BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama.

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan nyata maupun di luar alam nyata. Sastra merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan peristiwa dan kegiatan yang berisi kegiatan memahami,

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini telah berkembang searah dengan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Perkembangan ini tentunya mempengaruhi berbagai disiplin ilmu yang telah ada sebelumnya. Ilmu pendidikan yang diterapkan di sekolah kini juga beragam tidak hanya ilmu matematika, sosial, maupun sains, Bahasa dan Sastra Indonesia juga sangat penting untuk diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa adalah untuk mampu menghayati Bahasa dan juga Satra Indonesia serta mempunyai bahasa dan baik dan benar dalam berbahasa. Selain itu pembelajaran bahasa dan sastra berperan penting dalam perkembangan intelektual, emosional maupun budi pekerti. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan dapat membantu siswa untuk berkomunikasi secara efektif serta mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai norma dan etika. Selain itu peserta didik diharapkan dapat mengapresiasi dan menghayati serta mampu memahami budi pekerti melalui satra. Sastra mengajarkan pengenalan berbagai karakter yang sebagian besar merupakan refleksi dan realitas kehidupan. Di sisi lain sastra dapat membantu dalam pengajaran kebahasaan karena sastra dapat meningkatkan keterampilan dalam berbahasa. 1

2 Sastra merupakan representasi pikiran dan perasaan manusia, yang imajinatif. Segala sesuatu yang dilihat dan dirasakan, diolah dengan daya imajinasi pikiran, diutarakan melalui media lisan maupun tulisan yang bernilai estetis. Sastra selalu menyampaikan nilai maupun makna keindahan. Keindahan ini mengacu pada keindahan kehidupan yang digambarkan dalam karya sastra dan keindahan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan kehidupan tersebut. Karya sastra sekalipun merupakan rekaan imajinasi sang pengarang, dapat juga merupakan representasi pandangan pengarang terhadap keadaan sosial suatu masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Damono (dalam Kurniawan, 2012:6) bahwa penulis karya sastra adalah pengarang sebagai individu yang hidup dalam konteks masyarakat. Oleh karena itu, pikiran dan perasaan yang ditulis pengarang dalam karya sastra selalu merepresentasikan pandangan-pandangannya pada masyarakat tempat pengarang itu eksis. Melalui imajinasi sang pengarang dan pandangannya terhadap realita sosial yang terjadi maka terciptalah karya sastra fiksi. Ketertarikan penulis pada bidang sastra mengarah pada sastra tulisan berjenis prosa yaitu novel. Ketertarikan tersebut dikarenakan, meskipun merupakan hasil imajinasi pengarang, novel mengisahkan sejumlah permasalahan kompleks yang ada di masyarakat pada umumnya di kehidupan nyata. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, (dan penokohan),

3 latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga berifat imajinatif Nurgiyantoro (2012:4). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa novel merupakan dunia hasil rekaan yang dibangun melalui hubungan berbagai struktur yang ideal sesuai imajinasi sang pengarang. Novel memiliki pesan yang dapat diambil dalam alur cerita, konflik yang dibangun, dan struktur lain yang digambarkan melalui nilai yang beragam. Nilai tersebut dapat berupa keagamaan, percintaan, persahabatan, pendidikan, maupun kritik sosial. Novel merupakan sarana bagi pengarang untuk menyampaikan kritik sosial yang berupa sindiran maupun tanggapan untuk menyampaikan ketidakpuasannya terhadap sendi-sendi kehidupan. Satu diantara novel yang sarat akan muatan kritik sosial adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan satu diantara novel yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau akrab dengan sapaan Buya Hamka yang lahir di Desa Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat 17 Februari 1908. Beliau Wafat di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun. Penulis tertarik meneliti novel Haji Abdul Malik Karim Amrullah karena dalam dunia kesusastraan novel-novel yang ditulisnya sangat fenomenal hingga masih eksis dan mengalami cetak ulang hingga sekarang. Novel-novel yang ditulis oleh Hamka sangat familiar di masyarakat, seperti novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang sangat nyata menggambarkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau pada saat itu. Kepiawaian Hamka dalam menyelipkan kritiknya terhadap kesenjangan

4 sosial melalui cerita yang menarik di novel tersebut mampu membawa pembaca seolah-olah merasakan peliknya kehidupan dalam cerita tersebut. Melalui gaya bahasa khas sastrawan angkatan Balai Pustaka, Hamka mengangkat nilai kehidupan, budaya, agama, pendidikan dan seni dengan ide tulisan yang mudah untuk dipahami. Sejak awal novel ini diterbitkan berpindah dari satu penerbit ke penerbit lain. Pertama kali dimuat sebagai cerita bersambung pada majalah Pedoman Masyarakat, pada tahun 1938 kemudian diterbitkan sebagai buku oleh suadara M. Syarkawi pada tahun 1939. Kemudian mulai tahun 1951 oleh Balai Pustaka. Lalu pada tahun 1961 oleh Penerbit Nusantara. Hingga tahun 1962 novel ini telah dicetak lebih dari 80 ribu eksemplar. Setelah itu penerbitannya diambil alih oleh Bulan Bintang. Tidak hanya di Indonesia, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck juga berkalikali dicetak di Malaysia. Hingga kini novel ini terus dicetak, bahkan tahun 2013 novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini telah dibuat film layar lebarnya. Novel ini menceritakan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. Novel ini sarat akan muatan kritik sosial yang dikemas sangat menarik melalui romansa percintaan antara tokoh Zainuddin dan Hayati. Peliknya kehidupan yang dijalani Zainuddin seolaholah benar adanya dikehidupan nyata, sehingga novel tesebut tak lekang dan tetap digemari meski telah berumur lebih dari setengah abad. Terbitnya novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menjadi muara inspirasi para sastrawan

5 untuk menerbitkan novel-novel atau tulisan-tulisan dengan corak yang sama, terutama bagi kalangan sastrawan Minang. Satu diantaranya yaitu novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan, yang juga menceritakan sejumlah persoalan perkawinan suku Minangkabau yang dilatar belakangi oleh perbedaan suku dan latar sosial. Muhammad Subhan lahir di Medan, Sumatera Utara, 3 Desember 1980, merupakan seorang penulis produktif. Ia merupakan motivator kepenulisan dan pendiri serta ketua Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia. Rinai Kabut Singgalang merupakan novel perdananya. Sebelumnya Muhammad Subhan juga dikenal sebagai seorang jurnalis. Cerpen, puisi, esai, dan artikelnya telah diterbitkan di sejumlah media. Walaupun ini merupakan novel perdananya, tetapi novel ini merupakan novel best seller di tahun 2011. Novel ini mengisahkan persoalan adat Minangkabau pada kehidupan tokoh Fikri dan Rahima yang mendapat pertententangan karena perbedaan latar sosial. Secara implisit nampak bahwa kedua novel diatas memiliki kemiripan hubungan dalam pemusatan ide cerita yaitu persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar sosial yang menghalangi hubungan cinta. Kemiripan-kemiripan antar teks dalam dunia sastra, sangat sering ditemui. Hal ini bukanlah suatu bentuk plagiatisme atau penjiplakan. Karena setiap karya mempunyai kekhususannya masing-masing. Julia Kristeva (dalam Wahyuningtyas dan Santosa, 2011:208) mengatakan bahwa Tidak ada sebuah teks pun yang tidak pernah terpengaruh oleh teks-teks sebelumnya. Pengarang, dapat dikatakan dalam menulis karya sastranya tidak terlepas dari

6 pengaruh karya sastra yang lain. Sebelum mengarang karyanya pengarang telah lebih dahulu melihat dan menyerap teks-teks lain baik dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Melalui daya imajinasinya, pengarang tersebut melakukan penyimpangan, maupun transformasi kedalam karya sastra yang baru. Pengkajian terhadap beberapa teks sastra yang diduga memiliki hubungan keterkaitan disebut dengan kajian intertekstual. Kajian intertekstual bertujuan menggali secara maksimal makna-makna yang terkandung dalam sebuah teks. Pengkajian dilakukan dengan menemukan hubungan-hubungan bermakna diantara teks yang lebih dulu terbit (hipogram) dengan teks yang terbit sesudahnya (transformasi). Ketertarikan peneliti menjadikan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan novel Rinai Kabut Singgalang sebagai subjek penelitian dikarenakan kedua novel memiliki beberapa persamaan. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang terbit pada tahun 1938 diduga merupakan bentuk hipogram yang mempengaruhi lahirnya novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan pada tahun 2011. Oleh karena itu, peneliti menggunakan kajian intertekstual untuk mengkaji lebih dalam dengan tujuan menemukan persamaan dan perbedaan, hubungan intertekstual dan muatan kritik sosial yang terdapat dalam kedua novel tersebut. Secara umum penelitian yang disajikan penulis relevan dengan penelitian Dayang Atika Kurniawati mahasiswa FKIP UNTAN Pontianak, prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan judul Kajian

7 Intertekstual Novel Surat Kecil untuk Tuhan dan Novel Air Mata Surga. Persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan yang peneliti lakukan yaitu terdapat perbedaan dalam fokus penelitian. Penelitian yang peneliti lakukan merumuskan fokus penelitian pada persamaan dan perbedaan struktur intrinsik yang terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan amanat, kemudian hubungan antar struktur dan muatan kritik sosial. Penelitian sebelumnya merumuskan fokus penelitian, berupa persamaan dan perbedaan karakter tokoh, alur, dan latar dalam kedua novel. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu samasama menggunakan metode deskriptif, dengan bentuk penelitian kualitatif, dan sama-sama mengkaji dua buah novel dengan menggunakan pendekatan intertekstual. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan judul dalam penelitian ini mengenai intertekstual dan muatan kritik sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan. Kajian intertekstual merupakan suatu telaah atau analisis ilmiah terhadap teks kesusasteraan yang dianggap mempunyai keterkaitan atau hubungan tertentu dengan tujuan memberikan makna secara menyeluruh terhadap karya sastra tersebut. Pemillihan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan dikarenakan kedua novel tersebut memiliki persamaan dalam pemusatan ide ceritanya. Meskipun terpaut zaman yang begitu jauh, novel

8 Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang terbit pertama kali pada tahun 1939 diduga merupakan bentuk hipogram yang mempengaruhi Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan yang terbit pertama kali pada tahun 2011. Penelitian ini apabila diterapkan melalui pembelajaran di sekolah, maka terdapat standar isi yang sesuai yaitu pada silabus tingkat SMA kelas XI semester 1 dengan kompetensi dasar yaitu: membaca, dan standar kompetensi: 7. memahami berbagai bentuk hikayat, novel Indonesia dan terjemahan. standar kompetensi: 7.1 menganalisis unsur unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia dan terjemahan. Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dan novel Rinai Kabut Singgalang dapat menjadi bahan ajar dengan indikator pencapaian, yaitu: (1) siswa dapat memahami unsur instrinsik; (2) siswa dapat menganalisis unsur-unsur instrinsik (tema, penokohan, alur, latar, dan amanat) dalam novel Indonesia. Relevansi penelitian ini dalam dunia pendidikan mengarah pada tiga dasar bagian pembelajaran yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Novel dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di sekolah yang dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. B. Fokus Penelitian Sesuai latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan fokus umum dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah intertekstual dan muatan kritik sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad

9 Subhan?. Fokus tersebut diuraikan menjadi subfokus penelitian, sebagai berikut : 1. Bagaimana persamaan dan perbedaan struktur intrinsik dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah dengan novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan? 2. Bagaimana hubungan intertekstual dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah terhadap novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan? 3. Bagaimana muatan kritik sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan intertekstual dan muatan kritik sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan. Tujuan khusus penelitian untuk mendeskripsikan : 1. Persamaan dan perbedaan struktur intrinsik dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah dengan novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan. 2. Hubungan intertekstual dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah terhadap novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan.

10 3. Muatan kritik sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengkajian sastra khususnya novel melalui pendekatan intertekstual, dan dapat memperkaya perkembangan keilmuan sastra maupun terhadap apresiasi karya sastra. 2. Manfaat Praktis Maanfaat praktis penelitian ini diharapkan beguna bagi : a. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkarya wawasan pada bidang sastra dan menambah khasanah penelitian sastra Indonesia. b. Guru Sebagai referensi pembelajaran disekolah pada materi memahami berbagai bentuk hikayat, novel Indonesia dan terjemahan. maupun menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel. c. Pembaca Melalui penelitian ini diharapkan pembaca bisa mengapresiasi dan memahami persamaan dan hubungan dalam novel Tenggelamnya Kapal

11 Van Der Wijck karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan. d. Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia sebagai bahan bacaan atau referensi untuk memahami kajian intertekstual. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk menemukan jawaban dari masalah yang dirumuskan untuk mencapai tujuan penelitian. Sebelum diuraikan mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian variabel dalam suatu penelitian. Sugiyono (2013: 61) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel tidak pernah lepas dari suatu penelitian, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu hanya digunakan satu variabel. Variabel dalam penelitian ini adalah intertekstual dan muatan kritik sosial. Aspek variabel penelitian yaitu menentukan persamaan dan perbedaan struktur intrinsik dua buah novel yang berupa tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, amanat, dan muatan kritik sosial serta menentukan hipogram dan transformasi untuk mengetahui hubungan intertekstual dari novel Tengelamnya Kapal Van Der Wijck

12 karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah terhadap novel Rinai Kabut Singgalang karya Muhammad Subhan. 2. Definisi operasional Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan beberapa istilah, maka dalam penelitian ini dijabarkan tentang beberapa definisi yang masih berhubungan dengan aspek yang diteliti. Definisi operasional merupakan penjabaran batasan aspek yang diteliti berupa indikator-indikator penelitian. Dalam penelitian ini definisi operasional yang digunakan yaitu : a. Intertekstual Intertekstual merupakan pengkajian teks kesusastraan melalui perbandingan karya sastra yang terbit lebih dahulu dengan karya sastra yang terbit sesudahnya yang diduga mempunyai hubungan. b. Kritik sosial Kritik sosial merupakan sindiran maupun tanggapan pengarang untuk menyampaikan ketidakpuasannya terhadap sendi-sendi kehidupan. c. Struktur intrinsik Struktur atau unsur intrinsik merupakan unsur pembangun yang berasal dari karya sastra itu sendiri. d. Tema Tema merupakan gagasan dasar atau ide pokok yang mendasari terciptanya suatu karya sastra. e. Penokohan Penokohan merupakan pelaku cerita dan perwatakannya.

13 f. Alur Alur merupakan urutan atau rangkaian kejadian dan peristiwa dalam suatu karya fiksi. g. Latar Latar merupakan keseluruhan lingkungan cerita dan peristiwa dalam suatu karya fiksi baik itu lingkungan tempat, waktu, sosial maupun segala sesuatu yang menjadi latar belakang terjadinya peristiwa h. Sudut pandang Sudut pandang merupakan posisi di mana pengarang menuliskan ceritanya. i. Amanat Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. j. Hipogram Hipogram merupakan karya sastra yang terbit lebih dahulu yang merupakan landasan bagi pengarang untuk menulis suatu karya sastra yang baru. k. Transformasi Transformasi merupakan perubahan bentuk karya sastra yang baru dari karya yang terbit sebelumnya.