I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

I. PENDAHULUAN. Kemandirian dan tanggung jawab merupakan pilar penting bagi terwujudnya

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PMR

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I P E N D A H U L U A N. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. lain atau disebut manusia sebagai makhuk sosial. Semua itu didapatkan melalui

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang Pendidikan wajib. DIKTI/ Kep/ 2000 : Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,

BAB I PENDAHULUAN. itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian di teruskan dalam

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM BIMBINGAN BELAJAR DAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. Karim

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB VI PENUTUP. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang bertujuan untuk

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

ANGKET UNTUK WAKIL KEPALA SEKOLAH KURIKULUM

V1. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Presiden No. 246 Tahun 1963 menjadikan PMI sebagai satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap manusia akan memiliki aktivitas dan kegiatan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR BAGAN... xiii. DAFTAR LAMPIRAN...

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini harus dikembangkan di setiap satuan pendidikan. Nilai moral dan karakter anak bangsa memang harus menjadi perhatian utama baik dalam pembangunan bangsa maupun dunia pendidikan di tengah maraknya isu degradasi moral bangsa saat ini. Permasalahan tersebut kemudian menjadi pertimbangan tersendiri untuk menciptakan suatu perubahan dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter pun mulai banyak digagas sebagai salah satu langkah preventif guna mencegah degradasi moral yang semakin merosot. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, diharapkan siswa dapat memiliki nilai karakter tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah memiliki dimensi sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing. Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 dalam Standar Isi diatur mengenai struktur kurikulum, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdiri atas beberapa komponen, diantaranya adalah pengembangan diri. Berdasarkan Panduan Pengembangan KTSP yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional (BSNP), antara lain dinyatakan

2 bahwa Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah, yang dapat menunjang terhadap tujuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi wahana dalam perkembangan bakat atau potensi yang dimiliki oleh siswa, dan dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan bakat atau potensi yang dimilikinya, serta memberikan nilai plus pada siswa. Nilai plus tersebut tidak hanya angka nilai mata pelajaran tertentu saja yang ada korelasinya dengan ekstrakurikuler tersebut, tetapi lebih jauh bermanfaat dari sekedar angka nilai dalam buku laporan pendidikan yaitu dapat membiasakan siswa terampil berorganisasi, menambah wawasan, memecahkan masalah, juga yang tidak kalah penting dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler yaitu dapat membentuk nilai karakter setiap siswa sesuai dalam ekstrakurikuler yang mereka tekuni. Secara umum, kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan oleh sekolah setidak-tidaknya mencakup kegiatan-kegiatan untuk memfasilitasi siswa mencapai butir-butir Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Adapun

3 tujuan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2008, yaitu: a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kretivitas. b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan. c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat. Salah satu ekstrakurikuler yang menekankan nilai karakter pada siswa, yaitu kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja yang berkaitan dengan dimensi sosial, merupakan salah satu kegiatan yang bergerak dalam bidang kemanusiaan. Kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja atau di singkat PMR merupakan salah satu kegitan yang berperan penting di sekolah. PMR bertujuan menciptakan siswa untuk dapat memiliki rasa tanggung jawab baik di sekolah maupun di masyarakat. Misalnya saja ketika terdapat seorang guru ataupun siswa yang jatuh sakit atau pingsan di saat kegitan belajar mengajar, maka disitulah peran seorang anggota PMR untuk melaksanakan pertolongan pertama terhadap guru atau siswa tersebut. Seperti ektrakurikuler PMR yang terdapat di SMA Negeri 1 Kotaagung, dengan anggota kurang lebih 35 orang ektrakurikuler PMR berjalan cukup aktif dalam setiap kegiatanya baik di dalam maupun di luar sekolah. Bentuk kegitan meliputi pelatihan kepalang merahan, orientasi pembinaan PMR, pelatihan gabungan PMR, Jumbara PMR serta keikutsertaan dalam ajang perlombaan kepalangmerahan.

4 Berdasarkan hasil wawancara dengan Zami Hidayat siswa SMA Negeri 1 Kotaagung yang sekarang duduk di kelas XI IPA 2 diperoleh informasi bahwa siswa merasa senang mengikuti kegiatan PMR karena selain dapat menambah teman, dalam kegiatan tersebut siswa juga dapat sekaligus mengasah bakat yang dimilikinya. Selain menciptakan rasa tanggung jawab, PMR di SMA Negeri 1 Kotaagung juga bertujuan menumbuhkan sikap sosial antar sesama siswa dan masyarakat. Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan masyarakat. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial dan dinyatakan berulang-ulang. Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah subjek, orangorang dalam kelompok dan objek, objeknya kelompok serta objeknya sosial. Menanamkan sikap sosial dalam diri siswa memang tidaklah mudah, orang tua juga mengalami kesulitan dalam menanamkan sikap sosial dalam diri siswa. Contohnya adalah, di rumah siswa selalu diajarkan dan dibiasakan bersikap yang baik seperti saling menghargai, tolong-menolong dan lain sebagainya tetapi jika siswa sudah berada di luar rumah sulit bagi orang tua untuk mengontrolnya. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor pengaruh dalam penanaman sikap sosial. Masing-masing orang tua siswa menilai sikap sosial siswa sekarang ini bisa dikatakan cukup baik, seperti saat berada di rumah, siswa menunjukkan sikap suka menolong anggota keluarga di rumah, menghargai, menghormati, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sebagai pelajar yaitu belajar. Orang tua merasa bahwa

5 saat di rumah siswa mampu membagi waktunya antara belajar dan bermain. Tetapi di sisi lain orang tua juga tidak sadar bahwa pergaulan di lingkungan masyarakat yang di alami oleh siswa juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa. Oleh karena itu kegiatan ekstrakurikuler sangat berperan penting, karena selain dapat membantu mengontrol siswa agar tidak cenderung menyimpang dalam pergaulan juga mampu menumbuhkan nilainilai karakter siswa khususnya karakter sosial. Penanaman sikap sosial melalui kegiatan ekstrakurikuler PMR, diharapkan mampu menjadikan siswa mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan nilainilai dan norma yang ada di sekolah maupun di masyarakat. Serta beradaptasi dan membiasakan bersikap saling tolong menolong dan peduli terhadap sesama. Anggota PMR harus ringan tangan dalam melaksanakan setiap tugasnya, artinya dalam menjalakan setiap tugas dan kewajibannya tidak pernah memandang perbedaan antara golongan yang satu dengan yang lain. Manusia selain sebagai makhluk individu juga berperan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa peran serta sesama. Begitu juga kegiatankegiatan kemanusiaan yang terdapat ekstrakurikuler PMR, tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang memiliki bakat sosial, namun berlaku bagi semuanya. Harapan secara global yaitu mampu menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap sesama tanpa memandang latar belakang suku, ras atau agama. Demi terwujudnya tatanan masyarakat yang saling tolong menolong serta menjunjung tinggi solidaritas.

6 Kenyataan yang terjadi di SMA Negeri 1 Kotaagung adalah pendidikan karakter masih belum berjalan maksimal mengingat jam belajar siswa di sekolah yang terbatas. Sehingga pendidikan karakter yang diterapkan di saat bersamaan dengan jam belajar masih kurang efektif dalam segi implementasinya. Bila ditinjau dari sudut pandang sosial masih banyaknya siswa yang belum memiliki karakter sikap sosial, terlihat dari pengamatan yang dilakukan. Ternyata masih banyaknya siswa yang merokok di saat jam istirahat sekolah, serta siswa yang bertindak masa bodoh terhadap sesama temanya ketika temannya mengalami masalah, baik masalah di sekolah maupun masalah di dalam keluarganya. Tidak jarang juga masalah siswa yang sulit bersosialisasi antar sesama sehingga di jauhi oleh siswa-siswa lain. Hasil wawancara dengan Ibu Sumiarsih selaku guru Bimbingan Konseling (BK) SMA Negeri 1 Kotaagung diperoleh informasi bahwa memang masih banyak siswa yang kurang menerapkan sikap kepedulian sosial serta memiliki rasa bertanggung jawab. Seperti dalam hal kebersihan dan juga kedisiplinan, contohnya dengan membuang sampah sembarangan itu sudah sering terjadi, juga urusan piket kelas terkadang siswa yang sudah dijadwalkan untuk piket tidak melaksanakan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya, tetapi justru dibebankan pada temannya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut terlihat bahwa penanaman nilai karakter pada siswa masih sangat kurang. Penanaman nilai karakter siswa sebenarnya tidak hanya dapat diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar saja. Pendidikan berkarakter juga dapat diterapkan melalui ekstrakurikuler.

7 Tujuan diadakanya penelitian ini yaitu menjelaskan seberapa besar pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung. Mengacu dari hasil uraian di atas serta dari hasil observasi dan wawancara beberapa siswa dan guru SMA Negeri 1 Kotaagung, penulis memandang penting untuk melakukan penelitian dengan memfokuskan pada: Pengaruh Intensitas Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Terhadap Perubahan Sikap Sosial Siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian masalah di atas maka masalah yang timbul dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Sikap kepedulian siswa dan rasa tanggung jawab sebagai pelajar. 2. Kegiatan penunjang dalam rangka pegembangan pendidikan karakter di sekolah. 3. Ekstrakurilkuler Palang Merah Remaja sebagai wadah untuk menumbuhkan sikap peduli sosial siswa. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi permasalahan pada pengaruh intensitas kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) terhadap perubahan sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.

8 D. Rumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah adakah Pengaruh Intensitas Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Terhadap Perubahan Sikap Sosial Siswa? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yaitu Menjelaskan Pengaruh Intensitas Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Terhadap Perubahan Sikap Sosial Siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus. F. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis Secara teoritis kegunaan penelitian yaitu menerapkan, konsep, teori, prinsip dan prosedur, dan pendidikan pada khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada kajian nilai dan moral Pancasila karena berkaitan dengan budipekerti yang luhur, adat, budaya, dan nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. 2. Secara praktis a. Guru Dalam rangka mengoptimalkan tugas guru sebagai pendidik dalam mencetak siswa-siswa yang berkarakter, bermoral, dan berjiwa sosial. b. Siswa Untuk lebih memahami dan meningkatkan kedisiplinan siswa, percaya diri, saling menolong, bertanggung jawab dan berjiwa sosial khususnya tindakan sikap saling menolong antar sasama manusia.

9 c. Sekolah Memberikan dukungan dan fasilitas terhadap proses berjalanya kegiatan ekstrakurikuler sekolah khususnya Palang Merah Remaja (PMR). G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu Dalam penelitian ini adalah pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegraan dalam kajian nilai dan moral Pancasila. 2. Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Objek Objek dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus. 4. Tempat Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus. 5. Waktu Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sesuai dengan surat izin penelitian oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.