DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

KUESIONER PENELITIAN

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

Stara I pada K

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

LAMPIRAN. I. Data Demografi 1. Nama : 2. Umur dan tanggal lahir : 3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

Umur kelompok. Valid < 45 tahun tahun >65 tahun Total

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/17 April 1992

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

LAMPIRAN. Pengukuran Tekanan Darah Lansia Pada Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

Transkripsi:

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL TUNGGAL PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL TUNGGAL DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016 (DIFFERENCES IN THE EFFECTIVENESS ORAL ANTIDIABETICS SINGLE USE WITH COMBINATION OF TYPE 2 DM PATIENTS IN UPT. DAWAN II PUBLIC HEALTH DISTRICT KLUNGKUNG IN NOPEMBER 2015-PEBRUARI 2016) NI NYOMAN WAHYU UDAYANI*, HERLEEYANA MERIYANI* Akademi Farmasi Saraswati Denpasar, Jalan Kamboja.11A, Denpasar, Bali Abstrak: DM tipe 2 merupakan penyakit progresif dengan karakteristik penurunan fungsi sel beta pankreas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas penggunaan obat antidiabetik oral tunggal dengan kombinasi pada pasien DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dan pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Penelitian dilakukan dari bulan vember 2015-Pebruari 2016 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. Penelitian dilakukan terhadap 25 subjek penelitian dengan terapi tunggal glibenklamid dan 25 subjek penelitian dengan terapi kombinasi glibenklamid dengan metformin. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dari efektivitas penggunaan obat antidiabetik oral tunggal glibenklamid dengan kombinasi glibenklamid dengan metformin pada pasien DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung periode vember 2015-Pebruari 2016 (p = 0.114). Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, antidiabetik oral tunggal, antidiabetik oral kombinasi. Abstract: Type 2 diabetes is a progressive disease with characteristics of pancreatic beta cell function decline. This study aims to determine differences in the effectiveness of the use of a single oral antidiabetic drugs and combinations in patients with type 2 diabetes in UPT. Health Center II Dawan Klungkung regency. This study is cross- sectional and prospective data collection is done The study was conducted from vember 2015 to February in 2016 in UPT. Health Center II Dawan Klungkung regency. Research carried out on 25 research subjects with glibenclamide monotherapy and 25 research subjects with combination therapy with metformin glibenclamide. The results show that there is no significant difference on the effectiveness of the use of a single oral antidiabetic drug glibenclamide and glibenclamide combination with metformin in patients with type 2 diabetes in UPT. Health Center II Dawan Klungkung regency period vember 2015 - February 2016 (p = 0.114). Keywords: Diabetes mellitus type 2, oral antidiabetic single oral antidiabetic combination. PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau kedua-duanya yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (American Diabetes Association, 2012). International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus di dunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi karena kombinasi dari resistensi insulin dan berkurangnya sekresi insulin akibat menurunnya fungsi sel beta pankreas (Tjay dan Rahardja, 2007). Diabetes melitus tipe 2 disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit progresif dengan komplikasi akut maupun kronik. Dengan penatalaksanaan yang baik, angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan. Untuk menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes melitus tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan secara farmakologi 47

NI NYOMAN WAHYU UDAYANI seperti obat antidiabetik oral dan suntikan (Arifin, 2011). Pengobatan secara farmakologi diberikan apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran hanya dengan modifikasi gaya hidup. antidiabetik oral merupakan terapi farmakologi utama untuk mengatasi diabetes melitus tipe 2. dapat berupa terapi antidiabetik tunggal maupun kombinasi dua antidiabetik oral. antidiabetik oral diberikan untuk penderita yang memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dl (PERKENI, 2011). antidiabetik oral yang dapat diberikan untuk penderita DM tipe 2 seperti golongan sulfonilurea seperti glibenklamid yang memiliki cara kerja meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan golongan penghambat glukoneogenesis seperti metformin yang memiliki cara kerja mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis) atau terapi kombinasi dari golongan sulfonilurea dengan golongan penghambat glukoneogenesis (PERKENI, 2011). Pada UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung angka penderita Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang memiliki kedudukan tertinggi dari 10 besar penyakit yang ada dan penderitanya selalu bertambah tiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah penderita DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung mencapai 53,26 %. Pada pengobatan Diabetes Melitus tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung dilakukan terapi dengan pemberian obat antidiabetik oral seperti terapi tunggal golongan sulfonilurea yaitu glibenklamid dan terapi kombinasi golongan sulfonilurea dengan golongan penghambat glukoneogenesis yaitu glibenklamid dengan metformin. Perbedaan terapi yang diberikan pada pasien sering kali berbeda tergantung pada kondisi pasien. Efektivitas dari perbedaan keberhasilan kedua terapi tersebut belum diketahui dengan jelas. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan efektivitas penggunaan obat antidiabetik oral tunggal glibenklamid dengan kombinasi antara glibenklamid dengan metformin pada pasien DM tipe 2 di UPT Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan prospektif yaitu penelitian dimana kesehatan atau karakteristik dari sampel dipantau secara langsung untuk jangka waktu tertentu. Subjek Penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung periode vember 2015 yang mendapat terapi antidiabetik oral tunggal glibenklamid dan kombinasi glibenklamid dengan metformin. Sampel yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian. 1. Kriteria Inklusi Pasien dengan diagnosis DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung periode vember 2015-Pebruari 2016 yang mendapat terapi antidiabetik oral tunggal glibenklamid dan kombinasi glibenklamid dengan metformin. 2. Kriteria Eksklusi a. Pasien DM tipe 2 yang tidak teratur melakukan terapi b. Pasien DM tipe 2 yang dirujuk ke rumah sakit c. Pasien dengan kehamilan Teknik Sampling. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling dimana pemilihan sampel dilakukan atas pertimbangan tertentu oleh peneliti (Saryono, 2011). Penelitian ini mengambil 50 sampel yang terdiri dari 25 sampel dengan terapi tunggal dan 25 sampel dengan kombinasi. Teknik Pengumpulan Data. Dilakukan pengambilan data dari setiap subjek, data yang diambil diantaranya nama, jenis kelamin, umur, diagnosis, hasil laboratorium gula darah puasa, obat yang diberikan selama perawatan dan dosis terapi yang diberikan selama perawatan. Selanjutnya dilakukan pemantauan dan mengamatan terhadap subjek secara berkala selama periode vember 2015- Pebruari 2016. 48

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL TUNGGAL Analisis Data. Data yang diperoleh selama 3 bulan pemantauan terhadap subjek penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel, sehingga didapatkan perbedaan efektivitas penggunaan antidiabetik oral tunggal glibenklamid dengan kombinasi glibenklamid dengan metformin pada pasien DM tipe 2 dengan cara membandingkan rata-rata penurunan kadar gula darah puasa dan dianalisis dengan uji statistik dengan taraf kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kombinasi Kelamin Total Total 1 Laki-laki 11 44,00 11 44,00 22 44,00 2 Perempuan 14 56,00 14 56,00 28 56,00 TOTAL 25 100,00 25 100,00 50 100,00 Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, perempuan lebih banyak mengalami diabetes melitus tipe 2 yaitu sebesar 56,00%. Perempuan lebih banyak mengalami diabetes melitus tipe 2 karena perempuan memiliki komposisi lemak tubuh lebih tinggi dibandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih cepat gemuk dan menyebabkan peningkatan kadar gula (Lestari, 2013). Namun tidak menutup kemungkinan laki-laki juga memiliki resiko tinggi terkena diabetes melitus apabila pola hidup yang tidak sehat, karena jenis kelamin sebenarnya bukan salah satu faktor risiko diabetes melitus (ADA, 2012). Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur Umur Kombinasi (Th) Total Total 1 26-35 0 0 2 8,00 2 4,00 2 36-45 3 12,00 2 8,00 5 10,00 3 46-55 5 20,00 7 28,00 12 24,00 4 56-65 11 44,00 10 40,00 21 42,00 5 >65 6 24,00 4 16,00 10 20,00 TOTAL 25 100,00 25 100,00 50 100,00 Berdasarkan karakteristik umur, pasien paling banyak mengalami DM tipe 2 adalah pasien dengan umur antara 56-65 tahun sebesar 42,00%. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh American Diabetes Association (2010). Banyaknya penderita DM tipe 2 pada umur diatas 50 tahun karena pada seseorang yang berusia lebih dari 50 tahun dengan pengaturan diet glukosa yang rendah akan mengalami penyusutan sel-sel beta pankreas. Sel beta pankreas yang tersisa pada umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang. Pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi fisiologis dengan cepat, sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena gangguan pada sel beta pankreas dan resistensi insulin (Khotimah K, 2013). 49

NI NYOMAN WAHYU UDAYANI Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Diagnosa Penyakit 1 2 Diagnosa DM tipe 2 tanpa komplikasi DM tipe 2 dengan komplikasi Kombinasi Total Total 16 64,00 11 44,00 27 54,00 9 36,00 14 56,00 23 46,00 TOTAL 25 100,00 25 100,00 50 100,00 Berdasarkan karakteristik diagnosa penyakit terlihat bahwa pasien DM tipe 2 tanpa komplikasi sebesar 54,00% dan dengan komplikasi sebesar 46,00%. Komplikasi disebabkan karena gaya hidup, terutama konsumsi makanan yang tidak sehat serta kurangnya aktivitas fisik (Maydani, 2011). Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Komplikasi Risiko terjadinya komplikasi pada pasien DM tipe 2 dikaitkan dengan lamanya menderita DM tipe 2 dan kadar HbA1C > 7,0% (ADA, 2016). Faktor utama pencetus komplikasi pada pasien DM tipe 2 adalah pengaruh kualitas hidup pasien dan kemungkinan terjadinya penyakit komplikasi (Rizkifani S dkk., 2014). 1 2 Kombinasi Komplikasi Total Total DM tipe 2 + Neuropati 6 66,67 8 57,15 14 53,80 DM tipe 2 + Hipertensi 3 33,33 6 42,85 12 46,20 TOTAL 9 100,00 14 100,00 26 100,00 Berdasarkan hasil penelitian, penyakit komplikasi neuropati paling banyak ditemukan yaitu sebesar 53,80%. Neuropati merupakan kerusakan saraf yang terjadi karena melemahnya dan merusaknya dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf (PERKENI, 2011). Proses terjadinya neuropati biasanya progresif di mana terjadi degenerasi serabut-serabut saraf dengan gejala-gejala nyeri atau bahkan kesemutan, yang terserang biasanya adalah serabut saraf tungkai atau lengan (Hikmat, 2010). Komplikasi lain yang terjadi yaitu hipertensi, sebanyak 46,20%. Berdasarkan penelitian Hongdiyanto (2013) dalam penelitian Supriati (2014) menyatakan bahwa hipertensi disebabkan karena kadar gula darah yang terlalu tinggi dan dapat merusak organ dan jaringan pembuluh darah serta dapat terbentuknya aterosklerosis, hal tersebut menyebabkan arteri menyempit dan sulit mengembang sehingga memicu timbulnya hipertensi. Modifikasi gaya hidup dapat menurunkan risiko komplikasi hipertensi pada penyadang diabetes melitus tipe 2 (PERKENI, 2011). 50

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL TUNGGAL Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Pengobatan 1 Glibenklamid 25 50,00 Kombinasi Glibenklamid + 2 Metformin 25 50,00 TOTAL 50 100 Kombinasi antara glibenklamid dengan metformin bekerja saling sinergis yaitu glibenklamid berfungsi meningkatkan sekresi insulin dan efektif jika pemakaiannya 15-30 menit sebelum makan untuk menghindari efek hipoglikemia dan metformin menurunkan produksi glukosa hati dan meningkatkan glukosa dijaringan parifer (PERKENI, 2011). Pada terapi kombinasi kemungkinan efektivitas pengobatan tidak tercapai karena dosis pemberian yang kurang tepat. Glibenklamid memiliki efek hipoglikemia selama 12-24 jam sementara metformin memiliki lama kerja 6-8 jam (PERKENI, 2011). Interval waktu penggunaan obat merupakan hal yang penting dalam penggunaan suatu obat sebab dapat mempengaruhi lama efektivitas obat tersebut. Interval penggunaan obat yang tidak sesuai akan menyebabkan frekuensi penggunaan obat yang tidak sesuai dan menyebabkan kegagalan terapi (Shargel, 2004). Pemantauan yang dilakukan dalam melihat perbedaan efektivitas dari kedua terapi dengan melihat kadar gula darah puasa dan tidak dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan 2 jam post prandial. Untuk mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai dan menyesuaikan dosis obat bila sasaran terapi belum tercapai maka ke tiga pemeriksaan tersebut perlu dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan. Uji rmalitas dengan NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Te Unstandardized Residual N 50 rmal Parameters a Mean.0000000 Std. Deviation 13.01353305 Most Extreme Differences Absolute.223 Positive.223 Negative -.090 Kolmogorov-Smirnov Z 1.575 Asymp. Sig. (2-tailed).014 a. Test distribution is rmal. Mann-Whitney Test Ranks Pasien N Mean Rank Sum of Ranks Penurunan GDP 25 22.24 556.00 Kombinasi 25 28.76 719.00 Total 50 51

NI NYOMAN WAHYU UDAYANI Test Statistics a Penurunan GDP Mann-Whitney U 231.000 Wilcoxon W 556.000 Z -1.582 Asymp. Sig. (2-tailed).114 a. Grouping Variable: Pasien Dari uji normalitas, diketahui data tidak terdistribusi normal (p = 0,014). Karena data tidak terdistribusi normal dilakukan uji statistik non parametrik Mann Whitney dengan signifikansi 95%. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney tidak terdapat perbedaan efektivitas penggunaan obat antidiabetik oral tunggal dan kombinasi pada pasien DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung periode vember 2015-Pebruari 2016 yang signifikan (p = 0.114). Hal ini dapat disebabkan karena pengobatan secara farmakologi pada penderita diabetes melitus tidak bisa mencapai sasaran apabila tidak diimbangi dengan pengaturan pola hidup (PERKENI, 2011). Dari hasil pengamatan secara prospektif melalui wawancara, kurangnya kesadaran dari penderita dalam menjaga pola makan dan kurangnya aktivitas fisik yang mereka lakukan juga merupakan faktor yang dapat memicu kurang efektifnya kerja obat dalam tubuh. Selain itu beberapa penderita sering mengalami stres dan susah tidur. Dalam keadaan stres terjadi perangsangan syaraf simpatoadrenal dan hormon epinefrin sehingga dapat mengakibatkan kadar glukosa darah meningkat (Depkes. RI, 2005). SIMPULAN Tidak terdapat perbedaan efektivitas pada pengukuran gula darah puasa penggunaan obat antidiabetik oral tunggal glibenklamid dan kombinasi glibenklamid dengan metformin pada pasien DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung periode vember 2015-Pebruari 2016 (p=0.114). DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association. 2010, Standards of Medical Care in Diabetes 2010, America, ADA Arifin, L.A. 2011, Panduan Diabetes Melitus Tipe 2 Terkini, Bandung, Fakultas Kedokteran UNPAD/RSUP dr. Hasan Sadikin. Bina Kefarmasian. 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Jakarta, Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan R.I. 2007, Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas, Jakarta, Departemen Kesehatan RI. toatmodjo, S. 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta, PERKENI. Saryono. 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Jogjakarta. Indonesia. Tjay, T. H. dan K. Rahardja. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi IV, PT. Elex Media, Jakarta. 52