PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG. Disusun untuk Memenuhi. Tugas Mata Kuliah Drainase. Disusun Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
Drainase P e r kotaa n

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III METODE PENELITIAN

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB III LANDASAN TEORI

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Surface Runoff Flow Kuliah -3

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Jembatan adalah suatu konstruksi yang menghubungkan dua bagian jalan

MEMBUAT TANGGUL DAN PENATAAN SISTEM DRAINASE DAPAT MENGURANGI GENANGAN AIRDALAM KOMPLEK PERUMAHAN SUNGAI PAWOH KOTA LANGSA

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

Penggunaan Graf dalam Sistem Drainase Perkotaan untuk Meminimalisasi Masalah Banjir

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Wesli Drainase Perkotaan/Wesli - Edisi Pertama Yogyakarta; Graha Ilmu, 2008 viii hlm, 1 Jil. : 21 cm. ISBN:

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

BAB III METODE ANALISIS

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

IDENTIFIKASI POTENSI BANJIR PADA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) LAMA JALAN RAJAWALI PALANGKA RAYA

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

Penyehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, sehat, aman, produktif dan berkelanjutan melalui

TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN

Air Hujan. Siklus hidrologi

Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo

PROSEDUR DALAM METODA RASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi

Pengendalian Air Hujan di bangunan

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Drainase Lapangan Olahraga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Drainase Sistem Sungai Tenggang 1

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Survey lapangan yang dilakukan bertujuan untuk peninjauan dan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

Transkripsi:

PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Drainase Disusun Oleh: Ramlan Effendi Tanjung Shena Meita Cassandra 21080112130074 Diny Setyanti 21080112130075 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perihal yang menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan kota dapat menimbulkan permasalahan drainase yang kompleks. Dengan semakin kompleksnya permasalahan drainase di perkotaan, maka perencanaan dan pembangunan bangunan air untuk drainase perkotaan menjadi faktor keberhasilan sistem drainase tersebut. Drainase perkotaan melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya melalui permukaan tanah (surface drainage) atau lewat di bawah permukaan tanah (sub surface drainage), untuk dibuang ke sungai, laut, atau danau. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik, maupun air limbah industri. Oleh karena itu, drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendalian banjir kota, dan ilmu disiplin lainnya. Untuk menjamin berfungsinya suatu sistem drainase secara baik maka diperlukan bangunan-bangunan pelengkap di tempat-tempat tertentu. Semua bangunan pelengkap sistem drainase tidak selalu harus ada pada setiap jaringan drainase. Keberadaannya tergantung pada kebutuhan daerah setempat yang biasanya dipengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi lingkungan, dan tuntutan akan kesempurnaan jaringan. Bangunan penunjang sistem drainase antara lain adalah bangunan silang, bangunan pemecah energi, bangunan pengaman erosi, bangunan inlet dan outlet, bangunan pintu air, bangunan rumah pompa, bangunan kolam retensi, bangunan manhole, bangunan instalasi pengolah limbah, dan sebagainya. Dalam makalah ini, akan dijelaskan lebih rinci mengenai bangunan pelengkap sistem drainase jenis bangunan silang, yaitu gorong-gorong. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud pembuatan makalah ini adalah sebagai petunjuk dalam merencanakan bangunan pelengkap gorong-gorong untuk drainase jalan raya sesuai dengan persyaratan teknis yang ada sehingga dapat mencapai suatu keseragaman dalam cara mendesain. 1

BAB II ISI 2.1. Drainase Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu kompleks pemanfaatan tertentu. Sistem drainase perkotaan merupakan ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya yang ada di kawasan kota tersebut. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri & perdagangan, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya, seperti lapangan olah raga, lapangan parkir, instalasi militer, instalasi listrik&telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut/sungai, dan tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota. 2.1.1. Jenis Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya Menurut sejarah terbentuknya, drainase dibagi menjadi dua jenis, yaitu drainase alamiah (natural drainage) dan drainase buatan (artificial drainage). a. Drainase Alamiah (Natural Drainage) Drainase alamiah merupakan drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong, dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. Gambar 2.1. Drainase alamiah pada saluran air 2

b. Drainase Buatan (Artificial Drainage) Drainase buatan adalah drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa, dan sebagainya. Gambar 2.2. Drainase buatan pada saluran air 2.1.2. Jenis Drainase Menurut Letak Bangunan Menurut letak bangunannya, drainase dibagi menjadi dua jenis, yaitu drainase permukaan tanah (surface drainage) dan drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage). a. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage) Drainase permukaan tanah merupakan saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow. b. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage) Drainase bawah permukaan tanah adalah saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (melalui pipapipa), yang dikarenakan alasan-alasan tertentu, seperti tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah, seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain 2.2. Bangunan Penunjang Sistem Drainase Bangunan penunjang sistem drainase merupakan bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menjamin berfungsinya saluran drainase secara baik. Keberadaan bangunan pelengkap 3

ini bergantung pada kebutuhan sistem drainase yang ada yang secara umum dipengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi lingkungan, dan tuntutan akan kesempurnaan jaringan. Bangunan pelengkap setidaknya dibagi menjadi sebelas jenis, yaitu 1) Bangunan silang, misalnya gorong-gorong 2) Bangunanpemecah energi, misalnya bangunan terjunan dan saluran curam 3) Bangunan pengaman erosi, misalnya ground sill atau levelling structur 4) Bangunan inlet, misalnya grill samping/datar 5) Bangunan outlet, misalnya kolam loncat air 6) Bangunan pintu air, misalnya pintu geser dan pintu otomatis 7) Bangunan rumah pompa 8) Bangunan kolam tandon/pengumpul 9) Bangunan lubang kontrol/manhole 10) Bangunan instalasi pengolah limbah 11) Peralatan penunjang, berupa AWLR, ORR, Stasiun meteorologi, detektor kualitas air 12) dan sebagainya 2.3. Fungsi Bangunan Pelengkap Banguan-bangunan pelengkap dalam sistem drainase memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut, memeperlancar surutnya genangan yang mungkin timbul di atas permukaan jalan karena Q hujan dan Q rencana memperlancar arus saluran mengamankan terhadap bahaya degradasi pada dasar saluran mengatur saluran terhadap pasang surut, khususnya di daerah pantai. 2.4. Bangunan Pelengkap Gorong-Gorong Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), di bawah jalan, atau jalan kereta api. Bangunan gorong-gorong biasanya dibuat untuk menghubungkan 4

saluran di kaki bukit secara melintang jalan di bawahnya dan berakhir di sisi bawah dari bangunan penahan tanah yang mendukung struktur jalan tersebut. Gambar 2.3. Gorong-gorong Bangunan gorong-gorong ini dimaksudkan untuk meneruskan aliran air buangan yang melintas di bawah jalan raya. Dalam merencanakan gorong-gorong ini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah pengaliran secara efisien b. kemiringan dasar gorong-gorong dibuat lebih besar dari saluran pembuangannya, dimaksudkan agar dapat menggelontor sedimen c. Keadaan aliran pada gorong-gorong Selain itu, juga perlu untuk memperhatikan kriteria berikut ini Kemiringan gorong-gorong adalah 0,5 % - 2 %. Jarak maksimum antar gorong-gorong pada daerah datar adalah 100 m dan daerah pegunungan adalah 200 m. Diameter minimum adalah 80 cm. Untuk setiap jenis pengendalian, rumus serta faktor yang berlainan harus digunakan. Adapun rumus-rumusnya sebagai berikut : Rumus untuk gorong-gorong kotak yang pendek yang berpengendalian inlet telah diberikan oleh Henderson FM Open Chanel Flow (1996), yaitu 5

Bila kira-kira permukaan air pada bagian masuk tidak akan menyinggung bagian atas dari lubang gorong-gorong oleh karena itu arus menjadi kritis. Oleh karena itu, debit maka debitnya adalah dimana, B = lebar lubang Cb = koefisien yang menyatakan pengaruh lebar penyempitan aliran Apabila tepi vertikalnya dibuat bulat dengan radius 0,1 B atau lebih, maka tidak akan ada penyempitan samping dan Cb = 1. Bila tepi vertikalnya dibiarkan tetap persegi, maka Cb bernilai 0,9. Apabila kira-kira permukaan air akan menyentuh bagian atas lubang gorong-gorong, dan untuk nilai yang lebih besar dari 4, maka tempat masuk goronggorong akan berlalu pintu geser. Hasil eksperimen memperlihatkan bahwa pengaruh kombinasi dari penyempitan vertikal maupun horizontal dapat diutarakan sebagai satu koefisien penyempitan, Cb, di bidang tegak, yang untuk dasar langit-langit yang dibulatkan dan tepi vertikal adalah 0,8, sedangkan untuk tepi persegi adalah 0,6. Debit bisa dihitung berdasarkan asumsi tersebut dengan memakai persamaan : hasilnya akan berada antara 2 debit yang terukur untuk 2.5. Fungsi Gorong-Gorong Fungsi gorong-gorong adalah mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi lainnya. Untuk itu desainnya harus juga mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur supaya gorong gorong 6

dapat berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban lalu lintas dan timbunan tanah. 2.6. Tipe/Jenis Konstruksi Mengingat fungsinya maka gorong-gorong disarankan dibuat dengan tipe konstruksi yang permanen (pipa/kotak beton, pasangan batu, armco) dan desain umur rencana 10 tahun. 2.6.1. Gorong-gorong baja Gorong-gorong baja biasanya menggunakan Corrugated Steel Pipe, kalau diterjemahkan secara bebas berarti Pipa Baja Bergelombang. Gorong gorong baja ini terutama dari jenis Multi Plate Pipe telah menjadi alternative menggantikan jembatan kayu dan box culvert beton, hal ini disebabkan gorong gorong baja memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan penggunaan kayu ataupun beton, di antara keuntungan tersebut antara lain : Harga murah Waktu pengerjaan cepat Instalasi yang mudah, tidak memerlukan tenaga ahli khusus Memiliki umur pakai yang panjang (bisa sampai 25 tahun) Mudah dalam pengangkutan Bisa dipindahkan dari satu titik ke titik lainnya apabila sudah tidak digunakan. Gambar 2.4. Gorong-gorong baja 7

2.6.2. Gorong-gorong PVC Gorong-gorong PVC biasanya digunakan untuk gorong-gorong dengan ukuran kecil. Karena gorong-gorong ini terbuat dari pipa pvc yang ringan dan praktis. Gambar 2.5. Gorong-gorong PVC 2.6.3. Gorong-gorong beton Gorong-gorong beton disebut juga culvert box adalah gorong-gorong cor di pabrik (precast) ataupun dicor ditempat, dimensi tergantung kepada debit air yang akan dialirkan melalui gorong-gorong. Gorong-gorong yang dicor di pabrik dapat utuh dengan bentuk profil bulat atau persegi ataupun trapesium, ataupun modular yang terpisah atas dengan bawah. Gambar 2.6. Gorong-gorong beton 8

2.7. Komposisi Gorong-gorong Bagian utama gorong-gorong terdiri atas pipa, tembok kepala dan apron. a. Pipa : kanal air utama. b. Tembok kepala: Tembok yang menopang ujung dan lereng jalan. Tembok penahan yang dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk menahan bahu dan kemiringan jalan. c. Apron (dasar): Lantai dasar dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur. timbunan. Bentuk gorong-gorong umumnya tergantung pada tempat yang ada dan tingginya 2.8. Penempatan Gorong-gorong Dalam perencanaan jalan, penempatan dan penentuan jumlah gorong-gorong harus diperhatikan terhadap fungsi dan medan setempat. Agar dapat berfungsi dengan baik, maka gorong-gorong ditempatkan pada : a. Lokasi jalan yang memotong aliran air. b. Daerah cekung, tempat air dapat menggenang. c. Tempat kemiringan jalan yang tajam tempat air dapat merusak lereng dan badan jalan. d. Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan jalan minimum 60 cm. Disamping itu juga harus memperhatikan faktor-faktor lain sebagai bahan pertimbangan, yaitu: a. aliran air alamiah b. tempat air masuk c. sudut yang tajam pada hagian pengeluaran (out let) Dengan memperhatikan faktor tersebut maka penempatan gorong-gorong disarankan untuk daerah datar. Disarankan dengan jarak maksimum 300 m. 2.9. Penentuan Dimensi Gorong-gorong Untuk menentukan dimensi gorong-gorong dapat dipakai.rumus sebagai berikut, a = keterangan, a =Luas penampang m 2, Q = Debit (m 3 /dt), dan V = Kecepatan aliran (m/dt) 9

Dimana : Q = C.I.A (Rumus Rasional) V =.. (Rumus Manning) Pendekatan lain untuk menentukan ukuran gorong-gorong dan saluran kecil atau ukuran jembatan yang mempunyai bentang < 12 m (bukaan saluran tidak melebihi 30 m 2 ), dapat menggunakan Rumus Talbot: a = 0,183 r A 3 dimana : a = luas saluran gorong-gorong (m2) r = koefisicn pengaliran A = luas daerah pengaliran (HA) Nilai r memiliki kriteria sebagai berikut, 1 untuk daerah pegunungan 0,75 untuk daerah perbukitan 0,50 untukd aerah bergelombang 0,25 untuk daerah datar Menurut rumus ini, dimensi minimum untuk luas saluran/gorong-gorong adalah 1,13 m2 atau 0,60 cm. Tabel berikut ini akan memberikan luas saluran secara mudah untuk bermacam-macam keadaan medan dan luas daerah pengaliran yang didasarkan pada Rumus Talbot. 10

11

12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), di bawah jalan, atau jalan kereta api. Bangunan gorong-gorong biasanya dibuat untuk menghubungkan saluran di kaki bukit secara melintang jalan di bawahnya dan berakhir di sisi bawah dari bangunan penahan tanah yang mendukung struktur jalan tersebut. Fungsi gorong-gorong adalah mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi lainnya. Tipe gorong-gorong yaitu goronggorong baja, beton, dan pvc. Bentuk gorong-gorong umumnya tergantung pada tempat yang ada dan tingginya timbunan. 13

DAFTAR PUSTAKA DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA,DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA Darmanto,1990,Drainase Perkotaan,Seminar Sehari Hmpunan mahasiswa Teknik sipil Universitas Muhammadiyah Malang Edisono, Sutarto, dkk. 1997. Drainase Perkotaan. Jakarta : Gunadarma Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung : Ide Dharma. 14