Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 10 PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SISWA DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

Fitriani Nur Damayanti 1), Lia Mulyanti 2), Novita Nining Anggraini 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURVEI PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA SMA NEGERI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN HIV PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Penyuluhan/pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

Nisa khoiriah INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

Transkripsi:

Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com ABSTRAK Penelitian Kesehatan reproduksi merupakan unsur yang paling penting dalam kesehatan umum baik wanita maupun pria. Proses reproduksi dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang menjadi tanggung jawab bersama antara pria dan wanita.tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan pendekatan crossectional. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri sebanyak 51 orang. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang berpengetahuan rendah lebih banyak pernah mengalami kesehatan reproduksi yaitu 19 orang (73,1%) dan hasil p-value = 0,008. Sedangkan remaja putri yang bersikap negatif lebih banyak pernah mengalami kesehatan reproduksi yaitu 25 orang (86,2%) dan hasil p-value = 0,000. Serta remaja putri yang memiliki lingkungan kurang baik lebih banyak pernah mengalami kesehatan reproduksi yaitu 21 orang (80,8%) dan hasil p-value = 0,000. Ada pengaruh pengetahuan, sikap dan lingkungan dengan kesehatan reproduksi pada remaja putri. Untuk itu diharapkan kepada remaja putri meningkatkan pengetahuan dan sikap kearah yang positif terhadap kesehatan reproduksi serta mengikuti lingkungan yang baik disekitar remaja putri. Kata Kunci : Kesehatan Reproduksi, Remaja Putri PENDAHULUAN Sepertiga komposisi penduduk Indonesia adalah remaja, sehingga kesehatan reproduksi remaja tetap menjadi salah satu prioritas program kesehatan di Indonesia. Masa remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja seringkali tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan sudah dimulai. Namun yang pasti setiap remaja akan mengalami suatu perubahan baik fisik, emosional maupun sosial (Nisa, 2014). Menurut organisasi Kesehatan dunia WHO terdapat lebih dari separuh penduduk dunia berusia di bawah 25 tahun dan 80 % dari mereka tinggal di Negara berkembang. Penduduk dunia yang berusia antara 10-24 tahun besarnya 30 %, sementara di Indonesia jumlah yang berumur 10-24 tahun mencapai 29,5 % dari total penduduk yaitu 61.925.000 jiwa. Pada tahun 2008, data profil kesehatan Indonesia mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usia 10-19 tahun sekitar 44 juta jiwa atau 21%, yang terdiri dari 50,8% remaja laki-laki dan 49,2% remaja perempuan (Depkes 23

Maya Maulida Fitri, dan Masyudi RI, 2008). Masalah lain yang timbul akibat tidak menjaga kesehatan alat reproduksi adalah menyebabkan timbulnya penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Pada tahun 2013 kasus HIV mencapai 29.037 orang dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 32.711 orang. Sedangkan penderita AIDS pada tahun 2013 sebesar 10.163 orang dan pada tahun 2014 lebih meningkat yaitu sebesar 65. 790 orang. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa jumlah kasus AIDS pada perempuan mencapai 34,4% dan sebagian besar kasus AIDS terjadi pada usia 20-29 tahun. Kelompok usia tersebut masuk dalam usia produktif yang aktif secara seksual karena HIV/AIDS di tularkan melalui hubungan seksual, penggunaan alat suntik dan lain sebagainya (Kemenkes RI, 2014). Hasil sebuah studi menyatakan bahwa lebih dari 500 juta remaja usia 10-14 tahun hidup di Negara berkembang, rata-rata pernah melakukan hubungan suami isteri (intercourse) pertama kali di bawah usia 15 tahun. Data lain menunjukkan bahwa kurang lebih 60% kehamilan yang terjadi pada remaja di negara berkembang adalah tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) serta kurang dari 111 juta kasus infeksi menular seksual diderita oleh kelompok usia di bawah 25 tahun. Sedangkan berdasarkan Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) menunjukkan bahwa sekitar 8% pernah menggunakan narkoba. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di dunia terjadi pada remaja, demikian pula dengan kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS) yang tertinggi adalah remaja, dan remaja putri lebih rentan. Remaja putri yang memiliki kesehatan reproduksi baik akan mendapatkan generasi yang sehat, sehingga menciptakan bangsa kuat (Nisa, 2014) Menurut Khoirun dkk (2015) kesehatan reproduksi remaja banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu pengetahuan dan sikap, sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga, guru, dan teman sebaya, serta sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi. Informasi kesehatan reproduksi dapat juga diperoleh dari penyuluhan-penyuluhan yang diberikan dalam lingkungannya (Nurlena Andalia, dkk., 2017). Kesehatan lingkungan adalah pola pikir keterkaitan terjadinya suatu penyakit/ masalah kesehatan berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan dan kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat (Suyono & Budiman, 2010). Berdasarkan hasil survei yang peneliti lakukan di SMA Negeri 2 Takengon, jumlah siswi kelas X dan XI sebanyak 105 orang. Peneliti melakukan wawancara terhadap 7 orang siswi, 2 orang siswi mengatakan tidak mempunyai permasalahan terhadap kesehatan reproduksinya dan mereka mengerti tentang bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi. Sedangkan 5 orang lainnya mengatakan mereka masih kurang mengetahui tentang bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi seperti membersihkan daerah kemaluan, pemakaian celana dalam, dan air yang baik digunakan untuk membersihkan daerah kemaluan. Kesadaran (sikap) mereka untuk menjaga kesehatan reproduksi juga masih sangat rendah karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan disekitar seperti teman, orang tua dan keluarganya. Alasan lain adalah dari hasil wawancara dengan guru di SMA Negeri 2 Takengon tidak memiliki program kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) seperti tidak adanya penyebaran 24

Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 informasi bagi remaja di sekolah tentang kesehatan reproduksi, tidak adanya training tentang kesehatan dan hak-hak seksual serta reproduksi remaja serta juga tidak adanya seminar, panel diskusi, diskusi kelompok, konseling (tatap muka), radio program, surat kabar, pelayanan medis mengenai kesehatan reproduksi remaja. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas maka, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan pendekatan crossectional yaitu untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X dan XI yang berjumlah 105 orang dengan pengambilan sampel dengan tekhnik proporsional sampling kemudian dilanjutkan dengan simple acak random (acak sederhana), keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dan diberi kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner sesuai dengan variabel penelitian agar diperoleh informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh melalui pencatatan berbagai dokumen dilokasi penelitian yang berkaitan dengan penelitian. Metode analisis data dilakukan melalui analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan distribusi frekuensi karakteristik respondendan proporsi responden berdasarkan variabel yang diteliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Univariat 1. Kesehatan reproduksi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017 No Kesehatan Reproduksi F % 1. Pernah 27 52,9 2. Tidak Pernah 24 47,1 Jumlah 51 100 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 51 responden, dapat dilihat remaja putri yang pernah mengalami masalah kesehatan reproduksi lebih banyak yaitu 27 orang (52,9%) dibandingkan dengan remaja putri yang tidak pernah mengalami masalah kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 24 orang (47,1%). 25

Maya Maulida Fitri, dan Masyudi 2. Pengetahuan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017 No Pengetahuan F % 1. Tinggi 25 49 2. Rendah 26 51 Jumlah 51 100 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 51 responden, dapat dilihat remaja putri yang berpengetahuan rendah lebih banyak yaitu 26 orang (51%) dibandingkan dengan remaja putri yang berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 25 orang (49%). 3. Sikap Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017 No Sikap F % 1. Positif 22 43,1 2. Negatif 29 56,9 Jumlah 51 100 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 51 responden, dapat dilihat remaja putri yang memiliki sikap negatif lebih banyak yaitu 29 orang (56,9%) dibandingkan dengan remaja putri yang bersikap positif yaitu sebanyak 22 orang (43,1%). 4. Lingkungan Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Lingkungan Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017 No Lingkungan F % 1. Baik 25 49 2. Kurang 26 51 Jumlah 51 100 Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 51 responden, dapat dilihat remaja putri yang memiliki lingkungan kurang baik lebih banyak yaitu 26 orang (51%) dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki lingkungan baik yaitu sebanyak 25 orang (49%). 26

Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Analisa Bivariat 1. Pengaruh pengetahuan remaja putri dengan kesehatan reproduksi Tabel 5 Pengaruh Pengetahuan Remaja Putri dengan Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017 Kesehatan Reproduksi No Pengetahuan Pernah Tidak Pernah Total p- F % F % F % value 1. Tinggi 8 32 17 68 25 100 0,008 0,05 2. Rendah 19 73,1 7 26,9 26 100 Jumlah 17 24 51 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 51 responden, 26 remaja putri yang berpengetahuan rendah lebih banyak pernah mengalami kesehatan reproduksi yaitu 19 orang (73,1%) dibandingkan dengan 25 remaja putri yang berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 8 orang (32%). Berdasarkan uji stastistik didapatkan p-value = 0,008, < α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pengetahuan remaja putri dengan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017. 2. Pengaruh sikap remaja putri dengan kesehatan reproduksi Tabel 6. Pengaruh Sikap Remaja Putri dengan Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017 Kesehatan Reproduksi No Sikap Pernah Tidak Pernah Total p- f % F % F % value 1. Positif 2 9,1 20 90,9 22 100 0,000 0,05 2. Negatif 25 86,2 4 13,8 29 100 Jumlah 27 24 51 Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 51 responden yaitu 29 remaja putri yang bersikap negatif lebih banyak pernah mengalami kesehatan reproduksi yaitu 25 orang (86,2%) dibandingkan dengan 22 remaja putri yang bersikap positif yaitu sebanyak 2 orang (9,1%). Berdasarkan uji stastistik didapatkan p-value = 0,000, < α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh sikap remaja putri dengan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017. 27

Maya Maulida Fitri, dan Masyudi 3. Pengaruh sikap remaja putri dengan kesehatan reproduksi 28 Tabel 7. Pengaruh Lingkungan Remaja Putri dengan Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017 Kesehatan Reproduksi No Lingkungan Pernah Tidak Pernah Total p- F % F % F % value 1. Baik 6 24 19 76 25 100 0,000 0,05 2. Kurang 12 80,8 5 19,2 26 100 Jumlah 18 24 51 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari 51 responden, 26 remaja putri yang memiliki lingkungan kurang baik lebih banyak pernah mengalami kesehatan reproduksi yaitu 21 orang (80,8%) dibandingkan dengan 25 remaja putri yang memiliki lingkungan baik yaitu sebanyak 6 orang (24%). Berdasarkan uji stastistik didapatkan p- value = 0,000, < α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh lingkungan remaja putri dengan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017. Pembahasan 1. Pengaruh Pengetahuan Remaja Putri dengan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 51 responden, 26 remaja putri yang berpengetahuan rendah lebih banyak pernah mengalami kesehatan reproduksi yaitu 19 orang (73,1%) dibandingkan dengan 25 remaja putri yang berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 8 orang (32%). Berdasarkan uji stastistik didapatkan p-value = 0,008, < α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pengetahuan remaja putri dengan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingsih (2012) didapatkan hasil penelitian bahwa remaja yang mempunyai pengetahuan tentang pemeliharaan organ reproduksi yang tidaknbaik dan mengalami keputihan sebanyak 52 orang (88,1%), lebih tinggi dari pada responden yang tidak mengalami keputihan sebanyak 7 orang (11,9%). Dari tabel 10 diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik memiliki kecenderungan sama dengan responden yang mengalami keputihan dengan responden yang tidak mengalami keputihan (50,0%) terdapat 29 orang. Hasil uji chi square diperoleh nilai statistik p = 0,000 ( 0,05). Berarti Ha diterima, sehingga ada hubungan antara pengetahuan tentang pemeliharaan alat reproduksi dengan kejadian keputihan pada Siswi kelas X di SMA Negeri 1Wonosari Klaten. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan yang didapatkan remaja putri sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksinya. Pengetahuan bersumber dari informasi yang dapat mempengaruhi remaja untuk menjaga kesehatan reproduksi. Jika sumber informasi yang didapatkan tidak benar maka akan menimbulkan pengetahuan yang tidak benar pada remaja putri. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dengan demikian pengetahuan yang tidak baik akan mempengaruhi remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi. 2. Pengaruh Sikap Remaja Putri dengan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 51 responden yaitu 29 remaja putri yang bersikap negatif lebih banyak pernah mengalami kesehatan reproduksi yaitu 25 orang (86,2%) dibandingkan dengan 22 remaja putri yang bersikap positif yaitu sebanyak 2 orang (9,1%). Berdasarkan uji stastistik didapatkan p-value = 0,000, < α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh sikap remaja putri dengan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingsih (2012) didapatkan hasil penelitian bahwa remaja yang memiliki sikap baik tentang pemeliharaan organ reproduksi dan tidak mengalami keputihan sebanyak 52 orang (89,7%), hal ini cenderung lebih tinggi daripada responden dengan sikap baik dan mengalami keputihan sebanyak 6 orang (10,3%). Remaja yang memiliki sikap tidak baik dan mengalami keputihan sebanyak 30 orang (50,8%) dan sebagian lagi tidak mengalami keputihan sebanyak 29 orang (49,2%). Hasil analisis diperoleh nilai statistik p=0,000 0,05. Berarti Ha diterima, artinya ada hubungan antara sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada Siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setujutidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi (tertutup) (Notoatmodjo, 2010). Menurut Laksmiwati (2011) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi tentang kesehatan reproduksi remaja terdiri dari faktor diluar individu dan faktor didalam individu. Faktor di dalam individu adalah sikap permisif dari individu yang bersangkutan. Peneliti berasumsi bahwa sikap yang baik akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan oleh remaja putri. Sikap merupakan kesadaran remaja putri untuk menjaga kesehatan alat reproduksi. Jika remaja putri memiliki sikap yang negatif terhadap kesehatan alat reproduksi maka remaja putri tidak memiliki kesadaran positif untuk menjaga kesehatan alat reproduksinya. Pada dasarnya pengetahuan remaja putri merupakan faktor stimulus yang dapat mendorong remaja untuk bersikap positif. Oleh karena itu, dengan adanya pengetahuan melalui informasi yang didapatkan remaja putri maka akan mempengaruhi kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksinya. 29

Maya Maulida Fitri, dan Masyudi 3. Pengaruh Lingkungan Remaja Putri dengan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 51 responden, 26 remaja putri yang memiliki lingkungan kurang baik lebih banyak pernah mengalami kesehatan reproduksi yaitu 21 orang (80,8%) dibandingkan dengan 25 remaja putri yang memiliki lingkungan baik yaitu sebanyak 6 orang (24%). Berdasarkan uji stastistik didapatkan p- value = 0,000, < α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh lingkungan remaja putri dengan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Safniati (2016) hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 responden yang lingkungan baik terdapat berperilaku seksualitas tentang kesehatan reproduksi yang kurang sebanyak 22 responden (84,6%). Dibandingkan dari 26 responden yang lingkungan kurang terdapat perilaku seksualitas tentang kesehatan reproduksi yang baik sebanyak 4 orang (31,6%). Sedangkan berdasarkan uji stastistik didapatkan nilai p- value = 0.001 yaitu nilai α = < 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan perilaku seksualitas tentang kesehatan reproduksi di Desa Lamjamee Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata atau abstrak, termasuk manusia lainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara eleman-elemen yang ada di alam (Triwibowo & Erlisya, 2015). Menurut Syafrudindan Diah (2011) lingkungan adalah tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme hidup. Menurut Kristiana (2012) faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja adalah faktor keluarga. Selain melalui teman sumber informasi utama remaja tentang kesehatan reproduksi pada umumnya adalah media massa (cetak dan elektronik). Informasi yang sifatnya mendidik mampu meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, sehingga mereka terhindar dari perilaku tidak sehat kurang memadai. Peneliti berasumsi bahwa lingkungan hidup adalah segala suatu kondisi dan keadaan yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Keadaan lingkungan pada remaja putri akan mempengaruhinya dalam menjaga kesehatan reproduksi. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan organ-organ fisik, emosi dan psikis. Oleh karena itu tindakan dan sikap pada masa remaja akan mempengaruhi oleh lingkungan sekitarnya terutama tentang bagaimana menjaga kesehatan reproduksi. Dengan demikian maka sangat sulit bagi remaja putri ketika beradaptasi terhadap lingkungannya. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kesehatan reproduksi remaja putri di SMA Negeri 2 Takengon sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya. 2. Sikap remaja putri juga sangat mempengaruhi kesehatan reproduksinya di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017. 30

Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 3. Hasil uji statistik pengaruh lingkungan remaja putri dengan kesehatan reproduksi yaitu p-value = 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh lingkungan remaja putri dengan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada siswi untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan sikap kearah yang positif terhadap kesehatan reproduksi serta mengikuti lingkungan yang baik disekitar remaja putri. 2. Diharapkan kepada tempat penelitian yaitu SMA Negeri 2 Takengon agar bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada siswi tentang kesehatan reproduksi. 3. Diharapkan kepada peneliti lain agar bisa menggunakan metodologi atau design penelitian yang lebih mendalam dalam upaya memperkaya referensi dan informasi yang valid mengenai kesehatan reproduksi. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI., 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Diakses 1 Juni 2016. (http:www.depkes.go.id/download/publikasi/profil kesehatanindonesia 2008.pdf). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fitrianingsih, H, R., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pemeliharaan Organ Reproduksi dengan Risiko Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Wonosari Kabupaten Klaten, Jurnal Skripsi. Surakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Khoirun, N, M, Q, dkk., 2015. Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di Pondok Pesantren Sidoarjo Jawa Timur. Jurnal KTI. Surabaya: Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes. Kristiana., 2012. Hubungan Persepsi Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Personal Hygiene pada Siswi Sekolah Menengah Pertama, Jurnal KTI. Yogyakarta: STIKES Aisyiyah Yogyakarta Laksmiwati, I. A. A. 2011. TransformasiSosial Dan Perilaku Reproduksi Remaja, Yogyakarta: UGM Nisa, Q, K.,2014. Pengetahuan Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di Pondok Pesantren, Surabaya. Notoatmodjo, Soekidjo., 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta Nurlena Andalia, Agnes, M. Ridhwan, 2017. Hubungan antara Pengetahuan dengan Persepsi Siswa terhadap Penularan Penyakit AIDS. http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/serambi-ilmu/article/view/233 Safniati. 2016. Determinan Seksualitas pada Remaja Putri di Desa Lamjamee Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh tahun 2016. Banda Aceh: Jurnal Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Ubudiyah Indonesia 31

Maya Maulida Fitri, dan Masyudi Syafrudin & Diah, A, D., 2011. Himpunan Penyuluhan Kesehatan, Jakarta: CV.Trans Info Media Triwibowo, C, Erlisya, P, M., 2015. Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta: Nuha Medika Suyono & Budiman., 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Kedokteran EGC 32