PEMERINTAH KABUPATEN KAIMANA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM

PROVINSI PAPUA BUPATI MIMIKA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 13 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENGEDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELARANGAN PRODUKSI, PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR : 23 TAHUN 2000 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BULUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 6 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 6

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 3

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KEBUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 12 TAHUN 2008 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 6 TAHUN 2012

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN MALINAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN KERAS DAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN `SAMBAS NOMOR : 2 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENERTIBAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELARANGAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

NOMOR : 23 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PELANGGARAN PEREDARAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN BERALKOHOL

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU Dan BUPATI BURU MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembara Negara Nomor

PEMERINTAH KABUPATEN KAIMANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 19 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGATURAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL KOTA BATAM

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MINUMAN KERAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERDAGANGAN MINUMAN BERALKOHOL WALIKOTA DENPASAR,

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 10 TAHUN 2015 RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N K E N D A L NOMOR 22 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN, PENJUALAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 07 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSIIZIN TEMPAT PENJUALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN, PENGEDARAN DAN PENJUALAN, SERTA PERIZINAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI WAROPEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN KUNINGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KAIMANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LARANGAN PEMASUKAN PEYIMPANAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN SERTA MEMPRODUKSI MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN KAIMANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAIMANA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka menciptakan Kaimana sebagai Kabupaten yang tertib, aman dan damai, maka perlu diambil kebijakan pelarangan terhadap semua aktivitas pemasukan, penyimpanan, pengedaran dan penjualan serta memproduksi minuman beralkohol di seluruh wilayah hukum Kabupaten Kaimana; b. bahwa untuk melindungi masyarakat terhadap bahaya penggunaan dan dampak negatif yang ditimbulkan akibat minuman beralkohol, maka dipandang perlu untuk melarang semua aktivitas pemasukan, penyimpanan, pengedaran dan penjualan serta memproduksi minuman beralkohol di Kabupaten Kaimana; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kaimana; : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-Barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2469); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 1

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151); 5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Radja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4245); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol; 2

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah; 15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam Penegakan Peraturan Daerah; 17. Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 15/M-DAG/PER/3/2006 tentang Pengawasan dan Pengendalian Impor, Pengedaran dan Penjualan dan Perizinan Minuman Beralkohol; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAIMANA dan BUPATI KAIMANA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA TENTANG LARANGAN PEMASUKAN PEYIMPANAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN SERTA MEMPRODUKSI MINUMAN BERALKOHOL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kaimana. 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Kaimana. 4. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Bupati Kaimana. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kaimana. 6. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor yang membidangi perdagangan di Kabupaten Kaimana. 3

7. Minuman beralkohol adalah semua jenis minuman yang beralkohol yang mengandung ethanol, yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlenih dahulu atau tidaknambahkan bahan lain, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman dengan ethanol. 8. Industri minuman beralkohol adalah semua jenis usaha yang dilakukan baik oleh perorangan maupun kelompok yang berbadan hukum maupun tidak yang memproduksi minuman beralkohol. 9. Badan usaha adalah perorangan dan/atau badan hukum yang melakukan kegiatan bidang minuman beralkohol termasuk biro iklannya yang berkedudukan di Kaimana. 10. Produksi adalah semua usaha pembuatan jenis minuman beralkohol; 11. Mengoplos adalah mencampur, meramu dan/atau menyeduh bahan-bahan tertentu sehingga menjadi jenis minuman keras. 12. Pengedaran minuman beralkohol adalah penyaluran minuman beralkohol untuk diperdagangkan maupun untuk dikonsumsi. 13. Pengedar adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang mengedarkan, menyediakan dan memperjualbelikan minuman beralkohol. 14. Importir minuman beralkohol adalah perusahaan Importir Terdaftar (IT) pemilik Angka Pengenal Impor Umum (API/U) yang mendapat izin khusus dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mengimpor minuman beralkohol. 15. Distributor adalah perusahaan yang ditunjuk oleh importir minuman beralkohol dan/atau industri minuman beralkohol untuk menyalurkan minuman beralkohol asal impor atau produksi dalam negeri. 16. Sub Distributor adalah perusahaan yang ditunjuk oleh distributor untuk menyalurkan minuman beralkohol di wilayah Kaimana. 17. Pengecer adalah badan usaha atau perorangan yang menjual secara eceran minuman beralkohol khusus dalam kemasan. 18. Penjual Langsung Untuk Diminum adalah badan usaha atau perorangan yang menjual minuman beralkohol untuk diminum di tempat. 19. Hotel, Restoran dan Bar termasuk Pub dan Klab Malam adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di bidang pariwisata. 20. Minuman beralkohol adalah semua jenis minuman beralkohol yang mengandung ethanol tetapi bukan obat, meliputi minuman beralkohol golongan A dengan kadar ethanol (C2H50H) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen), minuman beralkohol golongan B dengan kadar ethanol (C2H50H) lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen), minuman beralkohol golongan C dengan kadar ethanol (C2H50H) lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen). 4

21. Minuman Tradisional adalah minuman yang dihasilkan oleh pengolahan yang berasal dari pohon kelapa, enau atau racikan lainnya seperti sopi, bobo, balo, tuak, saguer atau dengan nama lain. 22. Peminum adalah setiap orang yang meminum minuman beralkohol. 23. Kas Daerah adalah bank pemerintah yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. BAB II KARAKTERISTIK MINUMAN BERALKOHOL YANG DILARANG Pasal 2 (1) Minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H50H) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen). (2) Minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H50H) lebih dari 5% (satu persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen). (3) Minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H50H) lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen). (4) Minuman beralkohol tradisional dengan bama apapun seperti sopi, tuak, balo, saguer dan lain-lain. (5) Minuman dengan campuran/racikan apapun (obat, air kelapa, jenis kimiawi lainnya) di Kaimana. BAB III LARANGAN Pasal 3 (1) Setiap Pengusaha, Pemasok, Pengedar, Penyimpan, Penjual (Importir, Distributor, Sub Distributor, Pengecer) dilarang memasukkan, menyimpan, mengedarkan, menjual minuman beralkohol sebagaimana dimaksud pada Bab II Pasal 2 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5). (2) Setiap orang dilarang : a. Mengkonsumsi minuman beralkohol golongan A, B, C dan minuman beralkohol tradisional; b. Memasuki wilayah Kaimana dan berada dalam kondisi dipengaruhi minuman beralkohol dan/atau jika tindakannya berdampak hukum terhadap ketertiban dan keamanan di Kaimana; c. Membawa minuman beralkohol dalam bentuk kemasan apapun melintasi dan/atau memasuki wilayah Kaimana; d. Memproduksi minuman beralkohol dari pohon kelapa, enau, bobo, air tape dan sejenisnya. 5

BAB IV PENGAWASAN Pasal 4 Dalam rangka efektifitas pengawasan pelarangan minuman beralkohol di wilayah Kaimana, maka Pemerintah Daerah wajib membentuk Tim Pengawas sebagai berikut : a. Tim Pemerintah, terdiri atas Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Kaimana, Kepolisian Resort Kaimana, Aparat TNI dan Aparat Penegak Hukum lainnya. b. Tim Independen, terdiri atas Lembaga Musyawarah Adat Daerah Kaimana, Badan Kerjasama Antar Gereja (BKAG) Daerah Kaimana, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Kaimana, Pemuda Gereja, Remaja Mesjid, Perguruan Tinggi, Pers, LSM peduli alkohol, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) wilayah Kaimana. Pasal 5 (1) Tugas dan fungsi Tim Pengawas Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, sedangkan bentuk pengawasan secara operasional akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. (2) Tugas dan fungsi Tim Independen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b adalah sebagai berikut : a. Bertugas menerima laporan dan mengawasi seluruh aktivitas komponen masyarakat yang patut diduga berkaitan dengan pemasukan, penyimpanan, pengedaran, penjualan, konsumsi minuman beralkohol di wilayah Kaimana. b. Fungsi : 1) Melakukan pemantauan terhadap aktivitas yang diduga berkaitan dengan minuman beralkohol. 2) Melakukan tindakan pengamanan terhadap orang dan/atau kelompok orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan/atau diduga melakukan aktivitas yang berkaitan dengan minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. 3) Melakukan penangkapan sementara apabila pelanggar tertangkap tangan. 4) Melakukan penahanan sementara terhadap pelanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. (3) Fungsi yang diemban oleh Tim Independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, secara hukum akan ditindaklanjuti oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan/atau Penyidik Umum. (4) Bentuk dan susunan Tim Pengawas ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB V PENGANGGARAN Pasal 6 (1) Pemerintah Daerah dan DPRD wajib menyediakan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, guna membiayai : 6

a. Biaya operasional Tim Pengawas Pemerintah, termasuk biaya operasional kegiatan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan/atau Penyidik Umum. b. Biaya upah dan operasional bagi Tim Pengawas Independen. (2) Pengaturan lebih lanjut berkenaan dengan ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB VI PENGECUALIAN Pasal 7 (1) Pengecualian pelarangan minuman beralkohol dilakukan terhadap kegiatan memasukkan, menyimpan dan mengkonsumsi minuman beralkohol sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Keputusan Presiden Repubik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol dan Pasal 11 ayat (1) huruf a dan b Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 15/M-DAG/PER/3/2006 tentang Pengawasan dan Pengendalian Impor, Peredaran dan Penjualan dan Perizinan Minuman Beralkohol. (2) Pengaturan lebih lanjut berkenaan dengan ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB VII KETENTUAN PIDANA Pasal 8 (1) Setiap Pengusaha, Pemasok, Pengedar, Penyimpan, Penjual (Importir, Distributor, Sub Distributor, Pengecer) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dikenakan sanksi sebagai berikut : a. Pemasok diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 5 (lima) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah). b. Penyimpan diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 4 (empat) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah). c. Pengedar dan Penjual diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). d. Pembeli diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 2 (dua) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). (2) Setiap orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol golongan A, B, C dan minuman alkohol tradisional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). (3) Setiap orang yang memasuki wilayah Kaimana yang berada dalam kondisi dipengaruhi minuman beralkohol dan/atau jika tindakannya berdampak hukum 7

terhadap keamanan dan ketertiban di wilayah Kaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). (4) Setiap orang yang membawa minuman beralkohol dalam bentuk kemasan apapun melintasi dan/atau memasuki wilayah Kaimana tanpa izin Kepala Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 20 (dua puluh) hari dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah). (5) Setiap orang yang memproduksi minuman beralkohol dari pohon kelapa, enau, bobo, air tape dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah). (6) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3), (4), dan ayat (5) adalah pelanggaran hukum. (7) Pengenaan pidana dalam Peraturan Daerah ini, tidak menghalangi pengenaan pidana berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Pidana yang berlaku. BAB VIII PENYIDIKAN Pasal 9 (1) Penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang, pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenan dengan tindak pidana; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; 8

h. mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan setalah mendapat petunjuk dari penyidik kepolisian bahwa terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik kepolisian memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum tersangka atau keluarganya; k. mengadakan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyelidikan tindak pidana, menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berwenang melakukan penangkapan dan/atau penahanan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat Berita Acara setiap tindakan tentang : a. pemeriksaan tersangka; b. pemeriksaan rumah; c. penyitaan benda; d. pemeriksaan surat; e. pemeriksaan saksi; f. pemeriksaan di tempat kejadian dan mengirimkannya kepada Pengadilan Negeri melalui Penyidik Umum. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 10 (1) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Daerah ini disahkan, maka semua minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), (2), (3), (4), dan ayat (5) harus dihilangkan/dimusnahkan. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. 9

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kaimana. Ditetapkan di Kaimana pada tanggal 21 Februari 2007 BUPATI KAIMANA, CAP/TTD HASAN ACHMAD Diundangkan di Kaimana pada tanggal 21 Februari 2007 SEKERTARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA CAP/TTD AGUSTINUS JAMLEAN,BA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA TAHUN 2007 NOMOR 03 Untuk Salinan yang sah sesuai dengan aslinya An. SEKERTARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI HARDIN CALVIN OHEE, SH (PLT) PENATA MUDA TK I NIP. 640 029 535 10