V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Selo Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah. Desa Tlogolele merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

NO KATALOG :

KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO. Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

Transkripsi:

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20' sampai dengan 108 40' Bujur Timur dan 7 40'20" Lintang Selatan. Wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, sebelah Timur berbatasan dengan Kota Banjar dan Propinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Wilayah Kabupaten Ciamis berkurang dibanding dengan keadaan tahun 2002 yaitu dari 255.910 ha menjadi 244.479 ha. Kabupaten Ciamis terdiri dari 36 kecamatan dan 345 desa/kelurahan. Keadaan alam di Kabupaten Ciamis cukup potensial untuk pertanian dan pendistribusian hasil pertanian karena wilayahnya merupakan jalur tranportasi antar kota maupun antar provinsi. Pada umumnya wilayah Kabupaten Ciamis berupa pegunungan dan dataran tinggi, kecuali di perbatasan dengan Jawa Tengah bagian selatan, serta sebagian wilayah pesisir. Pantai selatan Ciamis bagian timur berupa teluk, diantaranya Teluk Pangandaran, Teluk Parigi, dan Teluk Pananjung. Ciamis berada pada posisi strategis yang dilalui jalan Nasional lintas Jawa Barat-Jawa Tengah dan jalan Provinsi lintas Ciamis-Cirebon-Jawa Tengah. penduduk Kabupaten Ciamis berjumlah 1.586.076 jiwa dengan kepadatan 620 jiwa/km². Berdasarkan proporsi jenis kelamin, penduduk jenis kelamin laki-laki terdiri dari 786.059 jiwa dan perempuan 800.017 jiwa. Usia tidak produktif berjumlah 496.442 jiwa sedangkan usia produktif berjumlah 1.089.634 jiwa. Pada umumnya mata pencaharian Kabupaten Ciamis bagian utara bergerak dibidang pertanian dataran tinggi, bagian timur pertanian sawah dan bagian selatan berupa nelayan. Kecamatan Sukamantri merupakan salah satu kecamatan dari 36 kecamatan yang ada di Kabupaten Ciamis yang memiliki luas 4.790,662 Ha. Secara administratif Kecamatan Sukamantri terdiri dari lima desa, 61 RW dan 56

164 RT. Rincian luas lahan dan pembagian administratif tiap desa di Kecamatan Sukamantri dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pembagian Luas Lahan dan Administratif Setiap Desa di Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No Desa/Kelurahan Luas Lahan Persentase (Ha) (%) RW RT Dusun 1 Sukamantri 820,705 17,13 14 30 7 2 Cibeureum 1.448,695 30,24 16 51 9 3 Sindanglaya 750,035 15,66 13 41 5 4 Mekarwangi 918,414 19,17 9 22 4 5 Tenggeraharja 852,853 17,80 9 20 5 4.790,682 100 61 164 30 Sumber : Kecamatan Sukamantri,2008. Berdasarkan Tabel 9, Desa Cibeureum merupakan desa yang memiliki luas lahan terluas di Kecamatan Sukamantri dengan luas lahan 1.448,695 Ha atau 30,24 persen dari luas keseluruhan kecamatan. Sedangkan Desa Sindanglaya merupakan desa dengan luas lahan paling sedikit dibandingkan desa lainnya di Kecamatan Sukamantri yaitu seluas 750,035 Ha atau 15,66 persen. Desa Sindanglaya merupakan desa paling sedikit luas lahannya di Kecamatan Sukamantri, namun untuk pembudidayaan usahatani ganyong merupakan yang terdepan dibandingkan desa lainnya di Kecamatan Sukamantri karena di desa ini sudah ada sistem semi pabrikasi dalam pengolahan ganyong menjadi tepung ganyong. Berdasarkan geografis letak Kecamatan Sukamantri berada di bagian utara Kabupaten Ciamis dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, sebelah timur dengan Kecamatan Panawangan, sebelah selatan dengan Kecamatan Panjalu dan sebelah barat dengan Kecamatan Panumbangan. Jarak tempuh (orbitasi) dari ibukota Kecamatan Sukamantri dengan pusat pemerintahan Kabupaten Ciamis berjarak 42 Km dan jarak ke pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat berjarak 110 Km. Peta Kecamatan Sukamantri dapat dilihat pada Lampiran 2. Ketinggian wilayah Kecamatan Sukamantri berada pada 729 mdpl dengan suhu berkisar antara 17ºC sampai dengan 21ºC. hari terbanyak dengan 57

curah hujan adalah 30 hari dengan banyaknya curah hujan 2588mm/h. Kecamatan Sukamantri merupakan daerah dataran tinggi dengan bentuk wilayah datar sampai berombak 30 persen, berombak sampai berbukit 40 persen dan berbukit sampai bergunung 30 persen. Pemanfaatan lahan yang ada di Kecamatan Sukamantri didasarkan pada penggunaannya yaitu sebagai permukiman, kebun atau pekarangan, empang atau kolam, lahan pertanian, perkebunan swasta maupun rakyat, pemakaman, perkantoran, dan lainnya yang berkaitan dengan fasilitas umum dan sosial. Penggunaan lahan di Kecamatan Sukamantri dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, pemanfaatan lahan untuk kegiatan agribisnis adalah seluas 2.710,734 Ha atau 56,58 persen dari total luas lahan yang ada di Kecamatan Sukamantri. Selain pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian rakyat, di Kecamatan Sukamantri juga terdapat lahan pertanian milik swasta, baik untuk kepentingan perusahaan maupun lahan percontohan salah satu perguruan tinggi swasta di sekitar Kabupaten Ciamis. Kegiatan agribisnis ini meliputi pertanian sawah, sayuran, umbi-umbian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Luas lahan untuk kepentingan lainnya adalah untuk jalur transportasi, sungai, fasilitas pendidikan, fasilitas umum dan fasilitas sosial seluas 1.919,798 Ha atau 40,07 persen dan sisanya untuk kepentingan pemakaman sebesar 0,22 persen, perkantoran 0,06 persen serta permukiman 3,06 persen. Tabel 10. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No Keterangan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) 1 Permukiman 146,75 3,06 2 Kebun atau pekarangan 1.857,32 38,77 3 Empang atau kolam 41,18 0,86 4 Lahan pertanian 482,24 10,07 5 Perkebunan swasta 30,00 0,63 6 Perkebunan rakyat 300,00 6,26 7 Pemakaman 10,75 0,22 8 Perkantoran 2,65 0,06 9 Lainnya 1.919,80 40,07 4.790,68 100 Sumber : Kecamatan Sukamantri Tahun 2009. 58

Komoditas tanaman pertanian yang dibudidayakan di Kecamatan Sukamantri diantaranya adalah padi, jagung, ketela pohon, ganyong dan lain-lain. Pada umumnya masyarakat Kecamatan Sukamantri yang bermata pencaharian sebagai petani adalah dengan bertani sawah. Tabel 11 menunjukkan penggunaan lahan pertanian tiap komoditas di Kecamatan Sukamantri. Tabel 11. Luas Lahan per Tanaman yang Dibudidayakan Di Kecamatan Sukamantri Tahun 2009. No Jenis Tanaman Luas Lahan (Ha) Persentase (%) Produksi (Ton) 1 Padi 400,00 82,95 11.200 2 Jagung 20,00 4,15 90 3 Ketela pohon 15,00 3,11 200 4 Ganyong 33,00 6,84 594 5 Lain-lain 14,24 2,95 215 482,237 100 12.299 Sumber: Kecamatan Sukamantri Tahun 2009. Berdasarkan Tabel 11 padi merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan oleh para petani yaitu mencapai 82,95 persen dari luas lahan pertanian di Kecamatan Sukamantri. Ganyong saat ini baru dikembangkan di lahan seluas 33 Ha, hal ini disebabkan karena ganyong belum banyak dikembangkan oleh masyarakat dan dinilai hanya sebagai makanan tambahan rumah tangga sehingga pembudidayaannya pun hanya sebagai mata pencaharian sampingan petani. Keberadaan kelompok tani pada kegiatan usahatani merupakan hal yang penting. Kelompok tani ini berupa organisasi informal para petani yang mampu membantu para petani baik dalam penyediaan input produksi maupun dalam hal pemasaran. kelompok tani yang ada di Kecamatan Sukamantri berjumlah 10 kelompok tani. Kelompok tani ini bergerak dalam berbagai bidang, yaitu diantaranya perikanan, peternakan dan tanaman pangan. Di Kecamatan Sukamantri sarana umum seperti sarana pendidikan, agama, kesehatan dan sosial sudah tersedia. Sarana pendidikan telah tersedia mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga tingkat SMA/sederajat. Sedangkan sarana agama adalah tersedianya banyak mushola maupun mesjid sebagai tempat ibadah warga Kecamatan Sukamantri yang 100 persen 59

penduduknya beragama islam. Sarana kesehatan berupa puskesmas dan sarana kesehatan lainnya tersedia di kecamatan ini dan untuk sarana sosial berupa sarana untuk kepentingan kemasyarakatan. 5.2. Kondisi Demografi Lokasi Penelitian Kecamatan Sukamantri yang terdiri dari 61 rukun warga dan 164 rukun tetangga serta terdiri dari 6.515 kepala keluarga memiliki jumlah penduduk (2009) sebanyak 23.975 jiwa. Kecamatan Sukamantri ini terbagi menjadi lima desa. Proporsi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 12.149 jiwa dan perempuan 11.826 jiwa. Rincian jumlah penduduk di Kecamatan Sukamantri tiap desa dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Sukamantri per Desember 2009 No Desa Persentase Total (orang) Laki-Laki Perempuan (%) 1 Sukamantri 2694 2574 5268 21,97 2 Cibeureum 3775 3728 7503 31,30 3 Sindanglaya 2377 2247 4624 19,29 4 Mekarwangi 1992 1977 3969 16,55 5 Tenggerraharja 1311 1300 2612 10,89 12149 11826 23975 100 Sumber : Kecamatan Sukamantri Tahun 2009. Berdasarkan Tabel 12, jumlah penduduk Kecamatan Sukamantri adalah sebanyak 23.975 jiwa dengan proporsi penduduk laki-laki sebanyak 12.149 jiwa atau 50,67 persen dan penduduk perempuan sebanyak 11.826 jiwa atau 49,33 persen dari total keseluruhan jumlah penduduk. Desa Cibeureum yang merupakan desa terluas di Kecamatan Sukamantri memiliki penduduk sebesar 7.503 jiwa atau 31,30 persen. Sedangkan Desa Tenggerraharja merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Sukamantri yaitu sebanyak 2.612 jiwa atau 10,89 persen hal ini disebabkan karena kondisi topografi desa ini yang berbukit. Desa Sindanglaya yang merupakan lokasi penelitian ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 4624 jiwa atau 19,29 persen dengan jumlah petani ganyong 60

sebanyak 51 orang. Desa Sindanglaya ini merupakan desa yang menjadi sentra produksi ganyong karena adanya daya tarik sistem pengolahannya. Penduduk di Kecamatan Sukamantri adalah merupakan asli warga Indonesia, tidak ada warga yang merupakan warga keturunan asing sehingga nuansa kekeluargaan dan sifat gotong royong masih ada. Menurut data buku monografi Kecamatan Sukamantri (2009), kondisi topografi Kecamatan Sukamantri yang berombak hingga berbukit menyebabkan pemerataan permukiman penduduk tidak terlalu padat dan tidak merata yaitu rata-rata hanya berjumlah 5 jiwa tiap Km². Kemajuan suatu daerah tentunya tidak terlepas dari adanya peran serta aktif warganya. Penduduk yang telah memasuki angkatan kerja dan merupakan penduduk produktif adalah salah satu faktor keberhasilan suatu daerah, karena melalui golongan produktif ini mampu menghasilkan pendapatan yang bertujuan untuk kesejahteran dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya yaitu golongan tidak produktif. Rincian golongan tiap usia warga Kecamatan Sukamantri dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pengolongan Usia Penduduk di Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No Usia (tahun) Golongan ( orang ) Persentase (%) 1 0 14 Non produktif 7662 31,96 2 15 64 Produktif 10161 42,38 3 65 Non produktif 6152 25,66 23975 100 Sumber : Kecamatan Sukamantri, 2009 (Diolah). Berdasarkan Tabel 13, jumlah penduduk golongan produktif adalah sebanyak 10.161 orang atau 42,38 persen dari total jumlah penduduk. Penduduk golongan produktif ini yaitu penduduk yang sudah memasuki usia angkatan kerja baik yang bekerja maupun tidak atau belum bekerja. Walaupun penduduk usia di atas 65 tahun dikatakan sebagai penduduk usia non produktif, namun penduduk diusia ini tidak jarang yang masih bekerja. Melalui uji 40% (Forty percent test) dalam Rusli (1995) dikatakan bahwa penduduk untuk Kecamatan Sukamantri 61

penduduknya termasuk golongan usia produktif, hal ini ditunjukkan dalam rumus sebagai berikut : penduduk umur 0 14 tahun Uji 40% = X 100% total penduduk Uji 40% = 7662 0rang 23975 orang X 100% = 31,96 % Pada rumus di atas diperoleh hasil 31,96 persen yaitu hasil ini di bawah 40% ( < 40% ). Artinya jika hasil yang diperoleh di bawah 40 %, maka daerah tersebut penduduknya termasuk golongan usia produktif. Menurut Rusli (1995), untuk beban ketergantungan (Dependency Ratio) penduduk Kecamatan Sukamantri dapat dirumuskan sebagai berikut : DR = penduduk umur (0 14 tahun) + ( > 65 tahun ) penduduk umur ( 15 64 tahun ) X 100% DR = = 136 7662 orang + 6152 orang 10161 orang X 100% Beban ketergantungan atau Dependency Ratio di Kecamatan Sukamantri adalah 136. Hasil DR sebesar 136 menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sebanyak 136 orang penduduk bukan usia produktif. Mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Sukamantri adalah dibidang pertanian, terdiri dari petani, petani penggarap dan buruh tani. Hal ini disebabkan karena kondisi alam di daerah ini sangat cocok untuk kegiatan pertanian, terutama pertanian dataran tinggi. Selain itu, ketersediaan air untuk pertanian pun tersedia yang bersumber dari Gunung Syawal yang mengalir sepanjang tahun. Mata pencaharian pokok warga Kecamatan Sukamantri dapat dilihat pada Tabel 14. 62

Tabel 14 secara jelas menunjukkan jumlah warga Kecamatan Sukamantri yang sudah memiliki pekerjaan dengan rincian pekerjaannya tiap bidang mata pencaharian. Dari berbagai mata pencaharian yang ada di Kecamatan Sukamantri, terlihat bahwa mata pencaharian yang bergerak dibidang pertanian mampu menarik sebesar 52,26 persen dari jumlah warga yang yang bekerja di Kecamatan Sukamantri atau sebanyak 5.130 orang. Mata pencaharian yang memiliki porsi paling sedikit adalah sebagai TKI yaitu berjumlah tiga orang atau sebesar 0,03 persen dari total penduduk yang bekerja Tabel 14. Mata Pencaharian Pokok Warga Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No Jenis Pekerjaan (orang) Persentase (%) 1 Petani 2675 27,25 2 Petani Penggarap 220 2,24 3 Buruh Tani 2235 22,77 4 Pengusaha Sedang/Besar 40 0,41 5 Pengrajin/ Industri Kecil 53 0,54 6 Buruh Bangunan 201 2,05 7 Buruh Perkebunan 75 0,76 8 Pedagang 3058 31,15 9 Jasa Pengangkutan 80 0,81 10 PNS 192 1,96 11 TNI/POLRI 10 0,10 12 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 245 2,50 13 Peternak 730 7,44 14 TKI 3 0,03 Total 9817 100 Sumber : Kecamatan Sukamantri, 2009 (Diolah). Perkembangan teknologi dan semakin berkembangnya sistem transportasi membuat saluran pendistribusian hasil pertanian menjadi lebih mudah walaupun berasal dari pelosok daerah. Namun kendala yang dihadapi adalah buruknya jalur distribusi yaitu jalan di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri yang rusak. Kecamatan Sukamantri pada khususnya atau wilayah Kabupaten Ciamis bagian utara yang kodisi alamnya mendukung untuk kegiatan pertanian membuat suatu rencana dari Pemkab Ciamis untuk menjadikan Ciamis bagian utara sebagai wilayah agropolitan. 63

Jenis pertanian yang paling banyak diusahakan oleh warga Kecamatan Sukamantri adalah jenis pertanian dataran tinggi seperti sayuran. Selain itu, pertanian sawah pun telah banyak diusahakan oleh warga. Kegiatan pertanian yang dilakukan di Kecamatan Sukamantri tidak lepas dari adanya peran Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis yang rutin memberikan penyuluhan kepada petani. Penyuluhan pada usahatani ganyong minimal dilakukan oleh penyuluh per minggu satu kali yaitu setiap hari Rabu. Kepedulian pemeritah daerah terlihat jelas terhadap pertanian yaitu melalui bupati Kabupaten Ciamis menyarankan kepada seluruh warganya untuk menanam segala bentuk tanaman pangan. Kecamatan Sukamantri yang pertaniannya dinilai maju dan kondisi alamnya yang cocok untuk berbagai macam pertanian menjadikan daerah ini sebagai tempat untuk praktikum lapangan bagi mahasiswa maupun untuk penelitian. Mahasiswa yang sering mengadakan praktikum dan penelitian di daerah ini diantaranya adalah dari Universitas Galuh Ciamis, Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Universitas Padjadjaran dan Universitas Jenderal Soedirman. Selain itu, adanya pihak swasta diluar akademisi yang saat ini mulai datang ke daerah tersebut untuk melakukan survey bagi keperluan perusahaan, seperti mencari bahan baku produksi perusahaan. Para petani yang ada di Kecamatan Sukamantri saat ini telah mampu mengembangkan sistem pertaniannya dengan pola semi modern mengikuti tuntutan teknologi budidaya pertanian. Di Desa Sindanglaya khususnya, selain sistem pertaniaanya yang mengarah pada sistem semi modern, pasar komoditasnya pun sudah cukup berkembang. Sistem transportasi sudah tersedia untuk melakukan pendistribusian hasil pertanian, komoditas hasil pertanian beragam dan telah tersedianya sarana fasilitas umum sebagai pasar untuk transaksi jual beli hasil pertanian yang berdekatan dengan pusat pemerintahan kecamatan dan sub terminal angkutan umum. Fasilitas jasa perbankan dan perkreditan untuk pengembangan usahatani telah tersedia di kecamatan ini, hal ini sangat membantu dan mepermudah lalu lintas keuangan di daerah tersebut, yaitu telah tersedianya BRI dan BPR. Pembayaran kredit yang dilakukan oleh petani kepada pihak bank karena dinilai 64

lancar, maka pihak perbankan pun dengan mudahnya untuk meberikan pinjaman diperiode berikutnya. Dalam analisis usahatani dan promosi hasil pertanian beberapa petani sudah memanfaatkan jaringan internet untuk mengetahui perkembangan pasar, hal ini tidak terlepas dari adanya peran serta pemerintah dan masyarakat yang mengerti akan pentingnya informasi yang serba cepat. Sejumlah warga yang berada di daerah ini pada umumnya memiliki rumah permanen yang terbuat dari batu bata dan semen, hal ini membuktikan bahwa warga tersebut walaupun mayoritas bermata pencaharian dibidang pertanian namun bisa menabung dan hidup layak. Mereka pun mampu menyekolahkan anak-anaknya untuk generasi sekarang hingga ke kota untuk melanjutkan pendidikannya hingga jenjang yang lebih tinggi yang belum tersedia di daerah ini. Para warga pada umumnya tidak hanya memiliki satu mata pencaharian sebagai sumber penghasilannya namum memiliki mata pencaharian lain sebagai mata pencaharian sampingan. Misalnya warga yang berprofesi sebagai petani tidak selamanya menghabiskan waktunya di kebun atau sawah, tetapi mereka memiliki pekerjaan lain di luar pertanian jika tidak sedang bekerja di kebun atau sawah dengan berwiraswasta di luar kota maupun menjadi pekerja borongan maupun harian di orang lain. 5.3. Karekteristik Petani Responden Responden dalam penelitian ini adalah petani yang sedang mengusahakan ganyong. Petani responden ini adalah meliputi petani ganyong yang tergabung dalam kelompok tani Harapan Mulya maupun petani bukan anggota kelompok. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi status usaha, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani ganyong, status kepemilikan lahan dan alasan bertani ganyong. Karakteristik responden yang dianggap penting tersebut dipilih karena dianggap mempengaruhi dalam pelaksanaan usahatani ganyong terutama dalam melakukan teknik budidaya yang akan berpengaruh pada produksi petani tersebut. Karakteristik petani responden untuk usahatani ganyong dapat dilihat pada Tabel 15. 65

Tabel 15. Karakteristik Responden Petani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No Karakteristik Responden Petani (orang) Persentase (%) Status Usaha 1 a Utama 0 0 b Sampingan 51 100 Umur (tahun) a 20 1 1,96 2 b 21 40 12 23,53 c 41 50 23 45,10 d 51 15 29,41 Pendidikan 3 a SD/Sederajat 31 60,78 b SMP/Sederajat 15 29,41 c SMA/Sederajat 5 9,80 Pengalaman bertani ganyong (tahun) 4 a 1-5 30 58,82 b 5,1-10 21 41,18 c 10,1 0 0 Luas lahan (Ha) 5 a 0,5 50 98,04 b 0,51-1 1 1,96 c 1,01 0 0 Status kepemilikan lahan 6 a Milik sendiri 43 84,31 b Bukan milik sendiri 8 15,69 Alasan bertani ganyong a Menambah penghasilan 32 68,63 b Adanya motivasi dari kelompok tani 11 21,57 7 c Menambah 4 7,84 wawasan/pengalaman/pengetahuan d Adanya kebijakan Pemprov Jabar 1 1,96 e Memanfaatkan lahan kosong 3 5,88 5.3.1. Status Usaha Responden dalam penelitian ini adalah petani yang menjadikan bertani ganyong sebagai mata pencaharian utama dan sebagai mata pencaharian sampingan. Petani responden tidak ada yang memilih bertani ganyong sebagai mata pencaharian utama. Sebaliknya petani responden secara jumlah keseluruhan yaitu 51 orang atau 100 persen memilih usahatani ganyong sebagai mata pencaharian sampingan untuk menambah penghasilan. Adapun mata pencaharian utama yang dijalankan oleh petani responden diantaranya adalah sebagai petani padi dan wiraswasta. 66

5.3.2. Umur Umur petani responden di daerah penelitian ini mayoritas berusia 41 50 tahun yang berjumlah 23 orang atau 45,10 persen dan hal ini merupakan petani pada usia produktif. Para petani diusia produktif ini membuktikan walaupun bertani ganyong bukan sebagai mata pencaharian utama, tetapi mereka tetap melakukannya. Kondisi ini dikarenakan pada usia produktif tersebut orang-orang memiliki semangat yang tinggi untuk menambah penghasilan karena adanya dorongan kebutuhan yang tinggi. Namun, justru petani umur 20 tahunan hanya ada satu orang yang membudidayakan ganyong. Hal tersebut membuktikan bahwa generasi saat ini di daerah penelitian banyak yang meninggalkan pertanian dan lebih memilih merantau ke kota. Rincian pembagian kelompok umur dari petani responden yaitu petani ganyong yang tergabung dengan kelompok tani dan petani yang tidak bergabung dapat dilihat pada Tabel 16. Pada Tabel 16, petani responden baik petani anggota kelompok maupun bukan anggota kelompok sama-sama menunjukkan bahwa petani berumur 41 50 tahun merupakan umur petani yang mendominasi dalam budidaya ganyong yaitu 51,52 persen untuk petani anggota kelompok dan 33,33 persen untuk petani bukan anggota kelompok. Tabel 16. Penggolongan Umur Petani Responden Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No Anggota Kelompok Bukan Anggota Umur Tani Kelompok Tani Petani Persentase Persentase Persentase (tahun) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 1 20 1 3,03 0 0 1 1,96 1 21-40 9 27,27 3 16,67 12 23,53 3 41-50 17 51,52 6 33,33 23 45,10 4 51 6 18,18 9 50 15 29,41 33 100 18 100 51 100 5.3.3. Pendidikan Tingkat pendidikan yang ada di petani responden akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seluruh petani responden, baik yang bergabung dengan kelompok tani maupun yang tidak bergabung seluruhnya pernah mengikuti pendidikan formal hingga tamat pada tingkat 67

pendidikan tersebut. Namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh petani pada umumnya masih rendah karena faktor fasilitas yang ada saat itu. Petani responden yang membudidayakan ganyong sebagian besar hanya lulusan SD/sederjat dengan jumlah 31 orang atau sebesar 60,78 persen dari seluruh responden. Petani lainnya yang mencapai tingkat pendidikan SMP/sederajat berjumlah 15 orang (29,41%) dan SMA/sederajat berjumlah lima orang (9,80%). Adapun rincian pendidikan yang dimiliki oleh petani anggota kelompok dan petani bukan anggota dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Tingkat Pendidikan Petani Responden Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No 1 2 3 Keteranagn Pendidikan Anggota Kelompok Tani Persentase (orang) (%) Bukan Anggota Kelompok Tani (orang) Persentase (%) (orang) Persentase (%) Tamat SD / sederajat 20 60,61 11 61,11 31 60,78 Tamat SMP/ sederajat 8 24,24 7 38,89 15 29,41 Tamat SMA / sederajat 5 15,15 0 0 5 9,81 33 100 18 100 51 100 Berdasarkan Tabel 17, terlihat jelas bahwa petani responden anggota kelompok maupun bukan anggota tingkat pendidikan yang dimiliki yang mendominasi adalah tamatan SD/sederajat. petani pada anggota kelompok yang tamat SD/sederajat berjumlah 20 orang atau 60,61 persen. Sedangkan pada petani yang bukan anggota berjumlah 11 orang atau mencapai 61,11 persen dari jumlah totalnya. Tingkat pendidikan petani menjadi hal yang penting terutama kaitannya dengan transformasi teknologi. Walaupun mayoritas hanya lulusan SD/sederajat, tetapi petani tersebut sudah melakukan kegiatan usahatani ganyong dengan baik, hal ini dilihat dari keuntungan yang diperoleh. Keberhasilan petani-petani tersebut saat ini tidak terlepas dari peran serta adanya penyuluhan dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis dan bimbingan dari kelompok tani yang ada. 68

5.3.4. Pengalaman Bertani Ganyong Karakteristik ganyong merupakan pertanian tahunan yaitu panen pada usia tujuh sampai delapan bulan. Namun cara budidayanya tidak begitu sulit sehingga di Desa Sindanglaya banyak dibudidayakan. Walaupun cara budidayanya yang tidak sulit bukan berarti tidak memiliki nilai ekonomis, ganyong ini mampu menghasilkan nilai yang dinilai lebih dari cukup sebagai hasil dari mata pencaharian sampingan petani. Pada awalnya ganyong hanya dinilai sebagai tanaman liar yang hasilnya hanya untuk tambahan makanan masyarakat saja, tetapi sekitar tahun 2002 melalui kebijakan Pemprov Jawa Barat untuk mengembangkan ketahanan pangan melalui komoditas lokal maka ganyong mulai dibudidayakan. Sebagian besar (58,82 %) petani responden membudidayakan ganyong sekitar satu sampai lima tahun terakhir. Namun ada juga petani yang sudah membudidayakan ganyong sejak dikeluarkannya kebijakan tersebut atau saat ini sudah di atas lima tahun. Petani yang sudah membudidayakan ganyong 5,1-10 tahun berjumlah 21 orang atau 41,18 persen. Pengalaman bertani ganyong petani responden anggota kelompok dan bukan anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Pengalaman Bertani Ganyong Petani Responden di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No Lama Bertani Ganyong Anggota Kelompok Tani Persentase (orang) (%) Bukan Anggota Kelompok Tani Persentase (orang) (%) (orang) Persentase (%) 1 1-5 tahun 20 60,61 10 55,56 30 58,82 2 5,1-10 tahun 13 39,39 8 44,44 21 41,18 3 10,1 tahun 0 0 0 0 0 0 33 100 18 100 51 100 Berdasarkan Tabel 18 lama bertani ganyong antara satu sampai lima tahun baik petani anggota kelompok maupun petani bukan anggota sama-sama terlihat mayoritas. Pada petani anggota kelompok berjumlah 20 orang (60,61%) dan petani bukan anggota berjumlah 10 orang (55,56%) yang memiliki pengalaman bertani ganyong satu sampai lima tahun. Tidak ada petani responden yang memiliki pengalaman bertani ganyong lebih dari sepuluh tahun. Hal ini 69

dikarenakan ganyong mulai dikenal masyarakat sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomis sejak tahun 2002. Pengalaman bertani ganyong yang semakin lama akan menjadikan petani tersebut lebih memahami karakteristik ganyong yang mereka budidayakan, karena melalui pengalaman tersebut para petani bisa memperoleh sebuah pelajaran atau pengetahuan dari kegiatan usahatani setiap harinya. Jika dirasakan kurang menguntungkan suatu keputusannya, para petani dengan sendirinya melalui pengalaman tersebut bisa memperbaikinya. Selain dari pengalaman bertaninya, biasanya petani tersebut mengetahui pemahaman mengenai budidaya ganyong dari petugas penyuluh dan bimbingan dari kelompk tani. 5.3.5. Luas Lahan Usahatani Ganyong Luas lahan rata-rata usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri adalah seluas 0,20 hektar. Sebagian besar petani responden memiliki luas lahan untuk membudidayakan ganyong adalah di bawah 0,5 Ha yaitu berjumlah 50 orang atau 98,04 persen dan hanya ada satu orang (1,96%) yang memiliki luas lahan 0,51 1 Ha. Luas lahan yang masih relatif sempit yang dimiliki petani untuk budidaya ganyong dikarenakan para petani tersebut hanya membudidayakan ganyong sebagai usaha sampingan, kalaupun memiliki lahan pertanian mereka saat ini lebih memilih untuk sawah dan singkong. penguasaan lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Luas Lahan Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 Anggota Kelompok Bukan Anggota Luas Lahan Tani Kelompok Tani No (Ha) Persentase Persentase Persentase (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 1 0,01-0,25 16 48,48 18 100 34 66,67 2 0,26-0,50 16 48,48 0 0 16 31,37 3 0,51-0,75 1 3,04 0 0 1 1,96 4 0,76-0,99 0 0 0 0 0 0 5 1 0 0 0 0 0 0 33 100 18 100 51 100 70

Tabel 19 menunjukkan penguasaan lahan petani responden masih sangat sempit yaitu berada pada kisaran 0,1 0,25 Ha. Pada petani responden anggota kelompok jumlah petani yang memiliki luas lahan 0,1 0,25 Ha adalah 16 orang sama dengan jumlah petani yang memiliki luas lahan 0,26 0,50 Ha atau mencapai 48,48 persen. Sedangkan pada petani reponden yang bukan anggota kelompok berjumlah 18 orang (100%) dari jumlah petani bukan anggota tersebut. Kecilnya areal lahan yang dipakai untuk kegiatan budidaya ganyong, para petani pun pada umumnya tidak melakukan tumpangsari atau pola tanam. Tanaman ganyong hanya dibiarkan tumbuh dengan sendirinya karena pemeliharan yang tidak begitu sulit dan bersifat tradisional sehingga jika dilakukan pola tanam menurut petani responden justru akan menambah beban biaya tenaga kerja dan pemeliharaan tanaman tumpangsari. 5.3.6. Status Kepemilikan Lahan petani responden yang memiliki status lahannya sebagai lahan milik sendiri sebanyak 43 orang atau 84,31 persen dari total jumlah responden. Status lahan milik sendiri ini terdiri dari pembelian maupun dari warisan. Sedangkan sisanya sebanyak delapan orang (15,69%) status kepemilikan lahan untuk budidaya ganyong adalah lahan bukan milik sendiri. Status lahan bukan milik sendiri ini diataranya merupakan lahan Perhutani yang dimanfaatkan oleh petani. Status kepemilikan lahan petani responden secara rinci antara petani anggota dan bukan anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan Tabel 20 status kepemilikan lahan yang bersifat milik sendiri sangat mendominasi, baik di petani anggota kelompok maupun di petani bukan anggota kelompok. petani anggota kelompok yang sifat kepemilkan lahannya merupakan lahan sendiri adalah sebanyak 29 orang atau 87,88 persen. Sedangkan pada petani bukan anggota jumlahnya sebanyak 14 orang atau 77,78 persen. 71

Tabel 20. Status Kepemilikan Lahan Petani Responden Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No 1 Keterangan Anggota Kelompok Tani Persentase (orang) (%) Bukan Anggota Kelompok Tani (orang) Persentase (%) (orang) Persentase (%) Bukan milik sendiri Memanfaatkan lahan hutan 4 12,12 4 22,22 8 15,69 a b Sewa 0 0 0 0 0 0 Sub Total 4 12,12 4 22,22 8 15,69 2 Milik sendiri a Milik sendiri 21 63,64 10 55,56 31 60,78 b Warisan 8 24,24 4 22,22 12 23,53 Sub Total 29 87,88 14 77,78 43 84,31 33 100 18 100 51 100 5.3.7. Alasan Bertani Ganyong Petani responden yang memberikan alasan bertani ganyong karena untuk menambah penghasilan merupakan yang paling banyak yaitu 32 orang (68,63%). Saat ini ganyong merupakan komoditas yang sudah memiliki nilai ekonomis, maka walaupun sebagai usaha sampingan petani tetap membudidayakannya sebagai tambahan penghasilan keluarga. Para petani responden ini merasakan hasil dari ganyong sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan ekonominya. Adapun alasan bertani ganyong dari petani responden dapat dilihat pada Tabel 21. Berdasarkan Tabel 21, alasan bertani ganyong karena tujuan untuk menambah penghasilan merupakan alasan yang banyak dipilih petani responden karena hal ini merupakan usaha sampingan. Pada petani anggota kelompok tani, alasan bertani ganyong karena untuk menambah penghasilan dipilih oleh 19 orang (57,58%). Sedangkan di petani bukan anggota sebanyak 13 orang atau sebesar 72,22 persen. 72

Tabel 21. Alasan Bertani Ganyong Petani Responden di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri tahun 2009 No 1 2 3 4 5 Keterangan Menambah penghasilan Adanya motivasi dari kelompok tani Menambah wawasan pengetahuan/pengalaman Adanya kebijakan Pemprov Jabar Memanfaatkan lahan kosong Anggota Kelompok Tani Jml Persentase (org) (%) Bukan Anggota Kelompok Tani Jml Persentase (org) (%) 19 57,58 13 72,22 11 33,33 0 0 2 6,06 2 11,11 1 3,03 0 0 0 0 3 16,67 33 100 18 100 org Persentase (%) 32 62,75 11 21,57 4 7,84 1 1,96 3 5,88 51 100 73