III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1 Perkembangan indeks harga konsumen (IHK) dan pengeluaran per kapita sebulan atas dasar harga berlaku dan konstan

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

TUGAS MATA KULIAH SURVEILANS GIZI. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi O L E H :

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

SKPG TAHUNAN. S i s t e m K e w a s p a d a a n P a n g a n d a n G i z i,

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

BUTIR KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG KERAWANAN PANGAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo terletak antara 07 O LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Dalam kerangka pikir ini digambarkan secara sistematis pola pikir dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karaketeristik Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul berdasarkan Aspekaspek

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

Lampiran 3. PERATURAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN Nomor : 43/Permentan/OT.140/7/2010 Tanggal : 27 Juli 2010 PEDOMAN

TINGKAT KERAWANAN PANGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN PENDAHULUAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. tahun 1970an bersamaan dengan adanya krisis pangan dan kelaparan dunia

Pengolahan dan Analisis Data

4.3 Pengaruh Ketimpangan Wilayah Terhadap Kondisi Hunian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...

Lampiran 2. PERATURAN MENTERI PERTANIAN/KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN Nomor : 43/Permentan/OT.140/7/2010 Tanggal : 27 Juli 2010 PEDOMAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ketahanan Pangan Masyarakat

KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN BERDASARKAN INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT

SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN. Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May :37 - Last Updated Wednesday, 20 May :59

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

Determinan Ketahanan Dan Kerentanan Pangan Pada Wilayah Lahan Sub Optimal Di Provinsi Sumatera Selatan

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

FOOD SECURITY : ANALISIS AKSES DAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RHEMO ADIGUNO AGRIBISNIS

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

PENDAHULUAN. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

1.1 LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

1 Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Pangan dan Gizi. Kewaspadaan. Pedoman.

PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

KAJIAN KETAHANAN PANGAN DAN KERAWANAN PANGAN DI PROVINSI BENGKULU. Assessment of Food Security and Food Insecurity in Bengkulu Province

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijamin dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk pemenuhan aspirasi

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang dimulai sejak janin berada di kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

KEARIFAN LOKAL DALAM METODE PENGUKURAN KETAHANAN PANGAN (LOCAL WISDOM OF MEASUREMENT FOOD SECURITY METHOD)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 34 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 859 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

ANALISIS KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN JEMBER TAHUN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi.

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Guna menunjang ketiga aspek tersebut juga diperlukan adanya pembangunan

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

(Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) of Gorontalo Province in 2015)

KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU

Lampiran 1. PERATURAN MENTERI PERTANIAN/KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN Nomor : 43/Permentan/OT.140/7/2010 Tanggal : 27 Juli 2010 PEDOMAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data cross section yaitu data yang terdiri dari satu objek namun memerlukan sub-objek lainnya yang berkaitan dengan objek induk dalam suatu waktu. Dalam penelitian ini, data cross section digunakan untuk mengetahui situasi pangan dan gizi Masyarakat Desa Pagerharjo sebelum dan sesudah mendapatkan gelar sebagai Desa Mandiri Pangan melalui Analisis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Data yang terkumpul akan ditabulasi dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari : buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu, data yang berasal dari instansi terkait seperti : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo, Puskesmas Samigaluh II, Bappeda Kabupaten Kulon Progo, Pemerintah Desa Pagerharjo, dan arsip yang dipublikasikan. Pengambilan data yang berasal dari instansi terkait dilakukan dengan teknik data record (pencatatan data). Dalam analisis SKPG tahunan, data yang dikumpulkan berdasarkan tiga aspek ketahanan pangan, yaitu : ketersediaan pangan, akses terhadap pangan, dan pemanfaatan pangan. Masing-masing data yang dikumpulkan adalah data pada tahun 18

19 2011-2015. Adapun kelompok dan sumber data yang dikumpulkan akan dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2. Data dan Sumber Data yang Dikumpulkan Kelompok Data Sumber Data 1. Produksi padi, jagung, dan BPS Kulon Progo A. Ketersediaan umbi-umbian (Ubi kayu Pangan dan ubi jalar) * 2. Jumlah penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo B. Akses terhadap Pangan C. Pemanfaatan Pangan 1. Jumlah penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo 2. Jumlah penduduk miskin Bappeda Kabupaten Kulon Progo 1. Jumlah balita ditimbang Puskesmas Samigaluh II 2. Jumlah balita gizi buruk Puskesmas Samigaluh II 3. Jumlah balita gizi kurang Puskesmas Samigaluh II Keterangan : (*) Seharusnya data yang digunakan adalah data produksi bersih. Namun, dikarenakan ada beberapa data pendukung untuk menghitung produksi bersih tidak tersedia sehingga penelitian ini menggunakan data produksi kotor. C. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini merupakan penjelasan dari segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, yaitu : 1. Desa Pagerharjo, merupakan salah satu desa yang telah berhasil menjalankan Program Desa Mandiri Pangan yang dimulai pada tahun 2012 dan desa yang memperoleh juara pertama pada perlombaan Desa Mandiri Pangan se-diy pada tahun 2016. 2. Desa Rawan Pangan, adalah kondisi suatu daerah yang tingkat ketersediaan, akses, dan atau keamanan pangan sebagian masyarakat dan rumah tangga

20 keluarga Desa Pagerharjo tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan atau Desa Pagerharjo sebelum menjadi Desa Mandiri Pangan dengan jumlah kepala keluarga miskin > 30%. 3. Analisis SKPG, adalah sebuah kegiatan analisa guna mengetahui situasi pangan dan gizi masyarakat Desa Pagerharjo. 4. Ketersediaan Pangan, adalah kondisi tersedianya pangan di Desa Pagerharjo dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. 5. Akses Pangan, adalah kemudahan rumah tangga Desa Pagerharjo untuk memperoleh pangan dengan harga terjangkau. 6. Pemanfaatan Bahan Pangan, adalah bagaimana Masyarakat Desa Pagerharjo menggunakan bahan pangan setelah didapatkan. 7. Program Desa Mandiri Pangan, adalah suatu program untuk membantu Masyarakat Desa Pagerharjo yang tergolong rawan pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, distribusi (akses terhadap pangan), dan konsumsi pangan (pemanfaatan bahan pangan) dengan memanfaatan sumber daya setempat secara berkelanjutan. 8. Desa Mandiri Pangan, adalah ketika Masyarakat Desa Pagerharjo mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, distribusi (akses terhadap pangan), dan konsumsi pangan (pemanfaatan bahan pangan) dengan memanfaatan sumber daya setempat secara berkelanjutan.

21 D. Teknik analisis data a. Analisis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Tahunan Terdapat tiga aspek yang akan diteliti dalam SKPG tahunan, yaitu : 1. Aspek Ketersediaan, menghitung rasio ketersediaan yang diperoleh dari perhitungan data produksi dengan populasi masyarakat. Ketersediaan pangan serealia (F) dihitung dengan rumus : Keterangan : F = Ketersediaan pangan serealia (gr per kapita per hari) ΣPS = Jumlah produksi ΣP = Jumlah populasi ΣHST = Jumlah hari dalam setahun (365 hari) Selanjutnya untuk rasio konsumsi normatif terhadap ketersediaan pangan serealia merupakan petunjuk kecukupan pangan pada suatu wilayah. Konsumsi normatif (Cnorm) didefinisikan sebagai jumlah bahan pangan dari golongan serealia yang harus dikonsumsi oleh seseorang per harinya untuk memperoleh energi. Pola konsumsi pangan di Indonesia menunjukkan bahwa 50% kebutuhan kalori masyarakatnya berasal dari bahan pangan golongan serealia.standar konsumsi serealia per hari kurang lebih adalah 300 gr per kapita per hari. Oleh sebab itu, dalam analisis ini menggunakan 300 gr sebagai nilai konsumsi normatif. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ketersediaan, yaitu :

22 Keterangan : r F = Rasio ketersediaan pangan = Ketersediaan pangan serealia Cnorm = Konsumsi normatif (300 gr) Nilai dari hasil perhitungan rasio ketersediaan akan akan dibagi menjadi tiga skor, yaitu satu, dua, dan tiga. Berikut penentuan skor ketersediaan menurut nilai rasio ketersediaan pangan : Tabel 3. Nilai Rasio Ketersediaan Tahunan Indikator Nilai (r) Skor Kategori r > 1,14 1 Aman Rasio antara ketersediaan dibandingkan 0,90 < r 1,14 2 Waspada dengan konsumsi normatif r < 0,90 3 Rawan Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. 2015. Tabel 3. menjelaskan bahwa, apabila nilai r lebih dari 1,14 maka Desa Pagerharjo dapat dikatakan surplus pangan golongan serealia (aman). Apabila nilai r lebih besar dari 0,90 atau kurang dari sama dengan 1,14 maka ketersediaan serealia pada Desa Pagerharjo tercukupi (waspada) dan apabila nilai r kurang dari 0,90 maka Desa Pagerharjo tergolong defisit serealia (rawan). 2. Aspek Akses Pangan, menghitung persentase kemiskinan yang dinilai dengan pendekatan persentase penduduk miskin berdasarkan data tahun 2011-2015. Data yang dibutuhkan untuk menilai akses pangan adalah mencari persentase penduduk miskin di Desa Pagerharjo. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase penduduk miskin di Desa Pagerharjo, yaitu :

23 Keterangan : r PM = Persentase penduduk miskin di Desa Pagerharjo = Jumlah penduduk miskin di Desa Pagerharjo Pend = Jumlah penduduk Desa Pegerharjo Nilai dari hasil perhitungan persentase penduduk miskin di Desa Pagerharjo akan akan dibagi menjadi tiga skor, yaitu : satu, dua, dan tiga. Berikut penentuan skor menurut persentase penduduk miskin di Desa Pagerharjo : Tabel 4. Nilai Persentase Penduduk Miskin Indikator Persentase (r dalam %) Bobot Kategori r < 10 1 Aman % Penduduk Miskin 10 r 30 2 Waspada r > 30 3 Rawan Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. 2015. Tabel 4. menjelaskan bahwa, apabila nilai r kurang dari 10 maka Desa Pagerharjo dapat dikatakan aman pangan. Apabila nilai r lebih besar dari sama dengan 10 atau kurang dari sama dengan 30 maka Desa Pagerhatjo tergolong waspada dan apabila nilai r lebih besar dari 30 maka Desa Pagerharjo tergolong dalam daerah rawan pangan. 3. Aspek Pemanfaatan Bahan Pangan, menghitung persentase kurang energi protein (KEP) yang diperoleh dari pengolahan data jumlah balita di desa dan balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang. Data yang dibutuhkan untuk menilai pemanfaatan bahan pangan adalah mencari persentase balita yang mengalami KEP di Desa Pagerharjo. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase balita yang mengalami KEP di Desa Pagerharjo, yaitu :

24 Keterangan : r = Persentase balita KEP di Desa Pagerharjo BKEP = Jumlah balita kurang energi protein di Desa Pagerharjo BD = Jumlah balita ditimbang di Desa Pegerharjo Nilai dari hasil perhitungan persentase balita yang mengalami KEP di Desa Pagerharjo akan akan dibagi menjadi tiga skor, yaitu : satu, dua, dan tiga. Berikut penentuan skor menurut persentase balita yang mengalami KEP di Desa Pagerharjo : Tabel 5. Nilai Persentase Gizi Kurang dan Kurang Gizi Balita Indikator Persentase (r dalam %) Bobot Kategori Gizi Kurang dan r < 15 1 Aman Kurang Gizi pada Balita 15 r 20 2 Waspada > 20 3 Rawan Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. 2015. Tabel 5. menjelaskan bahwa, apabila nilai r kurang dari 15 maka pemanfaatan pangan di Desa Pagerharjo dikatakan tinggi. Apabila nilai r lebih besar dari sama dengan 15 atau kurang dari sama dengan 20 maka pemanfaatan pangan di Desa Pagerharjo tergolong sedang dan apabila nilai r lebih besar dari 20 maka pemanfaatan pangan di Desa Pagerharjo tergolong rendah. 4. Indeks Komposit, merupakan penilaian dari gabungan skor dari aspek ketersediaan, akses pangan, dan pemanfaatan bahan pangan. Berikut penentuan skor menurut perhitungan gabungan ketiga aspek ketahanan pangan :

25 Tabel 6. Penilaian Indeks Komposit Skor Kategori Keterangan 3 4 Aman Hanya terdiri dari skor 1 dan atau 2 5 6 Waspada Tidak terdapat skor 3 dari penilaian masing-masing aspek 5 9 Rawan Terdapat skor 3 dari penilaian masing-masing aspek Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. 2015. Tabel 6. menjelaskan bahwa Desa Pagerharjo akan tergolong dalam daerah yang aman pangan apabila skor komposit dari ketiga aspek adalah 3 4 yang berarti skor masing-masing aspek sebesar 1 dan atau terdapat skor 2 pada salah satu aspeknya. Desa Pagerharjo akan tergolong dalam daerah yang waspada pangan apabila skor komposit dari ketiga aspek adalah 5 6 yang berarti skor masing-masing aspek sebesar 2 dan atau terdapat skor 1 pada aspeknya (dengan catatan tidak terdapat skor 3 dari tiap aspek). Desa Pagerharjo akan tergolong dalam daerah yang rawan pangan apabila skor komposit dari ketiga aspek adalah 5 9 yang berarti skor masing-masing aspek sebesar 3 dan atau terdapat skor 1 juga 2 pada aspeknya. b. Deskriptif Teknik analisis data secara deskriptif merupakan teknik analisis yang dipakai untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang telah dikumpulkan. Yang termasuk dalam teknik analisis data deskriptif, diantaranya seperti : penyajian data kedalam bentuk grafik, tabel, presentase, frekuensi, diagram, grafik, dan lainlain.