AGROFORESTRI KOMPLEKS DI BANTAENG, SULAWESI SELATAN: PENTINGNYA PERAN PETANI SEBAGAI AGEN PENYANGGA KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN DIENDA C.P. HENDRAWAN, DEGI HARJA, SUBEKTI RAHAYU, BETHA LUSIANA, SONYA DEWI SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI 2015 UNIVERSITAS PADJAJARAN, JATINANGOR, 19 NOVEMBER 2015
LATAR BELAKANG Sistem agroforestri dianggap mampu menjalankan sebagian fungsi ekologi hutan Keanekaragaman tumbuhan merupakan komponen penting dalam aspek ketahanan pangan, perubahan iklim, dan jasa lingkungan lainnya Dalam dunia pertanian, sistem agroforestri memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap keanekaragaman hayati tumbuhan
TUJUAN Menentukan persentase pengaruh intervensi petani dalam mempertahankan keanekaragaman hayati tumbuhan di lahan pertanian
LOKASI PENELITIAN Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan 05 o 21 23 05 o 35 26 LS dan 119 o 51 42 120 o 5 26 BT Ketinggian : 0 1500 mdpl Luas hamparan : 395km 2 Kepadatan populasi: 446 jiwa / km 2
METODE PENELITIAN Wawancara 30 petani Tersebar di seluruh Bantaeng Jumlah lahan yang dimiliki Komoditas yang dimiliki Survey Lahan Dilakukan di seluruh lahan milik setiap petani Analisis vegetasi Dilakukan dengan metode plot Pohon dan tumbuhan yang dimanfaatkan petani Setiap individu pohon dan tumbuhan yang dimanfaatkan petani ditanyakan asal usulnya 40x50 m, Diameter > 10 cm 10x10 m, Diameter 5 10 cm 5x5 m, Tinggi > 2 m, Diameter < 5 cm 2x2 m, Tinggi < 2 m
SISTEM PERTANIAN DI BANTAENG Jumlah petani responden 30 Jumlah plot / lahan 133 Lahan yang disurvey Kisaran lahan yang dimiliki tiap petani 2 11 AF Kompleks AF Sederhana AF Kayu Tumbuhan semusim Kisaran ukuran plot (m 2 ) 150 23000 Kisaran jarak plot (m) 19-7629 AF Kakao AF Jati Sawah AF Jagung AF Sengon Palawija Tipe Penggunaan Lahan Jumlah Lahan Agroforestri kompleks 66 (48%) AF Cengkeh Jagung - palawija Agroforestri sederhana 42 (33%) AF Kopi Pinus - palawija Agroforestri kayu 9 (8%) Tumbuhan semusim 16 (11%) AF Kapuk
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN Tipe Penggunaan Lahan Kisaran Indeks Keanekaragaman Agroforestri kompleks 1-2.8 (1.9) Agroforestri sederhana 0.5-2.7 (1.7) Tumbuhan semusim 0-2 (1.1) Agroforestri kayu 0.6-2 (1.8) Hutan alami 2.3-2.8 (2.5) Keanekaragaman hayati tumbuhan di agroforestri kompleks mampu menyangga keanekaragaman hutan alami lebih baik dibandingkan sistem agroforestri lain
KOMPOSISI TUMBUHAN Q2 Daucus carota Q3 Q Komposisi n spesies 1 Tidak melimpah, di sedikit plot 10 2 Melimpah, di sedikit plot 3 Allium cepa Oryza sativa 3 Melimpah, di banyak plot 13 4 Tidak melimpah, di sedikit plot 89 Zea mays Brassica rapa Tumbuhan pada Q1 merupakan kontributor terbesar keanekaragaman hayati tumbuhan Theobroma Solanum lycopersicum cacao Cinnamommum zeylanicum Ceiba pentandra Coffea arabica Q1 Theobroma cacao Q4 Theobroma cacao, Ceiba pentandra, dan Coffea arabica merupakan komoditas utama di Bantaeng
IDENTITAS TUMBUHAN PADA LAHAN AF Kompleks AF Sederhana 11% 21% 18% 15% 17% 19% 9% 42% 37% 11% Tumbuhan semusim AF Kayu 3% 14% 11% 28% 1% 20% 28% Alami Intervensi manusia 3% 46% 54% 54% 38%
KESIMPULAN Di Bantaeng, 54% tumbuhan di lahan petani hadir karena faktor pengelolaan dan 46% lainnya berasal karena faktor alami Secara indeks, agroforestri mampu menyangga 72% keanekaragaman hayati hutan alami Keanekaragaman hayati tetap dapat dipertahankan dengan sistem pengelolaan agroforestri yang baik, sehingga komoditas yang menguntungkan dari segi ekonomi pun masih dapat dibudidayakan.
DAFTAR PUSTAKA Daniela Guitart, Catherine Pickering, Jason Byrne, Past results and future directions in urban community gardens research, Urban Forestry & Urban Greening, Volume 11, Issue 4, 2012, Pages 364-373, ISSN 1618-8667, http://dx.doi.org/10.1016/j.ufug.2012.06.007. Ordonez JC, Luedeling E, Tata Kindt HL, Harja D, Jamnadass R, van Noordwijk, M. 2014. Constraints and opportunities for tree diversity management along the forest transition curve to achieve multifunctional agriculture. Current Opinion in Environmental Sustainability 6: 54 60. Sthapit B.R., P. Shrestha and M.P. Upadhyay (eds) 2006. On-farm Management of Agricultural Biodiversity in Nepal: Good Practices. NARC/LI-BIRD/Bioversity International, Nepal.