang. Tersedianya tenaga kesehatan di daerah sangat sedikit terutama di daerah terpencil di Indonesia,

juga merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian ibu melahirkan. Kebanyakan dari masyarakat yang hidup di daerah terpencil masih percaya dukun beranak. Menurut Riskesdas 2010, sekitar 43,2 % persalinan masih dilakukan di rumah, dan itu pun hampir separuhnya masih dibantu oleh tenaga non kesehatan atau dukun bersalin (Kemkes, 2011). Dalam upaya menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan, maka pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan (Jampersal). Jampersal dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang di dalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian, kehadiran Jampersal diharapkan dapat mengurangi terjadinya hambatan dalam pertolongan persalinanan sehingga dapat mengakselerasi tujuan pencapaian MDGs, khususnya MDGs 4 dan 5 (Kemkes, 2011). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, mengeluarkan data hasil suvei terbaru tentang AKI. Menurut SDKI 2012, AKI tercatat 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007, yaitu 228 per 100.000. Dalam hal ini, harapan pencapaian penurunan AKI jauh dari harapan pemerintah, yang bertekad menurunkan AKI menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 (Sindonews, 2013). Menteri Kesehatan RI, dr.nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, mengatakan dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu, dibutuhkan upaya-upaya yang efektif

dan efisien serta konsisten dari seluruh pemangku kepentingan untuk ikut bersamasama berupaya dalam mempercepat penurunan AKI. Untuk itu, Kementerian Kesehatan RI menyusun Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PPAKI) tahun 2013-2015 (Depkes, 2013). Estimasi berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1990-2007 dengan perhitungan exponensial, AKI di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan baru mencapai 161 per 100.000 kelahiran hidup, sementara target MDGs yang harus dicapai adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk itu, Kemenkes RI menyusun RAN PP AKI 2013-2015 yang berfokus pada 3 strategi dan 7 program utama (Depkes, 2013). Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011, termasuk dalam 5 provinsi penyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) karena termasuk dalam provinsi dengan jumlah penduduk yang besar. Provinsi Sumatera Utara menduduki urutan ke empat setelah Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan pada urutan ke lima ada Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, selaku Direktur Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes dalam acara seminar Hospital Expo di JCC, Jakarta, Rabu (19/10/2011); penyebab kematian untuk ibu kebanyakan perdarahan dan eklampsia (keracunan saat kehamilan), sedangkan untuk bayi paling banyak masalah neonatal seperti asfiksia (sesak napas), berat badan lahir rendah dan juga prematur. Untuk menangani hal ini sudah dimulai dengan melakukan analisis agar diketahui apa penyebabnya, serta langsung terjun ke daerah-daerah dengan menempatkan tenaga

kesehatan di desa-desa, adanya Jampersal, BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) serta mengirim dokter spesialis untuk rujukan (Data dan Informasi Kesehatan, 2011). Di Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini tingginya AKI masih merupakan masalah prioritas di bidang kesehatan. AKI ini menggambarkan status kesehatan/gizi ibu selama hamil yang rendah, kondisi wanita pada umumnya, kondisi lingkungan dan masih belum memadainya tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan menyusui. Pada tahun 2007 misalnya, AKI yaitu 231 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2008, AKI ini meningkat menjadi 258 per 100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya di tahun 2009 AKI menjadi 260 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara di tahun 2010 per Agustus data tersebut adalah 249 per 100.000 kelahiran hidup (Nazhrah, 2012). Di Kabupaten Nias tahun 2008, AKI tercatat 286 per 100.000 kelahiran hidup. Data ini diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Nias, dari kejadian AKI yang dilaporkan di puskesmas. Hasil penelitian ini kemudian tidak dapat dijadikan patokan karena data yang diperoleh hanya dari puskesmas, dan tidak melibatkan pusat pelayanan kesehatan yang lain seperti dari klinik, balai pengobatan dan terutama dari RSUD Gunungsitoli sebagai rumah sakit rujukan dan merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah di pulau Nias (Dinkes Nias, 2008). Tingginya AKI disebabkan oleh berbagai faktor, seperti umur ibu, paritas, kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy), komplikasi kehamilan seperti perdarahan, infeksi masa nifas, pre-eklampsi, eklampsi, partus macet, ruptur uteri, komplikasi abortus provokatus. Faktor lain yang mempengaruhi tingginya AKI adalah kurangnya sarana kesehatan, penanganan medis yang tidak tepat, kurangnya

tenaga kesehatan yang terampil dan kompeten, serta kemiskinan. Tingginya AKI juga dipengaruhi oleh tiga terlambat yang kemudian dikembangkan menjadi empat terlambat, yaitu terlambat pengenalan dini adanya tanda bahaya atau masalah atau faktor resiko melalui skrining antenatal proaktif; terlambat mengambil keputusan oleh keluarga tentang persiapan dan perencanaan persalinan, tempat dan penolong yang sesuai dengan ibu hamil, didukung dengan kesiapan mental, biaya, transportasi dan kesiapan persalinan yang aman; terlambat pengiriman dan transportasi ke pusat rujukan, mencegah keterlambatan ini adalah bertujuan agar sampai di rumah sakit rujukan dengan keadaan ibu dan bayi masih baik; penanganan yang adekuat di rumah sakit rujukan, penanganan diberikan dengan segera, oleh tenaga professional secara efektif dan efesien, baik dilihat dari segi waktu dan biaya (Wahyuningsih, 2009). Meskipun penanggulangan biaya telah diupayakan melalui program Jamkesmas, namun ada faktor lain yang menghambat penurunan AKI terutama di daerah terpencil seperti di Pulau Nias. Seperti halnya faktor non medik terlambatnya rujukan masih sangat besar pengaruhnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh komplikasi persalinan yang tidak terduga, penolong pertama, jumlah penolong dan lama pertolongan di luar rumah sakit, pertolongan estafet atau berantai dan faktor geografis. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Gunungsitoli Kabupaten Nias, jumlah ibu bersalin yang dirujuk yaitu antara 40-70 orang disetiap bulannya pada Januari 2012 sampai dengan Oktober 2013. Pada tahun 2012, jumlah rujukan ibu bersalin yang masuk ke kamar bersalin mencapai 1210 orang dan pada tahun 2013 per Oktober sebanyak 898 orang. Ibu bersalin yang

dirujuk sebagian besar dirujuk oleh dokter bersalin dari tempat praktek dokter. Namun walau telah memeriksakan diri pada tenaga kesehatan, seringkali ibu bersalin tidak langsung datang untuk mendapat perawatan di rumah sakit. Beberapa diantaranya ada yang pulang ke kampung untuk mencari pengobatan tradisional atau malah pergi ke praktek bidan. Selain itu, masih ada juga yang dibantu oleh dukun bersalin dan kemudian dilarikan ke tempat praktek bidan dan akhirnya terlambat untuk dirujuk ke rumah sakit. Banyaknya tenaga kesehatan yang tidak kompeten pun mempengaruhi banyaknya masalah terlambat rujukan ibu bersalin. Meski mengetahui bahwa kondisi ibu bersalin harus dirawat di rumah sakit, namun tidak sedikit yang mencoba untuk menangani sendiri sehingga kondisi ibu sudah parah ketika akhirnya dibawa ke rumah sakit. Faktor lain yang turut menunjang terlambatnya rujukan, diantaranya karena yang mengambil keputusan adalah laki-laki atau suami dan keluarga. Sangat jarang untuk meminta atau mendengar pendapat ibu, memutuskan apa yang diinginkannya untuk persalinannya. Hal ini juga membuat terlambatnya ibu untuk datang dirujuk ke rumah sakit. Survei awal peneliti dilakukan dengan mewawancarai 2 orang ibu bersalin yang dirujuk dengan kondisi yang berbeda. Ibu Y, berumur 32 tahun, telah melahirkan 3 orang anak hidup, pendidikan terakhir kelas II SD, persalinan terakhir ditolong oleh dukun beranak dan karena mengeluarkan banyak darah setelah plasenta lahir ibu dibawa ke bidan dan dirujuk ke RSUD Gunungsitoli. Ibu mengatakan selama kehamilan dan proses persalinan, dia tidak pernah dilibatkan atau ditanyakan pendapatnya. Suami dan keluarga (mertua) yang mengambil keputusan tentang pengobatan dan penolong persalinannya. Keluarga ini bekerja sebagai petani, dengan

penghasilan kurang dari Rp. 500.000,- per bulan. Keluarga enggan membawa ke puskesmas karena merasa kurang diperhatikan dan pengobatannya juga biasa-biasa saja. Jarak RSUD Gunungsitoli dengan Desa Tetehosi, sekitar 35-37 km dan butuh biaya besar dan tidak selalu ada kendaraan angkutan yang membawa. Karena hal tersebut, keluarga memutuskan untuk memanggil dukun beranak yang sudah biasa menolong persalinan di desa tersebut. Ibu mengatakan telah merasakan perutnya mules sejak kemarin malam dan oleh dukun, ibu Y diurut dengan tujuan agar cepat melahirkan kemudian disuruh mengedan. Pagi hari ibu baru melahirkan dan merasakan kelelahan karena sepanjang malam disuruh mengedan. Setelah plasenta lahir ibu merasakan keluar darah dari jalan lahir terus menerus. Hingga siang hari, darahnya masih keluar. Karena melihat tidak ada perubahan pada kondisi ibu, akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa ibu ke tempat bidan. Setelah diperiksa oleh bidan, ibu Y dianjurkan untuk dirujuk ke RSUD. Sore hari, keluarga baru mendapatkan kendaraan untuk membawa ibu ke RS dan memerlukan waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam selama diperjalanan. Ibu X, berumur 35 tahun, memiliki 5 orang anak hidup dan 2 kali mengalami keguguran. Ibu X tidak pernah bersekolah, dan riwayat persalinan yang lalu hanya dilakukan dirumah dan ditolong oleh dukun beranak. Ibu mengatakan kalau sesekali memeriksakan diri ke bidan desa setempat. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang tidak direncanakan dan terjadi karena ibu lupa untuk menyuntikan dirinya ke tempat bidan. Ibu bekerja sebagai petani sama dengan anggota keluarga lainnya. Ibu tinggal di Kecamatan Gunungsitoli Selatan tepatnya kurang lebih 8 km dari pusat kota atau RSUD Gunungsitoli. Seminggu yang lalu ibu X sempat memeriksakan diri ke dokter

spesialis Obgin, oleh dokter ibu dirujuk ke RSUD atas indikasi plasenta previa totalis dan dianjurkan untuk opname. Namun mendengar hal tersebut, suami memutuskan untuk mengumpulkan semua keluarga untuk merembukannya dulu. Ibu baru dibawa ke rumah sakit karena rasa sakit yang menjalar dan darah yang banyak keluar dari jalan lahir, setelah sebelumnya ditolong oleh dukun beranak. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias. 1.2 Rumusan Masalah Banyaknya ibu bersalin yang terlambat dirujuk ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya hubungan antara keputusan keluarga dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias. 2. Diketahuinya hubungan antara faktor dana dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias. 3. Diketahuinya hubungan antara faktor geografis (jarak, waktu dan akses) dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias.

4. Diketahuinya hubungan antara penolong persalinan ibu bersalin dengan keterlambatan rujukan ibu bersalin ke RSUD Gunungsitoli, Kabupaten Nias. 1.4 Manfaat Peneliltian 1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan terlambatnya rujukan terhadap ibu bersalin. 2. Hasil penelitian untuk menambah wawasan dan pengetahuan kesehatan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu. 3. Hasil penelitian sebagai referensi kepada pemerintah dalam mengoptimalkan upaya penurunan AKI di pulau Nias dan Provinsi Sumatera Utara khususnya, dan Indonesia pada umumnya.