TUGAS AKHIR RP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIP JEMBER Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976 Tanggal 19 April 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIP JEMBER

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

ABSTRAK. Kata Kunci : Kabupaten Tabanan, Peran serta masyarakat, pengelolaan sampah, TPS 3R

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

III. METODOLOGI PENELITIAN

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengolahan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya YOANITA PUSPITA RATIH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB III METODE PERENCANAAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

POTENSI PEMANFAATAN SAMPAH PASAR DAN SENTRA MAKANAN DI KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN BUBUTAN SURABAYA

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

KUESIONER PENELITIAN

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PERENCANAAN PENEMPATAN TOKO MODERN DI KOTA JEMBER DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BUPATI SEMARANG TANGGAL 21 PEBRUARI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Potensi Gas Rumah Kaca Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

Transkripsi:

TUGAS AKHIR RP09 1333 KONSEP PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PELIBATAN MASYARAKAT DI PERKOTAAN KABUPATEN JEMBER Moh Rizal Rizki (3610100043) Dosen Pembimbing : Rully Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc Dosen Penguji : Karina Pradidnie, ST., M.Eng Welly Herumurti, ST., M.Sc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PENDAHULUAN

Peta Grafik Jumlah Kepadatan Volume Penduduk Sampah Penduduk Kabupaten di Kabupaten Perkotaan Jember Kabupaten Jember Tahun 2008-2012 Tahun Jember 2012 dari tahun 1992-2012 (Dalam (yang Jiwa) masuk ke TPA Pakusari) 3.000.000 250.000,00 2.500.000 200.000,00 2.000.000 150.000,00 1.500.000 100.000,00 1.000.000 50.000,00 2.168.732 2.179.829 Volume Sampah (m3) 2.332.726 2.345.851 2.800.000 Jumlah Penduduk 500.000 0,00 0 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : Profil TPA Pakusari 2013 Sumber : Kabupaten Jember dalm Angka Tahun 2012 Sumber : Diolah dari Kabupaten Jember dalm Angka Tahun 2012

Keterlibatan masyarakat di perkotaan Kabupaten Jember dalam menangani sampah sejak dari sumbernya masih sangat rendah. (Masterplan Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kabupaten Jember Tahun 2013) AKIBATNYA Sumber : Survei Primer (2014)

RUMUSAN MASALAH Perkotaan Kabupaten Jember mengalami peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang diikuti oleh peningkatan jumlah volume sampah yang dihasilkan. Namun, keterlibatan masyarakat dalam penanganan sampah rumah tangga sejak dari sumbernya masih sangat rendah. Bagaimana kondisi eksisting penanganan sampah rumah tangga dan Bagaimana preferensi masyarakat terhadap penanganan sampah rumah tangga di perkotaan Kabupaten Jember?

TUJUAN DAN SASARAN TUJUAN Menentukan konsep penanganan sampah rumah tangga dengan pelibatan masyarakat di perkotaan Kabupaten Jember SASARAN Mengidentifikasi tipologi wilayah berdasarkan karakteristik timbulan sampah di perkotaan Kabupaten Jember Mengidentifikasi kondisi eksisting penanganan sampah rumah tangga pada masing-masing tipologi wilayah Menganalisis preferensi masyarakat terhadap penanganan sampah rumah tangga pada masingmasing tipologi wilayah Merumuskan konsep penanganan sampah rumah tangga dengan pelibatan masyarakat di perkotaan Kabupaten Jember

RUANG LINGKUP WILAYAH

TINJAUAN PUSTAKA

Sintesa Teori Sintesa Aspek-Aspek Teori Sintesa Karakteristik Penanganan Pustaka Timbulan Sampah Sampah Rumah Tangga Sintesa Teori No Teori Indikator Teori Indikator Indikator Variabel Sub-Variabel Sub-Variabel Sumber Sampah 1 Sumber Definisi Penggunaan Sampah Penanganan Lahan Penggunaan Luas Keterlibatan Penggunaan Luas Lahan Pemilahan Luas Permukiman Mewah Lahan Penggunaan Permukiman Sampah Permukiman Permukiman masyarakat Sampah Luas Permukiman Sedang Permukiman Lahan Mewah Luas Permukiman Rendah dalam Faktor-faktor yang Kependudukan per Jumlah Permukiman penduduk per Luas operasional mempengaruhi timbulan 2 Peran kelurahan Serta Masyarakat kelurahan Permukiman penanganan Pengumpulan sampah Menengah dalam Pengelolaan Sampah Kepadatan penduduk sampah rumah Sampah per kelurahan Luas Kondisi ekonomi per Rata-rata tangga pendapatan Permukiman Pengangkutan kelurahan penduduk per kelurahan Sederhana Sampah Jenis Sampah 2 Faktor-faktor Jenis sampah yang rumah Kependudukan tangga Jumlah Jumlah Sampah Organik 3 mempengaruhi Pengelolaan Sampah per dengan kelurahan penduduk per Pengolahan timbulan sampah kelurahan Pelibatan Masyarakat Jumlah Sampah Sampah Anorganik Kepadatan Aspek-Aspek Penanganan Keterlibatan masyarakat Pemilahan penduduk Sampah per Pemrosesan kelurahan Sampah Rumah Tangga dalam operasional Pengumpulan Sampah Akhir Sampah penanganan sampah Kondisi rumah Pengangkutan Rata-rata Sampah tangga ekonomi per Pengolahan pendapatan Sampah kelurahan Pemrosesan penduduk Akhir per Sumber : Hasil Kajian Teori, 2014 Sampah kelurahan 3 Jenis Sampah Jenis sampah rumah tangga Jumlah Sampah Organik Sumber : Hasil Kajian Teori, 2014 Jumlah Sampah Anorganik Sumber : Hasil Kajian Teori, 2014

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian Rasionalistik Jenis Penelitian Perumusan Deskriptif

METODE PENGUMPULAN DATA Primer - Observasi - Kuesioner - Wawancara Sekunder - Survei Instansi - Survei Literatur

POPULASI & SAMPEL Populasi n = : Masyarakat = perkotaan 100 responden 1 + 332.611(0.1) 2 Kabupaten Jember di 22 Kelurahan Sampel : n = Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi 332.611 N 1+Ne 2 ni = Ni N. n e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir/diinginkan Keterangan : ni = ukuran sampel -i Ni = ukuran populasi i N = ukuran populasi n = ukuran sampel

TEKNIK ANALISIS Identifikasi Tipologi Wilayah Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Analisis Cluster Identifikasi kondisi eksisting penanganan sampah rumah tangga pada masing-masing tipologi wilayah Analisis preferensi masyarakat terhadap penanganan sampah rumah tangga pada masing-masing tipologi wilayah Merumuskan konsep penanganan sampah rumah tangga dengan pelibatan masyarakat di perkotaan Kabupaten Jember Analisis Statistik Deskriptif Analisis Statistik Deskriptif Analisis Deskriptif Kualitatif dengan validasi Triangulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi Tipologi Wilayah berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Variabel yang Hasil digunakan Analisis Cluster dalam SPSS Analisis Cluster No Kelurahan Luas Permukiman Mewah (Km 2 ) Luas Permukiman Sedang (Km 2 ) Luas Permukiman Sederhana (Km 2 ) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) Pendapatan Penduduk (Rp) Jumlah Sampah Organik (m 3 ) Jumlah Sampah Anorganik (m 3 ) 1 Kebonagung 0,00 0,17 0,30 6.853 1.925 2.500.000,00 29,97 0,19 2 Jember Kidul 0,31 1,29 0,01 23.355 12.016,50 3.500.000,00 14,65 64,29 3 Kepatihan 0,00 1,08 0,02 21.286 17.629,69 3.600.000,00 18,93 53,02 4 Kaliwates 0,31 1,81 0,07 14.962 7.810,93 3.200.000,00 10,15 55,57 5 Mangli 0,02 0,44 0,17 10.899 3.159,13 3.500.000,00 43,17 0,67 6 Sempusari 0,29 0,21 0,29 9.919 6.230,94 2.500.000,00 20,64 17,89 7 Tegalbesar 0,20 0,91 0,64 15.739 5.038,73 2.200.000,00 23,57 34,63 8 Antirogo 0,00 0,28 0,84 11.339 1.794,14 1.500.000,00 44,39 0,94 9 Tegalgede 0,00 0,29 0,62 10.263 3.613,73 2.000.000,00 41,41 0,28 10 Sumbersari 0,31 2,92 0,11 37.225 8.836,84 3.700.000,00 13,05 112,77 11 Karangrejo 0,00 1,69 0,37 17.279 5.800,49 2.800.000,00 37,83 25,57 12 Wirolegi 0,00 0,71 1,21 13.364 1.936,81 2.500.000,00 51,99 0,18 13 Kebonsari 0,42 1,75 0,24 29.445 8.454,43 3.800.000,00 11,51 88,01 14 Kranjingan 0,00 0,14 0,87 15.121 2.662,15 1.500.000,00 57,86 0,25 15 Bintoro 0,00 0,00 0,86 10.253 880,08 900.000,00 41,39 0,27 16 Baratan 0,00 0,00 2,14 9.154 2.260,24 950.000,00 37,34 0,60 17 Jumerto 0,00 0,00 0,23 3.584 1.041,86 1.000.000,00 18,92 0,19 18 Slawu 0,00 0,02 0,32 6.295 2.091,36 900.000,00 27,43 0,85 19 Patrang 0,00 1,37 0,21 16.035 6.627,83 3.200.000,00 24,39 34,81 20 Banjarsengon 0,00 0,00 0,39 4.655 1.116,31 1.100.000,00 21,88 0,85 21 Gebang 0,00 1,10 0,20 23.339 9.342,12 2.500.000,00 20,61 59,28 22 Jember Lor 0,00 1,84 0,03 22.247 9.214,24 2.800.000,00 41,58 38,61 Keterangan : INPUT SPSS (Lampiran A1) = Cluster 1/ Kawasan tipe 1 = Cluster 2 /Kawasan tipe 2 = Cluster 3 / Kawasan tipe 3

Interpretasi Hasil Cluster No Kelurahan Luas Luas Luas Kawasan Jumlah Tipe 1 Kepadatan Pendapatan Jumlah Jumlah No Kelurahan Permukiman Luas Permukiman Luas Permukiman Luas Penduduk Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Pendapatan Sampah Jumlah Jumlah Sampah Mewah Permukiman Sedang Permukiman Sederhana Permukiman (Jiwa) Penduduk (Jiwa/Km Penduduk ) Penduduk (Rp) Sampah Organik Sampah Anorganik Mewah Sedang Sederhana (Jiwa) (Jiwa/Km 2 ) (Rp) Organik Anorga (Km 2 ) (Km (Km 2 ) ) (Km (Km 2 ) ) (m (Km 2 ) (m 3 ) ) (m nik (m 3 ) ) 1 Kawasan 1 Kebonagung 0,00 0,17 1,30 6.853 1.925 2.500.000,00 29,97 0,19 Tipe 2 1 Mangli 0,01 0,02 0,19 1,72 0,44 1,17 9.252,73 10.899 2.043,71 3.159,13 1.668.181,81 37,80 0,47 3.500.000,00 43,17 0,67 2 Kawasan 3 Antirogo 0,00 0,28 1,84 11.339 1.794,14 1.500.000,00 44,39 0,94 Tipe 4 2 Tegalgede 0,26 0,00 1,76 0,29 0,091,62 27.827,8 10.263 11.734,4 3.613,73 3.650.000,00 2.000.000,00 41,41 14,35 0,28 84,60 3 Kawasan 5 Wirolegi 0,00 0,71 2,21 13.364 1.936,81 2.500.000,00 51,99 0,18 Tipe 6 3 Kranjingan 0,12 0,00 1,27 0,14 0,261,87 17.074,3 15.121 7.152,18 2.662,15 2.742.857,14 1.500.000,00 57,86 25,54 0,25 38,05 7 Bintoro 0,00 0,00 1,86 10.253 880,08 900.000,00 41,39 0,27 8 Baratan 0,00 0,00 3,14 9.154 2.260,24 950.000,00 37,34 0,6 9 Jumerto 0,00 0,00 1,20 3.584 1.041,86 1.000.000,00 18,92 0,19 10 Slawu 0,00 0,02 1,32 6.295 2.091,36 900.000,00 27,43 0,85 11 Luas Banjarsengon Luas 0,00 Luas 0,00 Jumlah 1,39 4.655 Kepadatan 1.116,31 Pendapatan 1.100.000,00 Jumlah 21,88 0,85 Jumlah Sampah Permukiman Mean Permukiman 0,01 Permukiman 0,19 Penduduk 1,72 9.252,73 Penduduk 2.043,71 Penduduk 1.668.181,81 Sampah 37,80 0,47 Anorganik Mewah Sedang Sederhana Organik Rendah 0,00 0,10 0,00 0,96 0,01 0,70 3.584,00 Kawasan Tipe 2 880,08 900.000,00 10,15 23,71 0,18 37,70 No Kelurahan Luas Luas Luas 14.797,66 Jumlah 6.463,27 Kepadatan 1.866.666,66 Pendapatan Jumlah Jumlah Sedang 0,11 0,21 0,97 Permukiman 1,93 Permukiman 0,71 1,41 Permukiman 14.797,67 Penduduk 6.463,28 Penduduk 1.866.666,67 Penduduk Sampah 23,72 37,28 Sampah 37,71 75,23 Mewah (Km 2 ) Sedang (Km 2 ) Sederhana 26.011,33 (Km 2 ) (Jiwa) 12.046,47 (Jiwa/Km 2 ) (Rp) 2.833.333,33 Organik (m 3 ) Anorganik (m 3 ) Tinggi 0,22 1 0,32 Jember 1,94 2,92 1,42 2,14 26.011 12.046,48 2.833.333,34 37,29 50,86 75,24 112,77 Kidul 0,31 1,29 33.641,00 0,01 23.355 17.629,69 12016,50 3.800.000 3.500.000,00 14,65 64,29 2 Kepatihan 0,00 1,08 0,02 21.286 17629,69 3.600.000,00 18,93 53,02 3 Sumbersari 0,31 2,92 0,11 37.225 8836,84 3.700.000,00 13,05 112,77 4 Kebonsari 0,42 1,75 0,24 29.445 8454,43 3.800.000,00 11,51 88,01 Mean 0,26 0,42 0,09 27.827,8 11.734,4 8454,43 14,35 84,6 No Kelurahan Luas Luas Luas Jumlah Kepadatan Pendapatan Jumlah Jumlah Permukiman Permukiman Permukiman Kawasan Penduduk Tipe 3 Penduduk Penduduk Sampah Sampah No Kelurahan Mewah Luas Sedang Luas Sederhana Luas (Jiwa) Jumlah (Jiwa/Km Kepadatan ) Pendapatan (Rp) Jumlah Organik Jumlah Anorganik (KmPermukiman 2 ) (Km Permukiman ) Permukiman (Km 2 ) Penduduk Penduduk Penduduk Sampah (m 3 ) Sampah (m 3 ) 1 Kawasan Mewah Sedang Sederhana (Jiwa) (Jiwa/Km 2 ) (Rp) Organik Anorganik Tipe 1 Rendah (Km 2 ) Rendah (Km 2 ) Tinggi (Km 2 ) Rendah Rendah Rendah (m Tinggi 3 ) (mrendah 3 ) 1 Kaliwates 0,31 1,81 0,07 14.962 7.810,93 3.200.000,00 10,15 55,57 2 Kawasan 2 Sempusari 0,29 0,21 0,29 9.919 6.230,94 2.500.000,00 20,64 17,89 Tipe 2 Tinggi Tinggi Rendah 3 Tegalbesar 0,20 0,91 0,64 Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi 15.739 5.038,73 2.200.000,00 23,57 34,63 3 Kawasan 4 Karangrejo 0,00 1,69 0,37 17.279 5.800,49 2.800.000,00 37,83 25,57 Tipe 5 3 Patrang Sedang 0,00 Sedang Sedang 1,37 0,21 Sedang 16.035 6.627,83 Sedang 3.200.000,00 Sedang 24,39 Sedang Sedang 34,81 6 Gebang 0,00 1,10 0,20 23.339 9.342,12 2.500.000,00 20,61 59,28 7 Jember Lor 0,00 1,84 0,03 22.247 9.214,24 2.800.000,00 41,58 38,61 Mean 0,12 1,27 0,26 17.074,3 7.152,18 2.742.857,14 25,54 38,05 Lampiran A1

Profiling Cluster No Nama Kawasan Tipe Anggota Kawasan Tipe Karakteristik 1 Kawasan Tipe 1 Kebonagung Mangli Antirogo Tegalgede Wirolegi Kranjingan Bintoro Baratan Jumerto Slawu Banjarsengon 2 Kawasan Tipe 2 Jember Kidul Kepatihan Sumbersari Kebonsari 3 Kawasan Tipe 3 Kaliwates Sempusari Tegalbesar Karangrejo Patrang Gebang Jember Lor Merupakan tipe kawasan pinggiran perkotaan (peri-urban) dengan karakteristik masyarakat menengah kebawah yang ditandai dengan : Rata-rata luas permukiman mewah rendah Rata-rata luas permukiman sedang rendah Rata-rata luas permukiman sederhana tinggi Rata-rata jumlah penduduk rendah Rata-rata kepadatan penduduk rendah Rata-rata pendapatan penduduk rendah Rata-rata jumlah sampah organik tinggi Rata-rata jumlah sampah anorganik rendah Merupakan tipe kawasan pusat pertumbuhan perkotaan dengan karakteristik masyarakat menengah keatas yang ditandai dengan : Rata-rata luas permukiman mewah tinggi Rata-rata luas permukiman sedang tinggi Rata-rata luas permukiman sederhana rendah Rata-rata jumlah penduduk tinggi Rata-rata kepadatan penduduk tinggi Rata-rata pendapatan penduduk tinggi Rata-rata jumlah sampah organik rendah Rata-rata jumlah sampah anorganik tinggi Merupakan tipe kawasan peralihan pusat pertumbuhan perkotaan dengan karakteristik masyarakat menengah yang ditandai dengan : Rata-rata luas permukiman mewah sedang Rata-rata luas permukiman sedang sedang Rata-rata luas permukiman sederhana sedang Rata-rata jumlah penduduk sedang Rata-rata kepadatan penduduk sedang Rata-rata pendapatan penduduk sedang Rata-rata jumlah sampah organik sedang Rata-rata jumlah sampah anorganik sedang Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2012

2. Identifikasi Kondisi Eksisting Penanganan Sampah Rumah Tangga dengan Pelibatan Masyarakat Kondisi Eksisting Penanganan Sampah Rumah Tangga Kawasan Tipe 1 Kawasan Tipe 2 Kawasan Tipe 3 Kecenderungan penanganan sampah rumah tangga dengan cara tradisional yaitu dengan cara membakar sampah, membuang di tempat seadanya (sungai, bantaran sungai, pinggir jalan). Berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Jenis sampah yang dominan adalah sampah sampah organik Penanganan sampah rumah tangga dilakukan dengan prosedur yaitu sampah dari rumah tangga secara bercampur diangkut menuju Transfer Depo kemudian diangkut menuju TPA yang dilakukan oleh petugas kebersihan sampah secara rutin setiap hari. Jenis sampah yang dominan adalah sampah anorganik Penanganan sampah rumah tangga dilakukan dengan prosedur yaitu sampah dari rumah tangga secara bercampur diangkut menuju Transfer Depo kemudian diangkut menuju TPA yang dilakukan oleh petugas kebersihan namun tidak dilakukan secara rutin setiap hari sehingga sampah sering tertimbun hingga beberapa hari. Jenis sampah yang dominan cenderung seimbang antara sampah organik dan anorganik Sumber : Hasil Analisa (2014) Perbandingan Distribusi Frekuensi dapat dilihat pada Lampiran D1

3. Analisis Preferensi Masyarakat terhadap PenangananSampah Rumah Tangga Preferensi Masyarakat terhadap Penanganan Sampah Rumah Tangga Sumber : Hasil Analisa (2014) Kawasan Tipe 1 Kawasan Tipe 2 Kawasan Tipe 3 Masyarakat bersedia aktif melakukan penanganan sampah rumah tangga sejak dari sumbernya dimulai dari pemilahan sampah organik dan anorganik, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan secara mandiri dengan syarat ada keuntungan ekonomis yang mereka dapatkan. Masyarakat setuju jika di lingkungan mereka terdapat sarana pengomposan baik individual maupun komunal Masyarakat cenderung memilih untuk bertindak pasif dalam penanganan sampah rumah tangga dengan tidak mau melakukan pemilahan, tidak mau melakukan pengumpulan, pengangkuran dan pengolahan secara mandiri, dan menyerahkan sepenuhnya pemrosesan akhir sampah pada pemerintah (yaitu di Tempat Pembuangan Akhir) Perbandingan Distribusi Frekuensi dapat dilihat pada Lampiran D2 Masyarakat menunjukkan sikap semiaktif dalam penanganan sampah rumah tangga sejak dari rumah mereka. Mereka bersedia melakukan pemilahan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah secara mandiri asalkan ada keuntungan ekonomis. Namun pengumpulan dan pengangkutan tetap diserahkan oleh petugas kebersihan. Masyarakat bersedia mengolah sampah menjadi barang daurulang di lingkungan mereka

4. Merumuskan Konsep Penanganan Sampah Rumah Tangga dengan Pelibatan Masyarakat di Perkotaan Kabupaten Jember Karakteristik Kawasan Kondisi Eksisting Penanganan Sampah Rumah Tangga Preferensi Masyarakat terhadap Penanganan Sampah Rumah Tangga Hasil Analisa (Perumusan Konsep Dasar) Kawasan Tipe 1 Kawasan Tipe 2 Kawasan Tipe 3 Tipe kawasan pinggiran perkotaan (periurban) dengan karakteristik masyarakat golongan menengah kebawah Kecenderungan penanganan sampah rumah tangga dengan cara tradisional yaitu dengan cara membakar sampah, membuang di tempat seadanya (sungai, bantaran sungai, pinggir jalan). Berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan Masyarakat bersedia aktif melakukan penanganan sampah rumah tangga sejak dari sumbernya dimulai dari pemilahan sampah organik dan anorganik, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan secara mandiri, dan bersedia melakukan pengomposan individual maupun komunal di lingkungan tempat tinggal mereka Pada kawasan tipe 1, antusiasme masyarakat terhadap penanganan sampah rumah tangga sejak dari sumbernya dapat dikatakan cukup tinggi. Motivasi masyarakat untuk terlibat dalam penanganan sampah rumah tangga adalah berorientasi pada keuntungan ekonomi, hal ini dikarenakan kondisi ekonomi masyarakat pada kawasan tipe 1 dapat digolongkan dalam kategori rendah Tipe kawasan pusat pertumbuhan perkotaan dengan karakteristik masyarakat golongan menengah keatas Penanganan sampah rumah tangga dilakukan dengan prosedur yaitu sampah dari rumah tangga secara bercampur diangkut menuju Transfer Depo kemudian diangkut menuju TPA yang dilakukan oleh petugas kebersihan sampah secara rutin setiap hari. Masyarakat cenderung memilih untuk bertindak pasif dalam penanganan sampah rumah tangga dengan tidak mau melakukan pemilahan, tidak mau melakukan pengumpulan, pengangkuran dan pengolahan secara mandiri, dan menyerahkan sepenuhnya pemrosesan akhir sampah pada pemerintah Pada kawasan tipe 2, karakteristik masyarakatnya menunjukkan karakteristik masyarakat perkotaan yang cenderung bersikap pasif terhadap penanganan sampah rumah tangga sejak dari sumbernya. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi dan status sosial masyarakat yang cukup tinggi., hanya saja kurang adanya keterlibatan masyarakat dalam menangani sampah khususnya dalam memilah sampah sejak dari sumbernya. Sumber : Hasil Analisa, 2014 Tipe kawasan peralihan pusat pertumbuhan perkotaan dengan karakteristik masyarakat golongan menengah Penanganan sampah rumah tangga dilakukan dengan prosedur yaitu sampah dari rumah tangga secara bercampur diangkut menuju Transfer Depo kemudian diangkut menuju TPA yang dilakukan oleh petugas kebersihan namun tidak dilakukan secara rutin setiap hari. Masyarakat menunjukkan sikap semiaktif dalam penanganan sampah rumah tangga sejak dari rumah mereka. Mereka bersedia melakukan pemilahan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah secara mandiri. Namun pengumpulan dan pengangkutan tetap diserahkan oleh petugas kebersihan Pada kawasan tipe 3, karakteristik masyarakatnya hampir sama dengan kawasan tipe 1 yaitu mau terlibat aktif dalam penanganan sampah rumah tangga sejak dari sumbernya dengan syarat ada keuntungan ekonomis yang akan mereka peroleh. Antusisasme masyarakat dalam melakukan pengolahan sampah secara mandiri juga cukup tinggi.

Hasil Analisa (Perumusan Konsep Dasar) Kawasan Tipe 1 Kawasan Tipe 2 Kawasan Tipe 3 Pada kawasan tipe 1, antusiasme masyarakat terhadap penanganan sampah rumah tangga sejak dari sumbernya dapat dikatakan cukup tinggi. Motivasi masyarakat untuk terlibat dalam penanganan sampah rumah tangga adalah berorientasi pada keuntungan ekonomi, hal ini dikarenakan kondisi ekonomi masyarakat pada kawasan tipe 1 dapat digolongkan dalam kategori rendah Pada kawasan tipe 2, karakteristik masyarakatnya menunjukkan karakteristik masyarakat perkotaan yang cenderung bersikap pasif terhadap penanganan sampah rumah tangga sejak dari sumbernya. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi dan status sosial masyarakat yang cukup tinggi., hanya saja kurang adanya keterlibatan masyarakat dalam menangani sampah khususnya dalam memilah sampah sejak dari sumbernya. Pada kawasan tipe 3, karakteristik masyarakatnya hampir sama dengan kawasan tipe 1 yaitu mau terlibat aktif dalam penanganan sampah rumah tangga sejak dari sumbernya dengan syarat ada keuntungan ekonomis yang akan mereka peroleh. Antusisasme masyarakat dalam melakukan pengolahan sampah secara mandiri juga cukup tinggi. Konsep Bank Sampah/Klinik Asuransi Sampah (Balikpapan) Menukarkan sampah dengan berbagai macam kebutuhan pokok masyarakat hingga fasilitas kesehatan gratis dengan membayar sampah Konsep Pemilahan dan Penjadwalan Sampah (Jepang) Dengan memilah lebih detail jenis sampah menjadi beberapa jenis kemudian dibuat jadwal pengangkutan yang berbeda sesuai jenisnya Konsep Penanganan Setempat (Yogyakarta) Melakukan penanganan sampah sejak dari sumbernya seperti melakukan komposter individual di masingmasing rumah dan pembuatan kerajinan daur ulang sampah oleh kelompok masyarakat/ibu-ibu PKK

Skema Konsep Penanganan Sampah Rumah Tangga dengan Pelibatan Masyarakat di Perkotaan Kabupaten Jember ON-SITE HANDLING WASTE EXCHANGING Keterangan : O = Sampah Organik A = Sampah Anorganik P = Sampah Plastik L = Sampah Logam Kr = Sampah Kertas Kc = Sampah Kaca R = Sampah Residu LK = Layak Kompos TLK = Tidak Layak Kompos LD = Layak Daurulang TLD = Tidak Layak Daurulang TD = Transfer Depo TPA = Tempat Pemrosesan Akhir BS/KAS = Bank Sampah/Klinik Asuransi Sampah SORTING & SCHEDULING

1. Kawasan Tipe 1 KESIMPULAN Dengan menerapkan konsep yang dinamakan Waste Exchanging (penukaran sampah) sejenis Bank Sampah atau Klinik Asuransi Sampah. Konsep ini tepat diterapkan pada kawasan yang memiliki masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah. Karena masyarakat dapat memanfatakan sampah rumah tangga baik organik maupun anorganik untuk ditukarkan dengan berbagai macam kebutuhan pokok seperti beras, mie instan, sabun, hingga fasilitas kesehatan seperti cek kesehatan dengan hanya membayar sejumlah sampah. 2. Kawasan Tipe 2 Menerapkan konsep yang dinamakan Sorting & Scheduling (pemilahan & penjadwalan) seperti yang dilakukan di negara Jepang. Konsep ini mewajibkan masyarakat untuk memilah sampah sesuai jenisnya yaitu organik & anorganik. Sampah anorganik dipilah lebih detail lagi menjadi sampah plastik, sampah kertas, sampah logam, dan sampah kaca. Semua jenis sampah tersebut dimasukkan dalam kantong plastik dan diletakkan didepan rumah untuk diangkut oleh petugas sampah sesuai dengan jadwal pengangkutan sampah yang telah ditentukan. 3. Kawasan Tipe 3 Menerapkan konsep yang dinamakan On-site handling (penanganan di tempat). Konsep ini menekankan keterlibatan masyarakat sejak dari lingkungannya untuk berpartisipasi dalam mengolah sampah rumah tangga baik organik maupun anorganik menjadi daurulang sampah yang memiliki manfaat ekonomis. Sampah organik diolah menjadi kompos dengan bantuan komposter gentong yang diletakkan di masing-masing halaman rumah warga, sedangkan sampah anorganik diolah menjadi kerajinan daurulang sampah dengan bantuan partisipasi ibuibu PKK di masing-masing lingkungan pada kawasan tipe 3.

SEKIAN TERIMAKASIH