BAB IV MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNGLAMONGAN. kokoh atau kuat. Bahwa dalam membentuk suatu kumpulan perlu adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

BAB III PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID AGUNG LAMONGAN. A. Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Lamongan

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

Jawa Timur secara umum

TUGAS AKHIR (TKA 490) MASJID RAYA JOHOR ARSITEKTUR ISLAM

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

MASJID CHENG HOO SURABAYA

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

BAB III ARSITEKTUR MASJID AGUNG PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT. Masjid merupakan suatu bangunan tempat orang-orang Islam melakukan

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

BAB VI. PENUTUP Kesimpulan

JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

BAB I PENDAHULUAN. oleh situasi politik di wilayah kerajaan-kerajaan yang didatangi (I G.N. Anom,

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

BAB III ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Masjid agung Darussalam Bojonegoro terletak tepat di baratnya alun-alun

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

BAB 4 ANALISIS DATA. melakukan analisis terhadap bentuk arsitektur dan ragam hias masjid. Analisis yang

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

BAB V PENUTUP. 1. Kotinuitas Elemen Pembentuk Ruang

Akulturasi Budaya dalam Makna dan Fungsi di Masjid Agung Sumenep

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

BAB 3 METODE PENELITIAN

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM

BAB IV NILAI-NILAI BUDAYA PADA ARSITEKTUR MASJID ASHABUL KAHFI PERUT BUMI. A. Bentuk-Bentuk Arsitektur Masjid di Dunia Islam

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

JENIS-JENIS KALIGRAFI, MOTIF MOTIF ORNMEN, ORNAMEN MELAYU, ORNMEN ARAB, (LAMPIRAN) DENA LOKASI, PETA, GAMBAR MASJID,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

ARSITEKTUR BYZANTIUM

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance

Kekeliruan-Kekeliruan Umat Islam di Hari Jumat

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

DRAF KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. tatanan kehidupan dan nilai-nilai budaya pada saat itu. Salah satu peninggalan

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

Penyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MASJID MENARA DAN MAKAM SUNAN KUDUS Gambaran Umum Cagar Budaya Kabupaten Kudus

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

BAB II TINJAUAN MASJID BESAR

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (82-98)

Makalah. Di susun guna memenuhi tugas. Dosen Pengampu : Di susun oleh. 1. Yudha arta mukti 2. Wahyu lelana 3. Sekarwati 4. Laily qodryati 5.

Software Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

Perkembangan Arsitektur 1

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

DRAF KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masjid Agung Madani Islamic Center Pasir Pangaraian mulai dibangunan

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB IV ORNAMENTASI MASJID AGUNG PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT. menghiasi, sedangkan dalam bahasa Inggris Ornament berarti perhiasan.

Transkripsi:

BAB IV MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNGLAMONGAN Dari beberapa segi bangunan yang ada dalam masjid diantaranya, Tiang (cagak), mihrab, menara serta atap, memiliki nilai Budaya Islam tersendiri, dimana Tiang empat pada bangunan awal masjid ini mempunyai arti kerukunan, kokoh atau kuat. Bahwa dalam membentuk suatu kumpulan perlu adanya kebersamaan sama halnya pada bangunan tiang tersebut yang saling mendukung untuk bisa menjalin kebersamaan. Mihrab, pada umumnya mihrab berbentuk ruang yang dibatasi dinding, dan ditandai dengan ornamentasi/hiasan yang beragam, yang akan lebih menguatkan kedudukannya sebagai tempat terhormat. Ornamen yang terdapat pada mihrab masjid ini bersifat material kayu yang sudah diukir sedemikian rupa. Mihrab dianggap memiliki dimensi sosial budaya, yang paling bisa ditonjolkan secara visual. Wujud fisik mihrab memiliki peran sebagai media pengungkapan nilai-nilai atau budaya dari individu pelaku atau perancangnya atau merupakan refleksi masyarakat sekitarnya. Mihrab merupakan bagian masjid yang paling bisa memperlihatkan ketinggian derajat suatu kaum, sehingga dihiasi dengan berbagai hiasan dan ornamen kaligrafi yang istimewa, baik bentuk maupun materialnya. Disisi lain, keberadaan mihrab sebagai petunjuk arah kiblat serta point of interest (titik yang paling menarik) di dalam Masjid. Atap yang yang bersusun tiga yang memiliki makna bahwa seseorang yang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya, yaitu harus mempunyai iman, islam dan ihsan. Menara dengan tinggi 53 meter yang

58 dinisbatkan pada usia Nabi ketika hijrah dari Makkah ke Madinah. Hijrah Nabi merupakan perpindahan tempat untuk dakwah Islam. Di Indonesia, masjid-masjid kuno menunjukkan keistimewaan dalam denahnya yang berbentuk persegi empat atau bujur sangkar dengan bagian kaki yang tinggi serta pejal, dengan atap bertumpang tiga, lima bahkan lebih, dikelilingi parit atau kolam air pada bagian depan atau sampingnya dan juga berserambi. Bagian-bagian lain seperti mihrab dengan lengkung pola kalamakara 1, mimbar yang mengingatkan ukir-ukiran pola Mustaka 2 atau memolo 3, jelas menunjukkan pola-pola seni bangunan tradisional yang dikenal di Indonesia sebelum kedatangan Islam. 4 Keberadaan Mustaka pada puncak atap ketiga masjid memberikan simbolisasi bahwa Tuhan sang Pencipta merupakan dzat yang tinggi dan penciptaan seluruh alam serta benda yang ada berada dibawah kreasinya, sehingga ia bersifat eternal atau tidak terikat oleh dzat yang diciptakannya atau tidak terikat oleh waktu, materi, dan ruang karena pada dasarnya beliaulah yang menciptakan hal tesebut. 5 Bentuk masjid yang berada di Jawa dan di Indonesia adalah berbeda dengan bentuk masjid di negara lain. Hal itu disebabkan oleh pengaruh lingkungan terutama tradisi dalam kehidupan masyarakat. Hal itu membuktikan, bahwa tradisi bangsa kita adalah kuat menghadapi pengaruh dari luar. Bentuk Masjid di Indonesia, khususnya di jawa lebih menyerupai candi, sedangkan candi 1 Kalamakara adalah pahatan-pahatan gambar pada dinding Masjid. 2 Mustaka adalah penambahan aksesoris pada atap masjid seperti lambang Lafadz Allah 3 Memolo adalah nama lain dari kubah 4 Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia III (Jakarta: Balai Pustaka 1993), 192-193. 5 Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Penerbit PT Rajagrafindo Persada, 2007), 305.

59 lebih tua dari masjid yang timbul setelah Agama Islam masuk ke Jawa. Tetapi harus diketahui, bahwa pada bentuk candi di Indonesia (Jawa) terdapat banyak perbedaan dengan candi-candi di India, Burma, Thailand dan sebagainnya. Perbedaan tersebut disebabkan adanya tradisi masyarakat setempat yang lebih kuat. 6 Berikut adalah merupakan makna dari beberapa bentuk bangunan secara umum yang terdapat pada Masjid Agung Lamongan yaitu: A. Atap Bentuk Atap pada Masjid Agung Lamongan ini memang dari awal pembangunan hingga sekarang tetap bercungkup tiga. Dari bentuk model atap Masjid Agung Lamongan sendiri memiliki makna yang berarti lambang dari Iman, Islam dan Ihsan. Yang berarti bahwa orang yang beriman wajib untuk menapaki tiga tingkatan dalam keberagamannya. Lambang iman berarti harus percaya kepada Allah, Percaya kepada malaikat-malaikat Allah, percaya kepada Rasul-Rasul Allah, percaya kepada kitab-kitab Allah, percaya kepada hari kiamat serta percaya Qadha dan Qadar. Model Masjid bertingkat tiga oleh orang desa menyebut setiap tingkat Kuil. Tiang utama dari bawah langsung ke atas. Masjid pada masa lampau beratap sirap terutama daerah pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengenai atap yang bertingkat pada masjid ternyata sama seperti bangunan jawa lainnya seperti pada rumah joglo. Rumah joglo pada kenyataannya hanya dimiliki oleh orang-orang yang mampu. Sebab untuk membangun rumah joglo dibutuhkan bahan 6 Ismunandar, Arsitektur Rumah Tradisional Jawa (Semarang: Dahara Prize. 1997),137.

60 bangunan yang lebih banyak dan lebih mahal sehingga rumah semacam joglo ini hanya dimilki oleh orang-orang yang terpandang. Selain itu, ketika rumah joglo ini mendapat kerusakan dan perlu untuk diperbaiki tetapi tidak boleh berubah dari bentuk semula karena ada pengaruh yang kurang baik pada penghuni rumah. 7 Selain itu, Nurcholis Madjid menafsikan bahwa atap pada masjid yang bersusun tiga mempunyai lambang tiga jenjang penghayatan keagamaan manusia yaitu dasar, menengah, dan tingkat akhir (yang maju dan tinggi), yang sejajar dengan jenjang vertikal islam, iman dan ihsan. Selain itu dianggap pula sejajar dengan syariat, thariqat dan ma rifat. 8 B. Kubah Di awal kehadirannya penampilan bagian atap masjid cukup sederhana, datar atau bentuk pelana. Kubah ditambahkan ketika kaum muslimin merasa perlu menempatkan sesuatu yang penting hadir di masjid mereka. Dalam tradisi komunitas muslim seorang khalifah adalah juga pemimpin agama yang sebagaimana posisi Nabi selalu menjadi Imam ketika hadir dalam shalat berjamaah. Dalam tradisi baru komunitas muslim di zaman umayyah, kehadiran khalifah sebagai Imam shalat berjamaah dianggap sebagai sesuatu yang penting. Sehingga tempat kehadirannya perlu diberi tanda yang membedakan degan bagian lain di Masjid tersebut. Kubah yang berada pada Bangunan Masjid Agung Lamongan memiliki arti kekuasaan dan kebesaran Tuhan atau memiliki kekuatan struktur 7 Ibid.,93. 8 amin,islam dan Kebudayaan Jawa, 190.

61 yang besar. Pertama kali mihrab dipasang pada dinding kiblat sebagai tanda pengimaman sampai kemudian menjadi ruangan maksura. Pilihan tanda pembeda untuk atap di tempat penting tersebut jatuh pada bentuk kubah, sebuah bentuk arsitektur bangunan peninggalan Romawi di wilayah Syiria. Maka kubah pun dibubuhkan pada bagian atap di posisi imam berada sedemikian hingga membedakannya dengan bagian atap bangunan lainnya. Kubah memiliki bentuk yang banyak ragamnya. Bangunan kubah didudukkan di atas dinding berbentuk melingkar disangga jajaran pilar-pilar pembentuk konstruksi lingkaran, yaitu berbentuk bawang terpancung. C. Menara Istilah Menara merupakan salah satu bangunan Islam, kata ini berasal dari bahasa Arab Manaroh yang memiliki arti tempat untuk menaruh api atau cahaya di atas. Setelah agama Islam berkembang, fungsi menara menjadi salah satu bagian dari bangunan masjid menara bergeser menjadi tempat untuk menyerukan azan. Fungsi menara, baik pada zaman sebelum Islam maupun pada masa Islam adalah sama, yaitu sebagai tempat untuk memberikan isyarat. Sebelum Islam, sebagai tempat untuk memberikan isyarat kepada par pelaut, sedangkan pada masa Islam sebagai tempat untuk adzan. 9 Kata menara yaitu digunakan untuk mengumandangkan adzan guna menyeru orang (umat Islam) melaksanakan sholat. Menurut sugengharyadi mengatakan dalam pandangan sufi bahwa menaru yaitu suatu bangunan yang 9 Syafwandi, Menara Mesjid Kudus, 36.

62 puncaknya digunakan untuk memancarkan cahaya Allah Swt. 10 Fungsi lain dari menara adalah sebagai tempat untuk berdzikir di malam hari terutama pada bulan Ramadhan. Fungsi dari menara lainnya jika dilihat dari segi estetika adalah sebagai penghias dan pelengkap bangunan Masjid. Namun sebesar apapun angunan Masjid jika tanpa menara belumlah dikatakan sempurna. Jadi menara Masjid memiliki ciri khas tersendiri di dalam arsitektur bangunan Islam. Dalam bangunan Masjid agung Lamongan ini terdapat dua bentuk gaya Menara masjid, pada bangunan pertama dibangunlah menara seperti yang ada pada Masjid Qiblatain madinah, yang sudah ada sejak periode KH. Mastur asnawi karena beliau sudah lama tinggal di Tanah Arab. Dengan adanya pelebaran disisi utara dan timur Masjid akhirnya Menara tersebut setengah bangunannya berada di dalam Masjid. Seiring berjalannya waktu pada masa kepemimpinan KH. Abdul Choiri dibangunlah dua Menara kembar dengan tinggi 53 M yang dinisbatkan pada usia Nabi Muhammad SAW sewaktu melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. Menara kembar ini akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 2014 yang menjadi salah satu cagar budaya dalam masjid hingga sekarang. D. Tiyang Penyangga Pada awal pembangunan masjid ini hanya berukuran 20 m 2,yang diperkokoh dengan empat buah tiang atau soko guru yang berada di tengahtengah. Soko berarti tiang penyangga, sedangkan guru sebagai pedoman atau 10 Chamami, et al.diklat Kuliah Islam dan Kebudayaan Jawa, 129-130.

63 panutan. Soko guru merupakan inti bangunan rumah joglo. Secara filosofis, soko guru mengandung makna simbolis yang melukiskan 4 sumber kehidupan manusia, yaitu air, tanah, api, dan angina. Keempat unsur itu merupakan unsur badaniah yang mempengaruhi hidup manusia. Selain itu, empat unsur tersebut juga bersifat kejiwaan, yakni empat jenis nafsu yang menguasai jiwa manusia. Keempat nafsu itu dilambangkan dalam empat warna, yaitu merah, hitam, kuning, dan putih. (merah=amarah, hitam=nafsu badaniah, kuning=nafsu berkuasa, putih=kesucian). Dari keempat tiang tersebut merupakan bentuk sebagai penyangga dengan bahan kayu jati. Kayu jati tersebut didatangkan langsung dari berbagai daerah, yaitu dari Asembagus, Situbondo dan Demak jawa Tengah. Selain itu, ukiran yang terdapat pada keempat tiang ini merupakan ukiran asli dari Kota Jepara. Namun karena mengalami pelebaran masjid disebelah barat yang sekarang menjadi tempat liwan atau pengimaman akhirnya terdapat tambahan kayu jati sebagai tiyang penyangga yang bentuknya sama persis pada bagunan awal. E. Mihrab Mihrab disebut juga Maqsurah yang berarti bangunan ruang setengah lingkaran yang berfungsi sebagai tempat Imam melaksanakan sholat jama ah, baik sholat jama ah seperti sholat fardhu dan juga sholat Idul Adha, sholat Idul Fitri, dan sebagainya. Mihrab Masjid Agung Lamongan ini berbentuk persegi empat, yang didalamnya serupa dengan bentuk bawang terpancung dengan berdiameter 3 meter dengan tinggi sekitar 5-6 meter, dengan dinding mihrab keseluruhan

64 dilapisi dengan kayu, sehingga dinding tembok tidak nampak sama sekali pada mihrab. Pada mihrab masjid ini terdapat lengkungan yang berukiran kaligrafi Arab. Hal seperti inilah yang memberikan kesan yang agung dan megah pada mihrab majid agung Lamongan. F. Bedug dan kentongan Dalam sebuah Masjid di Jawa, biasanya dilengkapi dengan adanya Bedug dan Kentongan sebagai petanda masuknya waktu sholat yang pada masanya dianggap sebagai sarana yang sangat efektif untuk komunikasi khususnya Muadzin dengan jamaah,.yang ditabuh saat waktu sholat tiba dan menjelang hari raya serta berguna sebagai ekspresi seni ukir yang indah juga seni musik. 11 Adapun yang tampak dari nilai islam dan jawa disini adalah dengan adanya bedug dan kentongan yang mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai pertanda masuknya waktu sholat yang pada masa walisongo dianggap sebagai sarana yang sangat efektif untuk komunikasi. Lain halnya dengan Sunan Kudus yang mempunyai kebiasaan unik terkait dengan bedug ini, yaitu untuk menunggu datangnya bulan Ramadhan. Cara Sunan Kudus untuk mengundang para jamaah ke Masjid adalah dengan Menabuh bedug berulangulang. Setelah jamaah berkumpul di Masjid, Sunan Kudus mengumumkan kapan persisnya hari pertama puasa. Bedug yang terdapat pada Masjid Agung lamongan ini mempunyai tulisan yang terdapat pada palangan kayu dengan tulisan tentang kapan bedug ini dibuat, tulisannya berbunyi Moelai bikin Bedoek hari djoemat 1. Juli. 11 Moh. Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid (Purwokerto: STAIN Press 2005), 85.

65 1932: 26. SP. Dari tulisan tersebut menunjukkan bahwa Bedug tersebut sudah ada pada jaman Hindu atau jaman klasik. G. Gapura Gapura berasal dari bahasa Arab yang berarti Ghafura yang memiliki arti Tempat pengampunan, dimana bisa digambarkan bahwa pintu kematian dapat terbuka kapan saja. sehingga ketika kita membuka pintu ini (Gerbang) umat muslim terpanggil untuk melakukan ibadah serta dapat berdo a di dalam masjid ini. Gapura pada Masjid Agung Lamongan ini berada disebelah timur Masjid menghadap alon-alon yang merupakan bangunan dengan bentuk Gapura China, sampai sekarang bangunan Gapura tetap terlihat kokoh. H. Ragam Hias Dengan diterimanya ajaran Islam sebagai penuntun hidup yang baru di Jawa, lahirlah beberapa ragam hias baru, yaitu kaligrafi dan penggayaan terhadap ragam hias. 12 Hiasan-hiasan yang terdapat pada Masjid Agung ini merupakan sebuah ilustrasi dari cerita-cerita yang terdapat di dalam kitab-kitab agama. Ukiran-ukiran yang terdapat pada dinding dipahat sebagai bas-relief, yaitu pahatan yang menampilkan perbedaan bentuk dan gambar dari permukaan rata disekitarnya. 13 Banyak ragam hias yang dihasilkan atau diperkaya oleh peradaban Islam. Namun, jika dipilah-pilah maka secara garis besar hanya ada beberapa jenis ragam hias Islam. Yaitu: 1. Huruf kaligrafi 12 Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, 33. 13 Meity Taqdir Qodratillah, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011), 452.

66 2. Motif geometris 3. Motif tetumbuhan 4. Motif alam Adapun motif manusia dan hewan apalagi lukisan mengenai Nabi dan Allah tidak boleh atau dihindarkan adanya di dalam Masjid. Karena untuk menghindari dari sikap dan kegiatan kemuyrikan. Namun tidak bisa dipungkiri bahwasannya tiap daerah umumnya memiliki potensi ragam hias tersendiri, dan tidak ada keharusan untuk mencontoh ke tempat lain. Kehadiran ragam hias juga harus diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga suasana kekhidmatan dan kekhusyu an dalam beribadah tidak terganggu. 14 Di dalam masjid agung ini terdapat 44 tiang kayu polos, dan 8 kayu ukir. Yang mana dulunya kayu berukir ini hanyalah lapisan saja pada tahun 1980 an. Disisi lain terdapat juga bentuk lengkungan yang ada pada masjid agung ini, dengan jumlah 54 lengkungan. Juga terdapat 7 buah jam lonceng yang cukup besar dengan berbagai macam bentuk. Dalam bab empat ini, terdapat empat kal dalam perkembngannya yaitu pada awal pembangunan (1908) kedua (1970) pembangunan menara qiblatain, ketiga (1982) pelebaran masjid sebelah timur dan utara, serta penambahan ukirukiran kaligrafi diatas dan disamping kanan kiri mihrab, keempat (2011) pembangunan dua menara kembar yang berada di depan Masjid tepatnya disisi kanan dan kiri Masjid. 14 Wiryoprawiro, Perkembangan Arsitektur Masjid Di Jawa Timur, 170.