Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

dokumen-dokumen yang mirip
Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

XRD ANALYSIS OF Bi-2212 SUPERCONDUCTORS: PREPARED BY THE SELF-FLUX METHOD

PENGARUH DOPAN Pb TERHADAP FRAKSI VOLUME KRISTAL SUPERKONDUKTOR B(P)SCCO-2212

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

THE EFFECT OF Pb DOPANT ON THE VOLUME FRACTION OF BSCCO-2212 SUPERCONDUCTING CRYSTAL

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

OPTIMASI KOMPOSISI MOLAR AWAL OFF-STOIKHIOMETRI PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-2223

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : xnd x )Cu 3 O 10+δ ) M. Sumadiyasa Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana Bali

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

3 Metodologi Penelitian

KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2223 YANG DISINTESIS DENGAN METODE REAKSI PADATAN

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

The DC Electrical Resistivity Curves of Bismuth-2212 Ceramic Superconductors: Evaluation of the Hole-Carrier Concentrations per-cu Ion

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

Bab III Metodologi Penelitian

NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

Bab III Metodologi Penelitian

06 : TRANFORMASI FASA

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

PROSES PEMBUATAN MATERIAL SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN METODA PADATAN

SUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor 2. Teori Superkonduktor 2.1. Pengertian Superkonduktor

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

PENGARUH VARIASI PERLAKUAN DOPING Pb PADA Bi DALAM SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO TERHADAP EFEK MEISSNER DAN SUHU KRITIS

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

ABSTRAK. Kata Kunci: Superkonduktor Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz, wet-mixing, nanopartikel, sintering, ferromagnetik, XRD, TEM, VSM.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

PEMBUATAN BATANG PELET La 2-2X Sr 1+2X Mn 2 O7 SEBAGAI BAHAN PENUMBUH KRISTAL TUNGGAL

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI

Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

PENGARUH DOPAN Pb DAN Sb TERHADAP ENERGI AKTIVASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2212

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

METALURGI Available online at

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Bab 3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup:

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BAHAN MIKROPARTIKEL BERBASIS BSCCO FASA 2223 DI DOPING Sn DAN Pb

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

KARAKTERISASI BAHAN SUPERKONDUKTOR Pb3Sr4Ca3Cu6Ox DENGAN VARIASI SUHU SINTERING MENGGUNAKAN METODE REAKSI PADATAN

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BRIKET ORGANIK TERHADAP TEMPERATUR DAN WAKTU PEMBAKARAN

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR YBa 2 Cu 3 O 7-x DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR-X MENGGUNAKAN CELREF

SINTESIS BAHAN ND 1 (Fe) x Ba 2-x Cu 3 O y DENGAN METODE REAKSI PADATAN (SOLID STATE REACTION)

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BPSCCO/Ag MENGGUNAKAN METODE PADATAN

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

PENGARUH PERUBAHAN SUHU SINTERING PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR Pb 2 Ba 2 Ca 2 Cu 3 O 9

- Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya

3 Metodologi penelitian

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Transkripsi:

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.8, No.2, April 2005, hal 53-60 Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux Indras Marhaendrajaya Laboratorium Fisika Zat Padat Jurusan Fisika FMIPA UNDIP Abstract An experiment has been carried out on formation of BPSCCO-2223 crystals with self-method. Syntheses were conducted with sintering process for 60 and 120 hours and variation melting time of 2, 5 and 10 minutes. Samples with melting time of 5 minutes and sintering 120 hours, has the highest volume fraction of 2223 phase. The critical temperature trend decrease with added sintering time from 60 hours to 120 hours. Recorded SEM pictures show the largest grain size of 20 micron with melting time 2 minutes after sintering time of 120 hours. Abstrak Telah dilakukan sintesis superkonduktor BPSCCO-2223 dengan menggunakan metoda selfflux. Proses sintesis dilengkapi dengan proses sintering selama 60 jam dan 120 jam dan perlakuan proses pelelehan tambahan sebelumnya dengan variasi waktu 2 menit, 5 menit dan 10 menit. Sampel yang diperoleh menunjukkan dengan waktu lelehan 5 menit setelah sintering 120 jam memiliki fraksi volume fase 2223 yang paling besar. Suhu kritis cenderung menurun dengan penambahan watu sintering dari 60 jam menjadi 120 jam. Foto SEM menunjukkan ukuran butir terbesar 20 mikron dengan waktu lelehan 2 menit setelah sintering 120 jam. Pendahuluan jhgjkllj Temperatur kritis pada superkonduktor sistem BSCCO berbeda untuk masing-masing fase, yaitu fase 2201 ( T c 10 K ), fase 2212 ( T c 80 K ) dan fase 2223 ( T c 110 K ). Sampel yang memiliki kemurnian tunggal diperlukan pada kajian tentang sifat intrinsik bahan dan korelasinya dengan struktur yang bersangkutan. Metode TSFZ ( Travelling Solvent Floating Zone ) dapat digunakan untuk menghasilkan kristal tunggal, tetapi membutuhkan biaya yang amat mahal [ 1 ]. Dalam penelitian ini dilakukan eksperimen pembuatan sampel superkonduktor berfase 2223 murni dengan metoda self-flux. Dengan acuan diagram fasa [ 2 ], dapat dirancang sampel superkonduktor. Superkonduktor suhu tinggi pada umumnya meleleh secara inkongruen. Untuk menghasilkan senyawa dengan susunan kimia ( fase ) murni dalam kristal tunggal, proses sintesis yang melibatkan reaksi peritektik harus dihindari. Metoda yang dirancang agar terhindar reaksi peritektik adalah metoda self-flux [ 3 ]. Dasar Teori Metoda self-flux merupakan metoda yang menggunakan kelebihan salah satu atau beberapa unsur pembentuk dari senyawa itu sendiri sebagai fluks. Hasil kristal dari senyawa superkonduktor suhu tinggi yang dapat ditumbuhkan lebih besar dengan menggunakan metoda self-flux dibandingkan dengan menggunakan reaksi padatan. Gaya penggerak pada pertumbuhan kristal adalah pendinginan ( cooling ). 53

Indras Marhaendrajaya Eksperimen Pembentukan T T p d l d s L T e X i X p X f X l X e Gambar 1. Prinsip pertumbuhan kristal dengan metoda self-flux. Dalam kasus ini komposisi off-stoikiometri dengan X f terletak antara X e dan X p dilelehkan, yang selanjutnya didinginkan secara lambat seperti terlihat pada gambar 1. Dengan menggunakan metoda self-flux, kristal dipercepat akibat pelelehan dan nukleasi primer. Daerah kristalisasi primer ditentukan dalam jangkauan antara X p sampai X c dan jangkauan suhu antara T p sampai dengan T e. Jika garis cair dilalui, maka senyawa dengan komposisi X i yang meleleh secara peritektik dipercepat dan memenuhi kaidah tuas ( lever rule ): n( X i ) d s = n( X ) d l l ( 1 ) dengan n(x i ) adalah jumlah mol padatan dengan komposisi X i, n(x l ) adalah jumlah mol padatan dengan komposisi X l, d s adalah jarak X f ke X l, d l adalah jarak X i ke X f, seperti terlihat pada gambar 1. Pada waktu pendinginan, komposisi X l dari cairan berubah, dan ukuran kristal bergantung dari banyak diagram fase yang dilalui. Ukuran kristal terbatas, karena jangkauan pendinginan yang ditentukan dengan diagram fase juga terbatas. Metode Penelitian Penelitian dimulai dari preparasi sampel dengan menimbang bahan yang diperlukan yaitu Bi 2 O 3, PbO, SrCO 3, CaCO 3 dan CuO dengan komposisi Bi 1,6 Pb 0,4 Sr 2 Ca 2,3 Cu 3,3. Berat masingmasing bahan disesuaikan dengan komposisi tersebut. Untuk memperoleh sampel yang lebih homogen, bahan tersebut dicampur dengan cara basah yaitu menggunakan air dan asam nitrat. Selanjutnya larutan dikeringkan dalam tungku dan kemudian sampel digerus dengan menggunakan alat mortar sampai halus. Proses selanjutnya kalsinasi sampel dipanaskan dalam tungku selama 20 jam dengan temperatur 820 C. Untuk meningkatkan reaksi padatan sampel perlu dibuat dalam bentuk pelet, yakni dengan mengepres dengan alat pengepres sehingga dihasilkan diameter sample sekitar 13 mm dan tebal 2,5 mm. Selanjutnya sampel disintering dalam tungku, dengan diagram sintering seperti terlihat pada gambar 2. 54

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.8, No.2, April 2005, hal 53-60 Suhu 870 C 860 C t= 2; 5; 10 FC menit 0 6 6+t 16+t 76+t waktu (jam) Setelah selesai sintering, selanjutnya sampel dikarakterisasi, yang meliputi uji efek Meissner untuk mengetahui sifat superkonduktivitas, pola difraksi sinar-x untuk mengetahui fase-fase yang terbentuk, kurva R-T untuk mengetahui temperatur kritis superkonduktor dan foto SEM untuk mengetahui ukuran butir sampel superkonduktor. Pada waktu sintering dengan lama 60 jam kemudian dilanjutkan penambahan waktu sintering menjadi 120 jam untuk mengetahui pengaruhnya pada karakterisasi tersebut. Hasil dan Pembahasan Untuk mengetahui keberhasilan sampel yang telah dibuat, pertama kali yang dilakukan adalah dengan menguji efek Meissner. Sampel superkonduktor diberi nitrogen cair secukupnya, lalu sepotong magnet kecil diletakkan di atasnya. Pada semua sampel yang telah dibuat memiliki kemampuan mengangkat potongan magnet Gambar 2. Sintering untuk metoda self- flux kecil tersebut, baik dengan waktu sintering 60 jam maupun yang 120 jam semua menunjukkan levitasi yang kuat. Jadi pada sampel superkonduktor tersebut memiliki sifat superkonduktivitas yang baik. Selanjutnya sampel superkonduktor dikarakterisasi dengan X- RD atau difraksi sinar-x, untuk mengetahui fase 2223 yang ada pada sampel. Pola Difraksi Sinar-X Hasil karakterisasi pola difraksi sinar-x ditunjukkan pada gambar 3 dan gambar 4. Perhitungan fase yang terbentuk adalah dengan membandingkan pola hasil eksperimen difraksi sinar_x tersebut dengan pola acuan secara manual untuk masing-masing puncak. Dari gambar tesebut dianalisis fraksi volume untuk fase 2223, fase 2212 dan fase lainnya, yang hasilnya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Fraksi volume dari sampel yang diperoleh dengan metode self-flux Waktu Lelehan Sintering 60 jam Sintering 120 jam F v (2223) F v (2212) lainnya F v (2223) F v (2212) lainnya t 1 = 2 menit 0, 943 0,052 0,005 0,888 0,097 0,016 t 2 = 5 menit 0,920 0,045 0,036 0,953 0,011 0,036 t 3 = 10 menit 0,943 0,037 0,020 0,677 0,055 0,268 55

Indras Marhaendrajaya Eksperimen Pembentukan Gambar 3. Spektrum difraksi sinar-x dari sampel yang diperoleh dengan metoda self-flux, dengan waktu sintering 60 jam. Gambar 4. Spektrum difraksi sinar-x dari sampel yang diperoleh dengan metoda self-flux, dengan waktu sintering 120 jam. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa fraksi volume 2223 mempunyai kecenderungan menurun dengan penambahan waktu sintering dari 60 jam menjadi 120 jam. Pada sintering 60 jam untuk waktu lelehan 2 dan 10 menit terlihat fase 2223 ternyata lebih besar dibandingkan jika diberi tambahan waktu sintering menjadi 120 jam yang justru menurun. Hal ini mungkin disebabkan tempat karakterisasi yang tidak sama antara perlakuan sintering yang 60 jam dengan 120 jam karena keterbatasan karakterisasi. Kurva R-T Untuk mengetahui temperatur kritis dari sampel superkonduktor, dilakukan karaketrisasi R-T dengan metode empat titik. Hasil karakterisasi R-T disajikan pada gambar 5 dan gambar 6 berikut ini. 56

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.8, No.2, April 2005, hal 53-60 Gambar 5. Kurva R-T untuk sampel yang diperoleh dengan sintering 60 jam Gambar 6. Kurva R-T untuk sampel yang diperoleh dengan sintering 120 jam Setelah dilakukan perhitungan dengan paket program Microcal Origin, maka dapat diketahui temperatur kritis untuk masingmasing sampel superkonduktor. Terlihat dari tabel 2, dengan penambahan waktu sintering dari 60 jam menjadi 120 jam menjadikan sampel yang diperoleh dengan metode self-flux suhu kritisnya menjadi menurun Tabel 2. Suhu kritis dari sampel yang diperoleh dengan metode self-flux Waktu Lelehan Sintering 60 jam Sintering 120 jam T c nol T c on set T T c nol T c on set t 1 = 2 menit 93,9 113,9 20,0 96,6 113,7 17,1 t 2 = 5 menit 106,7 114,8 8,1 100,0 113,5 13,5 t 3 = 10 menit 105,5 118,5 13,0 95,3 112,4 17,1 T Perekaman foto SEM Hasil karakterisasi SEM seperti disajikan pada gambar 7, yang memperlihatkan ukuran butir terbesar 20 mikron dari. sampel yang diperoleh dengan waktu lelehan 2 menit yang ditunjukkan dengan tanda panah pada gambar A 57

Indras Marhaendrajaya Eksperimen Pembentukan Waktu lelehan t 1 = 2 menit Sintering 120 jam Waktu lelehan t 1 = 5 menit Sintering 120 jam Waktu lelehan t 1 = 10 menit Sintering 120 jam Gambar 7. Foto SEM dari sampel yang diperoleh dengan metode self-flux Pada gambar 7 di atas terlihat pada gambar A yang memiliki ukuran butir dengan ukuran sekitar 20 mikron yang merupakan dengan butiran yang agak merata dibandingkan dengan gambar B dan C. 58

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.8, No.2, April 2005, hal 53-60 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Fraksi volume 2223 umumnya menurun dengan penambahan waktu sintering dari 60 jam menjadi 120 jam. 2. Dengan penambahan waktu sintering dari 60 jam menjadi 120 jam menjadikan sampel yang diperoleh dengan metode self-flux suhu kritisnya menjadi menurun. 3. Ukuran butir terbesar 20 mikron dari sampel yang diperoleh dengan waktu lelehan 2 menit, waktu sintering 120 jam. Jadi belum membentuk kristal tunggal. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Tjia May On, Ph.D atas penerimaan tempat penelitian di Laboratorium Fismatek, Jurusan Fisika ITB serta atas segala bimbingannya. DAFTAR PUSTAKA [ 1 ] Bourdillon, A. and N.X. Tan Bourdillon, 1994, High Temperature Superconductors: Processing and Science, Academic Press, Inc. [ 2 ] Strobel P., J.C. Toledano, D. Morin, J. Schneck, G. Vacquir, O. Monnereau, J. Primot and T. Fournier, Phase Diagram of The System Bi 1.6 Pb 0.4 Sr 2 CuO 6 - CaCuO 2 Between 825 0 C and 1100 0 C, Physica C 201, ( 1992 ) 27-42. [ 3 ] Suharta W.G., 1997, Pengaruh Fluks B 2 O 3 dan Beberapa Parameter Pemrosesan pada Pembentukan Superkonduktor BPSCCO-2223 Tesis S-2 Jurusan Fisika ITB. [ 4 ] Revcolevschi A. and Jegoudez J., 1997, Growth of Large High-T c Single Crystals by The Floating Zone Method: A Review, Progress in Materials Science Vol. 42, pp. 321-339. 59

Indras Marhaendrajaya Eksperimen Pembentukan 60