HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN KUNJUNGAN ANC DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI PADA IBU NIFAS DI RUANG BERSALIN. Siti Aisyah* dan Elis Fitriani** ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGERTIAN MASA NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Nama Saya Lucia Eirene Tamba, mahasiswa Fakultas Keperawatan

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011). diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015)

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

HUBUNGAN PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI DI RB GRIYA HUSADA NGARAN, POLANHARJO, KLATEN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KELENGKAPAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

PANDUAN RAWAT GABUNG IBU DAN BAYI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015) Husnul Mutoharoh*

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI POLINDES KHARISMA DEPOK CONDONG CATUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan kepuasan pelanggan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk. mendapatkan pelayanan ANC. Pada setiap kunjungan ANC, petugas

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan dan

BAB I PENDAHULUAN. diindonesia merupakan angka tertinggi di bandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas saat ini didunia masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap 1 menit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

ABSTRAK. Nanik Widiawaty

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

BAB I PENDAHULUAN. hamil sehingga dapat membahayakan ibu dan janin jika mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN KUNJUNGAN ANC DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI PADA IBU NIFAS DI RUANG BERSALIN Siti Aisyah* dan Elis Fitriani** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Keterampilan menyusui merupakan keterampilan yang dipelajarai ibu dan bayi. Kurangnya keterampilan ibu dalam menyusui dapat mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi pada bayi. Salah satu penyebab yang mempengaruhi keterampilan menyusui adalah kurangnya informasi yang bisa didapatkan dari kunjungan ANC. Penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh ibu menyusui sebanyak 134 responden, sedangkan sampel 34 responden. Teknik non random sampling dengan metode accidental sampling, instrumen menggunakan checlist dan kuesioner. uji korelasi rank spearman. Hasil penelitian bahwa ibu nifas sebanyak 8 responden (53%) tidak melakukan kunjungan ANC dan 15 responden (44%) tidak mampu dalam keterampilan menyusui. Hasil analisis diperoleh nilai ρ = 0,01 α = 0,05 maka dapat dikatakan ρ < α maka H 0 ditolak dengan tingkat keeratan 79 % (r = 0,788). Artinya ada hubungan antara keteraturan kunjungan ANC dengan keterampilan menyusui pada ibu nifas, maka penyuluhan tentang keterampilan menyusui yang baik dan benar harus diberikan sejak ibu hamil. Kata Kunci : Keteraturan ANC, Nifas, Keterampilan Menyusui PENDAHULUAN Keteraturan dalam antenatal care yang baik akan memberikan pengetahuan tentang ASI eksklusif yang akan berdampak pada pemberian MPASI yang tepat, yaitu setelah bayi berumur 6 bulan. Hal yang mendukung pernyataan tersebut adalah, karena bayi usia 0-6 bulan berada dalam tahap peningkatan dan perkembangan sistem pencernaan. Bayi usia 0-6 bulan memerlukan waktu lebih lama dalam menerima dan mencerna makanan yang akan masuk ke dalam tubuh. Kapasitas alat pencernaan, enzim pencernaan, dan kemampuan metabolisme bayi usia 0-6 bulan belum siap untuk menerima makanan tambahan lain selain ASI. Salah satu masalah dalam menyusui atau dalam pengetahuan tentang menyusui adalah dikarenakan kurang atau salah informasi. Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang (Lulu, 2008). Keteraturan dalam antenatal care yang baik akan memberikan pengetahuan tentang ASI eksklusif yang akan berdampak pada pemberian MPASI yang tepat, yaitu setelah bayi berumur 6 bulan. Hal yang mendukung pernyataan tersebut adalah, karena bayi usia 0-6 bulan berada dalam tahap peningkatan dan 14

perkembangan sistem pencernaan. Bayi usia 0-6 bulan memerlukan waktu lebih lama dalam menerima dan mencerna makanan yang akan masuk ke dalam tubuh. Kapasitas alat pencernaan, enzim pencernaan, dan kemampuan metabolisme bayi usia 0-6 bulan belum siap untuk menerima makanan tambahan lain selain ASI. Salah satu masalah dalam menyusui atau dalam pengetahuan tentang menyusui adalah dikarenakan kurang atau salah informasi. Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang (Dep.Kes RI, 2008). Dampak dari kurangnya keterampilan ibu dalam menyusui dapat mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi pada bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang untuk membangun SDM yang berkualitas. Seperti diketahui ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi enam bulan pertama. Pemeriksaan antenatal memegang peranan yang amat penting untuk dapat mengenal faktor risiko secara dini sehingga dapat dihindari kematian atau penyakit yang tidak perlu terjadi. Pemeriksaan kehamilan secara teratur bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin. Pada masa moderen seperti saat ini, sebagian ibu muda merasa enggan menyusui anak. Sebenarnya, gejala tersebut sudah membudaya sekian lama, terutama di kota-kota besar. Semula, hal itu dilakukan oleh para ibu muda di Eropa dan Amerika pada awal abad ke 20. Tindakan ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit, karena daya tahan tubuhnya lemah (IBI, 2006). TUJUAN PENELITIAN Menganalisis hubungan Antara Keteraturan Kunjungan ANC dengan Keterampilan Menyusui Pada Ibu Nifas di Ruang Bersalin. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Nifas Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang erasal dari bahasa latin yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan Parous berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan Tujuan Asuhan Masa Nifas 1. Memulihkan kesehatan umum penderita a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan b. Mengatasi anemia c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisasi d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah. 2. Mempertahankan kesehatan psikologis 3. Mencegah infeksi dan komplikasi 15

4. Memperlancar pembentukan ASI (Air Susu Ibu) 5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberi perawatan dan dukungan sesuai kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan (partnership) dengan ibu. Selain itu dengan cara (Imbalo, 2007): Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas 1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas 2. Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah 4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana 5. Mengevaluasi bersama klien, asuhan kebidanan yang telah diberikan 6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien 7. Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi 8. Mendukung dan memantau kesehatan emosi, sosial serta memberikan semangat pada ibu 9. Membantu ibu dalam menyusui bayinya 10. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu 11. Sebagai promotor hubungan antar ibu dan bayi serta keluarga 12. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman 13. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua 14. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi 15. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan 16. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman. Konsep Dasar Menyusui dan Laktasi Menyusui adalah keterampilan yang dipelajarai ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi.selama enam bulan. Sedangkan laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. (Tjiptono, 2005). Faktor yang mempengaruhi teknik menyusui Beberapa faktor yang mempengaruhi teknik/keterampilan menyusui pada ibu nifas adalah: 1. Kurangnya informasi yang baik 2. Konsisten mengenai menyusui 3. Kurangnya dorongan dan dukungan 4. Program RS (pemisahan ibu dan bayi) Keuntungan Menyusui untuk Ibu antara lain 1. Menyusui menyebabkan involusi uteri 16

2. Menyusui merupakan perlindungan terhadap kanker ovarium 3. Resiko kanker pramenopause menurun, khususnya jika laktasi pertama terjadi sebelum usia 20 tahun dan berlangungsung selama sekurang-kurangnya 6 bulan 4. Resiko osteoporosis dapat dipastikan lebih kecil bagi wanita yang telah hamil dan menyusui bayi mereka 5. Penundaan ovulasi mendukung pengaturan jarak anak 6. Sekresi prolaktin meningkatkan relaksasi dan prolaktin serta oksitosin meningkatkan kelekatan ibuanak 7. Menurut Ruth Lawrence, memberdayakan seorang wanita untuk melakukan sesuatu yang istimewa untuk bayinya. Hubungan seorang ibu dan bayinya melakukan gerakan menghisap mempertimbangkan sebagai ikatan paling kuat pada manusia 8. Menghilangkan penggunaan kaleng formula, botol susu dan pelapis botol menambah keuntungan dari sisi ekonomi Tanda-tanda bahwa pemberian ASI berjalan dengan baik dan Tandatanda kemungkinan adanya kesulitan Tanda-tanda bahwa pemberian ASI berjalan dengan baik Tanda-tanda kemungkinan adanya kesulitan BODY POSITION (POSISI TUBUH) Ibu santai & nyaman Bahu tegang, condong kearah bayi Badan bayi dekat, menghadap Kepala bayi menyentuh Dagu bayi menyentuh (belakang bayi ditopang) RESPONSE (RESPON) Bayi menyentuh ketika ia lapar (bayi mencari ) Bayi mencari dengan lidah Bayi tenang dan siap pada Tanda-tanda pancaran susu (keluar setelah ada rasa sakit) EMOTIONAL BONDING (IKATAN EMOSI) Pelukan yang mantap dan percaya diri gugup Perhatian terhadap muka dari si ibu Banyak sentuhan belaian dari ibu Badan bayi jauh dari badan ibu Leher bayi berpaling Dagu tidak menyentuh (hanya bahu atau kepala yang ditopang) Tidak ada respon terhadap (tidak ada penelusuran) Bayi tidak berminat untuk menyusu Bayi gelisah atau menangis Bayi menghindar/ter gelincir dari Pelukan tidak mantap dan Tidak ada kontak mata ibu-bayi Sedikit sentuhan atau menggoyang atau mendorong bayi ANATOMY (ANATOMI) Payudara lembek Payudara setelah menyusui bengkak Puting menonjol keluar, memanjang Puting rata atau masuk ke dalam 17

Kulit tampak sehat Payudara tampak membulat sewaktu menyusui Fisura atau kemerahan pada kulit Payudara tampak meregang atau tertarik SUCKLING (MENGHISAP) Mulut terbuka lebar Bibir berputar keluar Lidah berlekuk sekitar Pipi membulat Lebih banyak areola di atas mulut bayi Mengisap pelan dan dalam, diselingi istirahat Dapat melihat atau mendengar tegukannya Mulut tidak terbuka lebar, mengarah ke depan Bibir bawah beputar ke dalam Lidah bayi tidak tampak Pipi tegang dan tertarik kedalam Lebih banyak areola dibawah mulut bayi Dapat mengisap cepat Dapat mendengar kecapan atau klikan TIME (LAMANYA MENGISAP) Bayi melepaskan Ibu melepaskan bayi dari Konsep Dasar Kunjungan Antenatal Care Dalam pelaksaan sehari-hari disebut dengan pemeriksaan antenatal (pengawasan antenatal) yakni pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar Manfaat secara khusus pengawasan antenatal mempunyai tujuan untuk mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan dan kala nifas. Selain itu untuk mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diartikan untuk melakukan rujukan rumah sakit. Untuk evaluasi kedaan dan kemajuan inpartu dipergunakan partograf, menurut WHO sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah dapat dirujuk dari rumah sakit. Disamping itu, adapun manfaat dari perawatan antenatal yaitu memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas dan laktasi, aspek keluarga berencana. Hubungan Antara Keterampilan Menyusui Pada Ibu Nifas Dengan Keteraturan Kunjungan ANC Antenatal Care disebut dengan pemeriksaan antenatal (pengawasan kesehatan) yakni pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Saifudin, 2006). Manfaat secara khusus pengawasan antenatal mempunyai tujuan untuk mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan dan kala nifas. Selain itu untuk mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diartikan untuk melakukan rujukan rumah sakit. Untuk evaluasi kedaan dan kemajuan inpartu dipergunakan partograf, menurut WHO sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah dapat dirujuk dari 18

rumah sakit. Disamping itu, adapun manfaat dari perawatan antenatal yaitu memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas dan laktasi, aspek keluarga berencana (Saifuddin, 2006). Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa keteraturaan kunjungan antenatal secara teratur dapat mempengaruhi teknik menyusui yang benar pada ibu nifas dibandingkan dengan kunjungan antenatal yang tidak rutin. HIPOTESIS Ada hubungan antara keteraturan kunjungan ANC dengan keterampilan menyusui pada ibu nifas di ruang bersalin. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian analitik korelasional. Dengan pendekatan cross sectional. Berdasarkan ada tidaknya perlakuan termasuk jenis expost facto. Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk jenis penelitian survey. Populasi seluruh ibu menyusui di Ruang Bersalin 67 orang. Sampel dengan cara non random sampling dengan menggunakan metode accidental sampling. Analisis statistik uji korelasi rank spearman. HASIL PENELITIAN Hasil uji Korelasi Rank Spearman dari masalah didapatkan r = 0,788 yang artinya keeratan hubungan Keteraturan Kunjungan ANC dengan Keterampilan Menyusui Pada Ibu Nifas adalah cukup kuat dengan arah positif yang artinya semakin teratur kunjungan ANC maka semakin terampil dalam menyusui. Diperoleh nilai ρ = 0,01 dengan tingkat kepercayaan 79 % (α = 0,05) dapat dikatakan ρ < α maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya ada hubungan antara keteraturan kunjungan ANC dengan keterampilan menyusui pada ibu nifas. PEMBAHASAN Keteraturan kunjungan ANC pada ibu nifas di Ruang Bersalin Berdasarkan hasil penelitian dapat diinterpretasikan bahwa dari 34 responden hampir setengahnya 15 responden (44 %) dalam kunjungan ANC kurang lengkap dan faktor terbanyak dipengaruhi oleh faktor pekerjaan yaitu sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 8 responden (53 %) dan faktor terkecil dengan pekerjaan PNS sebanyak 1 responden (7 %). Berdasarkan data diatas kunjungan ANC pada ibu hamil dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah dikarenakan faktor sosial budaya dan sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) yang dalam hal ini adalah faktor pekerjaan yaitu sebagai ibu rumah tangga, dimana ibu rumah tangga tidak mempunyai penghasilan secara mandiri yang harus bergantung pada pendapatan suami sehingga dapat berpengaruh terhadap keteraturan kunjungan ANC yang membutuhkan biaya. Data diatas menunjukkan bahwa keteraturan kunjungan ANC dipengaruhi oleh faktor pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial ekonominya, sehingga perlu dilakuan adanya penyuluhan untuk ibu hamil agar melakukan kunjungan ANC dilakukan minimal 4 kali selama masa kehamilan karena pada masa kehamilan akan diberikan beberapa informasi mengenai masa 19

kehamilan, persalinan, nifas serta perawatan bayi. Sehingga pemeriksaan ANC secara lengkap sangat dibutuhkan. Kunjungan ANC yang lengkap akan mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin dikarenakan dapatnya kelengkapan informasi serta terkontrilnya kondisi ibu dan janin. Keterampilan menyusui pada ibu nifas di Ruang Bersalin Berdasarkan hasil penelitian dapat diinterpretasikan bahwa dari 34 responden hampir setengahnya 15 responden (44 %) dan faktor terbanyak dipengaruhi oleh faktor pekerjaan yaitu sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 10 responden (67 %). Berdasarkan data diatas, keterampilan ibu menyusui dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah kurangnya informasi yang baik, konsisten mengenai menyusui, kurangnya dorongan dan dukungan dan program RS (pemisahan ibu dan bayi). Dan dari hasil penelitian yang didapatkan dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi keterampilan ibu menyusui salah satunya adalah keteraturan kunjungan ANC yang mana data yang didapatkan adalah bahwa seluruh ibu nifas yang tidak terampil adalah tidak melakukan ANC. Dari hal tersebut maka program kedepannya dapat memberikan informasi tentang keteraturan kunjungan ANC agar ibu mendapatkan informasi mengenai keterampilan menyusui yang baik dan benar sehingga kebutuhan ASI dapat terpenuhi yang dalam hal ini adalah faktor pekerjaan yaitu sebagai ibu rumah tangga, dimana ibu rumah tangga tidak mempunyai penghasilan secara mandiri yang harus bergantung pada pendapatan suami sehingga dapat berpengaruh terhadap keteraturan kunjungan ANC yang membutuhkan biaya. Hubungan Keteraturan Kunjungan ANC dengan Keterampilan Menyusui Pada Ibu Nifas di Ruang Bersalin Hasil penelitian bahwa dari 34 responden didapatkan keterampilan menyusui pada ibu nifas dikatakan terampil sebanyak 8 (24 %) sebagian besar di pengaruhi oleh keteraturan ANC lengkap 7 (21 %). Keterampilan menyusui pada ibu nifas dikatakan kurang terampil sebanyak 11 (32 %) sebagian besar di pengaruhi oleh keteraturan ANC kurang lengkap 7 (21 %). Keterampilan menyusui pada ibu nifas dikatakan tidak terampil sebanyak 15 (44 %) sebagian besar di pengaruhi oleh keteraturan ANC tidak ANC 8 (24 %). Sebagian besar keteraturan kunjungan ANC dan keterampilan menyusui dipengaruhi oleh faktor pekerjaan yaitu sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil uji statistik data yang menggunakan uji Korelasi Rank Spearman didapatkan hasil Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank sperman diperoleh nilai ρ = 0,01 dengan tingkat kepercayaan 79 % (α = 0,05) dapat dikatakan ρ < α maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara keteraturan kunjungan ANC dengan keterampilan menyusui pada ibu nifas di ruang bersalin. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa keteraturan kunjungan ANC dipengaruhi oleh pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap sosial 20

ekonominya dimana ibu rumah tangga tidak mempunyai penghasilan secara mandiri yang harus bergantung pada pendapatan suami sehingga dapat berpengaruh terhadap keteraturan kunjungan ANC yang membutuhkan biaya, sehingga perlu dilakuan adanya penyuluhan untuk ibu hamil agar melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali selama masa kehamilan karena pada masa kehamilan akan diberikan beberapa informasi mengenai masa kehamilan, persalinan, nifas serta perawatan bayi. Sehingga pemeriksaan ANC secara lengkap sangat dibutuhkan. Dan pada keterampilan ibu menyusui dapat dipengaruhi oleh keteraturan kunjungan ANC yang mana data yang didapatkan adalah bahwa seluruh ibu nifas yang tidak terampil adalah tidak melakukan ANC. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ada Hubungan Keteraturan Kunjungan ANC dengan Keterampilan Menyusui Pada Ibu Nifas di Ruang Bersalin. Saran Sebagai bidan memberikan sosialisasi keteraturan kunjungan ANC dengan standart minimal 4x salah satu tujuan untuk memberikan keterampilan menyusui yang pada ibu nifas. Diakses tanggal 21 Februari 2010 Depkes RI. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Depkes RI Hanifa, W. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo IBI. (2006). Standar Pelayanan Kebidanan. Cetakan ke III. Jakarta : EGC Imbalo, S.P. (2007). Manajemen Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC Lulu, Vikar. (2008). Manfaat Antenatal Care Bagi Ibu Hamil, Ed V. Jakarta : Rineka Cipta Saifuddin, A. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Tjiptono. (2005). Mutu Pelayanan. Jakarta : Balai Pustaka DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Departemen Kesehatan RI. (2008). Cakupan K1 dan K4. http://www. bankdata. go.id. 21