BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan media elektronik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN. World Health Organization (2014) menyatakan bahwa obesitas. pada anak-anak berhubungan dengan masalah komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada BAB ini akan dijelaskan menengenai hasil

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN AKTIVITAS SEDENTARI DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMA KATOLIK CENDRAWASIH MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa penyakit kronis sehingga mengakibatkan umur harapan hidup (UHH) seseorang menurun adalah obesitas. World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa obesitas merupakan masalah epidemiologi global yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dunia. Sebesar 2,8 juta orang meninggal karena penyakit seperti diabetes dan penyakit jantung sebagai akibat dari obesitas setiap tahunnya. Beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan trend kejadian obesitas di berbagai belahan dunia. Pada tahun 1999 2000 obesitas banyak dialami oleh perempuan dewasa. Akan tetapi, pada tahun 2009 2010, prevalensi obesitas pada laki-laki dewasa hampir sama dengan perempuan dewasa (NHNES, 2012). Trend serupa terjadi pada kelompok usia remaja. Proporsi obesitas pada anak dan remaja meningkat dengan drastis selama dekade terakhir. Obesitas pada anak dan remaja di Amerika Serikat lebih banyak terjadi pada kelompok usia 12 19 tahun. Sedangkan, di Indonesia, prevalensi gemuk lebih banyak ditemukan pada remaja usia 16 18 tahun yaitu, sebanyak 7,3% yang terdiri dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. Prevalensi tersebut mengalami peningkatan dari 1,4% (2007) menjadi 7,3% (2013). Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan prevalensi obesitas di atas angka nasional pada remaja usia (16-18 tahun). Prevalensi obesitas tertinggi di Kota Yogyakarta yaitu sebesar 6% (Departemen Kesehatan, 2013, NHNES, 2012). Obesitas pada remaja berpengaruh pada kesehatan dan meningkatkan risiko masalah kesehatan pada usia dewasa. 70% anak 10 13 tahun yang sudah mengalami obesitas akan menjadi obesitas pada waktu dewasa. Banyaknya implikasi dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan oleh obesitas, maka saat ini obesitas pada remaja dianggap merupakan masalah krusial yang dapat 1

menurunkan derajat kesehatan pada tahap usia selanjutnya (Schwarz and Peterson, 2010). Obesitas disebabkan adanya ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan setiap hari. Kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa diakibatkan dari hasil konsumsi makanan dan minuman berlebihan. Hal inilah yang menyebabkan adanya penumpukan lemak sehingga terjadi obesitas. Selain itu, adanya perubahan gaya hidup menjadi perilaku sedentari berkontribusi terhadap kejadian obesitas. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya waktu menonton TV, meningkatnya jumlah mobil per keluarga sehingga terjadi penurunan aktivitas fisik. Transisi yang terjadi adalah perubahan gaya hidup, dimana pada awalnya segala aktivitas yang dilakukan memerlukan tenaga fisik manusia, kini dipermudah dengan teknologi. Begitu menurut (Hartono (2009), Huriyati, 2004), bahwa faktor inactivity sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan obesitas dibandingkan makan berlebihan. Penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Davison et al. (2006) pada 109 remaja putri, menemukan bahwa responden yang memiliki kebiasaan menonton TV 2 jam per hari memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik pada remaja seringkali berhubungan dengan diet tidak sehat, peningkatan konsumsi snack dan minuman tinggi gula dan kurangnya konsumsi buah dan sayur. Keast et al. (2010) menyebutkan bahwa anak yang terbiasa mengkonsumsi camilan 2 sampai lebih dari 4 kali dalam sehari memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara penggunaan televisi, video game, maupun komputer dengan konsumsi camilan. Semakin lama anak duduk di depan komputer ataupun televisi maka konsumsi camilan akan meningkat. Camilan merupakan makanan yang dimakan di luar makanan pokok, misalnya cokelat dan keripik kentang. Pada orang Amerika, camilan ini memberikan kontribusi kalori sebesar 16% hingga 29%. Pada masa perkembangan dan pertumbuhan, remaja memiliki kebebasan memilih makanan yang disukai dan cenderung memiliki pola diet yang kurang baik seperti 2

menghindari sarapan dan lebih suka mengkonsumsi fast food, atau makan camilan di luar rumah setiap hari. National Youth Physical Activity and Nutrition Study (NYPANS) menyatakan bahwa siswa memiliki akses ke makanan dan minuman yang kurang sehat di lingkungan sekolah. Konsumsi camilan dan makanan cepat saji telah terbukti memiliki lebih sedikit porsi sayuran, asupan kalsium yang lebih rendah, dan menyebabkan peningkatan berat badan dikalangan remaja (Brener et al., 2013, Larson et al., 2006, Niemeier et al., 2006). Kurangnya aktivitas fisik disertai dengan konsumsi camilan saat ini menjadi isu penting dalam kesehatan masyarakat karena memiliki efek negatif terhadap kesehatan. Selain itu, dua hal tersebut diduga memiliki kontribusi besar dalam menyebabkan kejadian obesitas di daerah pedesaan maupun perkotaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kejadian obesitas lebih banyak ditemukan pada populasi penduduk di daerah urban dibandingkan dengan populasi rural. Hal ini dikarenakan masyarakat perkotaan lebih cenderung bergaya hidup santai dan menyukai makanan yang mengandung lemak tinggi. Tetapi, dengan mencermati adanya perbedaan yang tidak bermakna antara aktivitas fisik di daerah pedesaaan dan perkotaan disertai peningkatan konsumsi camilan dan makanan tinggi lemak dan gula memungkinkan terjadinya pergeseran trend obesitas. Transisi ini mulai terjadi di daerah perkotaan menuju daerah pinggiran hingga menuju daerah pedesaan (Sudargo et al., 2013). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Joens-Matre et al. (2008) bahwa prevalensi obesitas di daerah urban sangat tinggi, karena populasi ini cenderung menjadi salah satu populasi dengan status sosial ekonomi rendah dan paling terlayani oleh sistem perawatan kesehatan. Hasil riskesdas Provinsi Yogyakarta 2013 menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi obesitas di Provinsi Yogyakarta terletak di Kota Yogyakarta yaitu, 12,9% gemuk dan 6% obesitas sedangkan Kabupaten Bantul 7,9% gemuk dan 1% obesitas. Sementara itu, di Provinsi Yogyakarta hampir separuh penduduk usia produktif kurang melakukan aktifitas fisik yaitu 42,1%. Kurang aktivitas fisik di daerah pedesaan dan 3

perkotaan kini tidak jauh berbeda, kurang aktivitas fisik di Kabupaten Bantul 79,9% (Kemenkes RI, 2013). Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi tinggi konsumsi makanan/minuman manis secara nasional yakni (69,2%) dan perilaku konsumsi makanan berlemak (50,7%). Proporsi penduduk 10 tahun ke atas dengan konsumsi makanan/ minuman manis 1 kali per hari. Sedangkan, Kabupaten Bantul cukup tinggi yaitu, 73,6% dan 71,2% (Departemen Kesehatan, 2013, Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data dari BPS (2013), Kabupaten Bantul memiliki wilayah administratif setingkat desa/kelurahan yang tergolong urban dan rural yang hampir sama. Namun penggolongan tersebut diklasifikasikan lagi menjadi 4 wilayah administrasi yaitu kota besar, kota sedang, kota kecil, dan desa. Oleh karena itu, Kabupaten Bantul diasumsikan dapat mewakili daerah urban, sub urban, dan rural. Penelitian mengenai aktivitas fisik dan konsumsi camilan pada remaja di Provinsi Yogyakarta masih belum banyak diteliti, oleh karena itu penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai aktivitas fisik dan konsumsi camilan pada remaja obesitas di daerah perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Bantul. B. Perumusan Masalah Uraian dalam latar belakang di atas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan- pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah kurangnya aktivitas fisik dan tingginya konsumsi camilan lebih banyak di temukan pada remaja obesitas? 2. Apakah ada perbedaan aktivitas fisik dan konsumsi camilan remaja obesitas di daerah pedesaan dan perkotaan di Kabupaten Bantul? 3. Apakah ada interaksi antara konsumsi camilan dan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas di Kabupaten Bantul? 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas fisik dan konsumsi camilan remaja obesitas daerah perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Bantul. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui aktivitas fisik dan konsumsi camilan pada remaja obesitas dan tidak obesitas di daerah perkotaan Kabupaten Bantul. b. Mengetahui aktivitas fisik dan konsumsi camilan pada remaja obesitas dan tidak obesitas di daerah pedesaan di Kabupaten Bantul. c. Mengetahui perbedaan aktivitas fisik dan konsumsi camilan remaja obesitas daerah perkotaan dibandingkan dengan remaja obesitas pedesaan di Kabupaten Bantul. d. Mengetahui adanya interaksi antara konsumsi camilan dan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas di Kabupaten Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Menjadi salah satu sumber informasi bagi instansi sekolah dalam menyusun strategi intervensi pendidikan kesehatan tentang gizi sebagai upaya mengurangi prevalensi obesitas remaja di sekolah. b. Memberikan informasi kepada remaja mengenai besarnya pengaruh aktivitas fisik dan konsumsi camilan terhadap obesitas. c. Memberikan masukan dan sumber informasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul khususnya dinas terkait dalam menyusun rencana intervensi untuk mengurangi prevalensi obesitas pada remaja di wilayah Kabupaten Bantul. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan a. Menjadi bahan masukan bagi ilmu pengetahuan yang dapat memberikan sumbangan informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya berkaitan dengan obesitas remaja. 5

b. Meningkatkan wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan sebuah penelitian ilmiah tentang aktivitas fisik dan konsumsi camilan remaja dengan obesitas di Kabupaten Bantul. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang obesitas remaja cukup banyak dilakukan sebelumnya. Namun terfokus pada faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi obesitas dari segi aspek sosial dan klinis. Penelitian tentang variabel yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan konsumsi camilan dengan obesitas remaja di daerah pedesaan dan perkotaan masih jarang dilakukan, sehingga peneliti lebih fokus pada variabel tersebut untuk diteliti. Beberapa penelitian serupa pernah dilakukan antara lain: Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti Judul penelitian Hasil Persamaan Perbedaan Keast et al. Snacking is Prevalensi Overweight Fokus penelitian Penggunaan metode (2010) associated with atau obesitas dan pada variabel penelitian, yakni reduced risk of obesitas abdominal konsumsi akan dilakukan overweight and memiliki hubungan yang camilan dan dengan metode reduced abdominal signifikan dengan subjek penelitian case obesity in adolescents: National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999 2004 frekuensi konsumsi snack. penelitian usia 15 18 tahun control Limbers et al. (2014) Metode penelitian, membandingkan Moore et al. (2013) Ezendam et al. (2011) Dietary, Physical Activity, and Sedentary Behaviors Associated With Percent Body Fat in Rural Hispanic Youth Association of the built environment with physical activity and adiposity in rural and urban youth. Do trends in physical activity, sedentary, and dietary Gender memiliki hubungan secara bermakna dengan BMI. mengkonsumsi minuman manis berisiko 6,28 kali lebih besar kelebihan adipositas pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Moderate-tovigorous physical activity (MVPA) secara signifikan lebih rendah pada pemuda pedesaan (15,9 menit/ hari) dibandingkan dengan remaja perkotaan (19,2 menit /hari). Terdapat perbedaan di antara dua wilayah perbatasan di Texas, Fokus penelitian pada variabel aktivitas fisik dan subjek penelitian 15-18 tahun Subjek penelitian dan lokasi penelitian membandingan remaja di perkotaan dan pedesan Variabel penelitian, fokus perbandingan remaja di daerah perkotaan dan pedesaan, variabel konsumsi camilan. Metode penelitian, variabel penelitian aktivitas fisik dan konsumsi camilan Metode penelitian, subjek penelitian 6

Lanjutan tabel.1 Peneliti Judul penelitian Hasil Persamaan Perbedaan behaviors support trends in obesity prevalence in 2 border regions in Texas? Aktivitas fisik di daerah el Paso lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Dua wilayah Al-Hazzaa et al. (2012) Lifestyle factors associated with overweight and obesity among Saudi adolescents Dibandingkan dengan remaja laki laki dan perempuan non obesitas, remaja obesitas baik laki laki maupun perempuan kurang aktif dan memiliki kebiasaan diet yang kurang sehat seperti tidak menyukai sarapan, kurangnya konsumsi susu dan buah. Subjek penelitian Case control, variabel penelitian 7