KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG Firman Farid Muhsoni, S.Pi., M.Sc 1 Dr. HM. Mahfud Efendy, S.Pi, M.Si 1 1) Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura Bangkalan, Indonesia Email : firmanfaridmuhsoni@gmail.com dan firman_fmm@yahoo.com.sg ABSTRAK Tujuan penelitian ini memetakan kondisi tutupan lahan dan terumbu karang di Pulau Mandangin, serta melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk ekowisata selam di Pulau Mandangin. Metode yang digunakan pemodelan SIG dengan pendekatan model indeks. Pemetaan terumbu karang menggunakan metode Lyzenga. Metode survei karang dengan metode LIT. Luas pulau Mandangin hasil digitasi 134,7 ha, dengan luas lahan sebagai bangunan 57,5 ha (42,6%), lahan terbuka 38,6 ha (28,6%) dan lahan yang ditanami vegetasi 38,7 ha (28,7%). Pemetaan sebaran terumbu karang hasil analisis citra dengan tutupan karang hidup rendah seluas 42,8 Ha dan tutupan karang hidup sangat rendah seluas 53,6 Ha. Hasil survei terumbu karang, tutupan karang hidup 16,5% untuk wilayah barat, 12,2 % untuk wilayah selatan dan 7,8 % untuk wilayah timur. Kesesuaian ekowisata selam untuk wilayah barat, selatan dan timur dengan kategori sesuai bersyarat. Kata Kunci Kesesuaian ekowisata selam, Mandangin, terumbu karang PENDAHULUAN Data Rencana Tata Ruang Wilayah Sampang (2011) menjelaskan bahwa Kabupaten Sampang mempunyai satu satunya pulau disebut Pulau Mandangin atau juga sering dikenal dengan Pulau Kambing. Luas Pulau Mandangin mencapai 1,65 Km 2, dan dari Kabupaten Sampang (Pelabuhan Tanglok) ditempuh selama ± 1,5 jam menggunakan perahu. Pelabuhan Tanglok ini merupakan pelabuhan yang menghubungkan Kecamatan Sampang dengan Pulau Mandangin. Dalam Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten Sampang Pulau Mandangin ditetapkan sebagai kawasan cagar alam laut berupa kawasan perlindungan terumbu karang. Kawasan lindung pada terumbu karang diatasnya boleh dimanfaatkan untuk budidaya perairan laut (rumput laut dan mutiara) dan aktivitas wisata (seperti berenang, snorkelling, diving) selama tidak menganggu kelangsungan hidup dari terumbu karang tersebut. Masalah yang sampai saat ini masih belum terselesaikan dan masih terus bertambah di pulau Mandangin adalah rusaknya terumbu karang akibat penangkapan yang menggunakan alat tangkap yang merusak. Selain itu juga masalah sampah. Dengan padatnya penduduk di Pulau Mandangin ditambah tidak adanya tempat pembuangan akhir sampah dan pengolahan sampah menyebabkan masyarakat membuang sampah dimana saja. Hal ini menyebabkan banyaknya tumpukan sampah dimana-mana yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan pesisir. Sampah ini yang juga menyebabkan pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan memetakan kondisi tutupan lahan dan terumbu karang di Pulau Mandangin, serta melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk ekowisata selam di Pulau Mandangin. MATERI DAN METODE Metode dalam penelitian ini adalah pemodelan Sistem Informasi geografis untuk kesesuaian ekowisata dengan pendekatan model indeks. Suharyadi dan Danoedoro (2004) menjelaskan model indeks adalah penggunaan skor untuk setiap kategori yang berbeda, dapat diterapkan pada SIG vektor maupun raster, Tumpang susun melibatkan proses kalkulasi aritmatik, baik jumlah, pengurangan, perkalian atau pembagian. Pemodelan SIG dengan pemodelan indeks dimana menggunakan bobot dan skor dalam melakukan pemodelan. Kriteria pemodelan dapat dilihat pada tabel 1. 1
Tabel 1. Kriteria Kesesuaian untuk Ekowisata Kriteria Kesesuaian untuk Ekowisata Selam No Parameter Bobot Sesuai Skor Sesuai Skor Tidak sesuai Skor Bersyarat 1 Jenis ikan karang (sp) 5 >75 3 20-75 2 <20 1 2 Kecerahan perairan (%) 5 >80 3 50-80 2 <50 1 3 Komunitas 3 >65 3 25-65 2 <25 (tidak 1 ada karang) 4 Jenis life-form (sp) 3 >10 3 4-10 2 <4 (tidak ada 1 karang) 5 Suhu perairan (0C) 3 23-25 3 26-36 2 <23 dan >36 1 6 Salinitas (0/00) 3 30-36 3 28-30 2 <28 dan >36 1 7 Kedalaman karang (m) 3 3-20 3 21-30 2 <3 dan >30 1 8 Kecepatan arus (cm/dt) 1 0-25 3 26-50 2 >50 1 (Romadhon, A. 2013; Yulianda et al, 2010; muhsoni, 2016; Muhsoni dan Efendy, 2016) Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan algoritma Lyzenga, dimana citra yang dipergunakan adalah citra Landsat. Pada metode lyzenga yang digunakan adalah band biru dan band merah yang dalam data Landsat adalah band 1 dan band 2 dan 3. (Muhsoni, 2011). Data Sekunder : arus Citra Satelit Restorasi Citra Peta Batimetri Algoritma Lyzenga Peta Sebaran Terumbu Karang Peta Kedalaman Perairan Kriteria kesesuaian untuk ekowisata selam Basis data Sistem Informasi Geografis Model Kesesuaian lahan untuk Ekowisata Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Survey Lapang : tutupan karang, jenis karang dan ikan, kecerahan, suhu, salinitas, kedalaman, HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Lahan Pulau Mandangin Ketingian pulau mandangin hanya 2,75 m di atas permukaan laut. Posisi Pulau Mandangin berada pada posisi bujur 112 0 12 7,20 BT - 113 0 13 30 BT dan posisi lintang 7 0 18 21,6 LS - 7 0 18 54 LS. Luas pulau Mandangin berdasarkan citra satelit hasil digitasi seluas 134,7 ha, dengan luas lahan sebagai bangunan mencapai 57,5 ha (42,6%), lahan terbuka mencapai luas 38,6 ha (28,6%) dan lahan yang ditanami vegetasi seluas 38,7 ha (28,7%). Pulau Mandangin secara administrasi berada Desa Mandangin Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang. Desa ini terdiri dari tiga dusun. Dusun barat terdiri dari 6 RT, dusun Kramat terdiri dari 5 RT, sedangkan dusun Candin terdiri dari 5 2
RT. Jumlah penduduk dari keseluruhan dusun sebanyak 19.570 jiwa pada tahun 2016, Jumlah kepala rumh tangga 5.838 KK (Buku Desa, 2016) Tabel 2. Luas lahan di Pulau Mandangin No Lahan Luas (m2) Luas (ha) % 1 Pemukiman 574,529 57.5 42.6 2 Tanah Terbuka 385,525 38.6 28.6 3 Pohon 387,120 38.7 28.7 Total 1,347,173 134.7 100.0 Sumber : hasil digitasi citra GE Gambar 2. Peta Pulau Mandangin Gambar 3. Peta tutupan lahan Pulau Mandangin Kondisi Karang Berdasarkan Analisis menggunakan Citra Satelit Landsat Pemetaan sebaran terumbu karang di Pulau Mandangin dengan menggunakan citra satelit Landsat dengan metode Lyzenga mendapatkan luas wilayah perairan dengan dasar perairan pasir sebesar 244,1 Ha. Sedangkan wilayah yang teridentifikasi karang dengan tutupan karang hidup rendah (0-10%) seluas 42,8 Ha dan wilayah yang teridentifikasi karang dengan tutupan karang hidup sangat rendah (11-30%) seluas 53,6 Ha. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. 3
Tabel 3. Luas Sebaran terumbu karang hasil analisa citra satelit Landsat menggunakan metode Lyzenga. No Lahan Luas (m2) Luas (Ha) % 1 Pasir 2.440.837,1 244,1 71,7 2 Karang Hidup (Rendah) 427.523,7 42,8 12,6 3 Karang Hidup (Sangat Rendah) 535.500,0 53,6 15,7 340,4 100,0 Gambar 4. Citra Landsat di Pulau Mandangin Gambar 5. Sebaran terumbu karang hasil analisis dengan menggunakan metode Lyzenga. Kondisi Karang Berdasarkan Survei menggunakan metode LIT Kondisi perairan di Barat Pulau Mandangindapat memiliki dasar berpasir yang landai. Bagian tepi pantai berupa hamparan pasir putih. Persentase tutupan karang keras (Hard Coral) yang diperoleh dengan metode Line Intercept Transect (LIT) adalah 13,7 % termasuk dalam kategori rendah. Jenis karang yang ada adalah Acropora Branching (ACB) mencapai 0,3%, Coral massive (CM)mencapai 13,4%, Fauna lain jenis Soft Coral 1% dan jenis Sponge 1,8%. Kondisi ekosistem terumbu karang dalam tekanan ekologi yang cukup besar. Kategori tutupan karang hidup dengan metode line intercept transect (LIT) hanya sebesar 16,5 %, kondisi ini menunjukkan bahwa terumbu karang pada kategori rendah. 4
Kondisi perairan di selatan Pulau Mandangin persentase tutupan karang keras (Hard Coral) pada bagian selatan ini dengan metode Line Intercept Transect (LIT) adalah 9,7 % termasuk dalam kategori sangat rendah. Jenis karang yang ada adalah Acropora Branching (ACB) mencapai 1%, Coral massive (CM) mencapai 6%, karang Encrusting 2,5%, Fauna lain jenis Soft Coral 2,7%.Daerah ini banyak dipergunakan sebagai tempat tambat perahu nelayan. Kategori tutupan karang hidup dengan metode line intercept transect (LIT) hanya sebesar 12,2 %, kondisi ini menunjukkan bahwa terumbu karang pada kategori rendah. Kondisi perairan di timur Pulau Mandangin dapat dilihat pada gambar 10 dan 11, dan memiliki dasar berkarang. Persentase tutupan karang keras (Hard Coral) yang diperoleh dengan metode Line Intercept Transect (LIT) adalah 7,8 % termasuk dalam kategori sangat rendah. Jenis karang yang ada adalah Acropora Branching (ACB) mencapai 3,7%,Acropora Submassive (ACS) mencapai 0,8%, Coral non Acropora massive (CM) mencapai 2%,Coral non Acropora Submassive (CS) mencapai 1,3%. Kategori tutupan karang hidup dengan metode line intercept transect (LIT) hanya sebesar 7,8 %, kondisi ini menunjukkan bahwa terumbu karang pada kategori sangat rendah. Tabel 4. Presentasi penutupan lifeformterumbu karang pada bagian barat Pulau Mandangin No Lifeform Barat Selatan Timur karang (cm) Presentase karang (cm) Presentase karang Presentase 1 ACB 8 0,3 30 1,0 110 3,7 2 ACS 25 0,8 3 CM 403 13,4 181 6,0 59 2,0 4 CE 74 2,5 5 CS 39 1,3 6 SC 30 1,0 80 2,7 7 SP 55 1,8 8 DC 1779 59,3 1457 48,6 2767 92,2 9 S 725 24,2 1178 39,3 Keterangan : ACB ACS CM CE CS SC DC S = Hard Coral Acropora Brancing = Hard Coral Acropora Submassive = Hard Coral Non-Acropora Massive = Hard Coral Non-Acropora Encrusting = Hard Coral Non-Acropora Submassive = Soft Coral = Dead Coral = Sand Kondisi Kualitas air di Perairan Pulau Mandangin - Suhu Air ( o C), Suhu air hasil pengukuran di Pulau Mandangin pada 3 stasiun antara 30,9-31.6 0 C untuk suhu permukaan dan 30,5-31,4 0 C untuk suhu kedalaman 1,5 m. Baku mutu air laut dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004, suhu di area terumbu karang berkisar antara 28-30 0 C. Suhu air yang terukur di Pulau mandangin relatif lebih tinggi 1-1,5 0 C. Suhu di lokasi pengamatan ini selain dipengaruhi oleh kedalaman air juga dipengaruhi intensitas cahaya matahari, di Pulau Mandangin tidak terdapat sumber sungai. 5
- ph Pengukuran ph di Pulau Mandangin berkisar antara 6,5 6,7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut baik untuk wisata bahari maupun untuk biota laut yaitu 7-8,5. Ini menunjukkan nilai ph di perairan Pulau Mandangin lebih rendah dari baku mutu. Effendi (2003) menjelaskan ph dipengaruhi oleh aktivitas metabolisme biota dan dan buangan dari dasar perairan secara langsung. - Salinitas (ppt) Salinitas di pulau Mandangin berkisar 34-35 0 / 00. Salinitas dipengaruhi oleh aliran atau masuknya air dari daratan dan curah hujan, tetapi di Pulau Mandangin tidak terdapat Sungai dan air sumur di Pulau Mandangin cenderung asin. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 salinitas baku mutu air laut untuk terumbu karang dan lamun 33-34 0 / 00. Salinitas di Pulau Mandangin relatif lebih tinggi 1 0 / 00 di bagian timur pulau. - DO (mg/l) Pengukuran Oksigen terlarut di pulau Mandangin sebesar 4,29-6,08 mg/l untuk pwrmukaan laut dan 4,95-5,92 mg/l pada kedalaman 1,5m. Nilai DO menurut baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 untuk wisata bahari dan biota laut nilain DO diatas 5 mg/l. Pengukuran DO di Pulau Mandangin > 5 mg/l kecuali bagian timur mendekati 5 mg/l. - Kecerahan Air (%) Pengukuran kecerahan di Pulau Mandangin untuk semua stasiun menunjukkan nilai 100%, artinya cahaya masih bisa menembus dasar perairan. Ini berarti kondisi perairan masih jernih dan tidak terdapat sedimentasi dari daratan. Baku mutu air laut untuk kecerahan perairan > 5m, hal ini menunjukkan perairan Pulau Mandangin sesuai dengan baku mutu air laut. Tabel 5. Kondisi kualitas air di bagian barat Pulau Mandangin Lokasi Barat Mandangin Selatan Mandangin Timur Mandangin ph 6,5 6,5 6,7 salinitas 34 34 35 suhu (C) permukaan 30,9 31,6 31,1 Kedalaman 1,5 m 30,5 31,4 30,6 DO (mg/l) permukaan 6,08 5,7 4,29 Kedalaman 1,5 m 5,92 5,43 4,95 kecerahan dasar dasar dasar kedalaman perairan(m) 3,2 4,6 3,7 Sumber : Pengukuran lapang, 2013 Kesesuaian Ekowisata Selam untuk Pulau Mandangin Pulau Mandangin dengan pantai landai dan berpasir, di wilayah barat, selatan dan timur terdapat terumbu karang. Wisata yang bisa dikembangkan adalah selam. Hasil pengukuran lapang menunjukkan sebagai berikut : Jenis ikan karang di Pulau ini <20 jenis ikan karang, kecerahan perairan 100% disemua wilayah, tutupan komunitas terumbu karang menggunakan metode LIT mencapai 7,8 16,5%, jenis life-form yang disemua lokasi ada 4 jenis, suhu perairan antara 30,5-31,4 0 C, salinitas antara 34-35 % 0, kedalam perairan di wilayah karang rata-rata 4-5 m dan kecepatan arus antara 10,47-28,8 cm/dt. Tabel 6. Kesesuaian Ekowisata selam di Pulau Mandangin No Parameter Wilayah skor Bobot Skor x bobot 1 Jenis ikan karang (sp) 2 Kecerahan perairan (%) Barat Selatan Timur Bar Sel Tim Barat Selatan Timur at atan ur <20 <20 <20 1 1 1 5 5 5 5 100 100 100 3 3 3 5 15 15 15 6
3 Komunitas 16,5 12,2 7,8 1 1 1 3 5 5 5 4 Jenis life-form (sp) 4 4 4 2 2 2 3 10 10 10 5 Suhu perairan (0C) 30,5 31,4 30,6 2 2 2 3 10 10 10 6 Salinitas (0/00) 34 34 35 3 3 3 3 15 15 15 7 Kedalaman karang (m) 8 Kecepatan arus (cm/dt) 5,92 5,43 4,95 3 3 3 1 15 15 15 10.47-28.8 10.47-28.8 10.47-28.8 3 3 3 1 15 15 15 90 90 90 Nilai Maksimum 72 72 72 IKW 69 69 69 Hasil analisis kesesuaian untuk ekowisata jika dikalikan skor dan bobot masing-masing parameter mendapatkan nilai 55. Nilai Maximal dari kesesuaian lahan ini adalah 72. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) menurut Romadhon (2013): IKW = (Ni/N max) 100% Kelas Kesesuaian lahan Wisata adalah Sesuai (S) 78%-100%, Sesuai bersyarat (SB) 56%-77% dan Tidak sesuai (TS) mencapai 22%-55%. Nilai indeks kesesaian wisata Pulau Mandangin nilainya 69% untuk semua lokasi pengukuran (barat, selatan dan timur). Disimpulkan bahwa Pulau Mandangin dalam kategori sesuai bersyarat untuk ekowisata selam. Masalah utama yang perlu diperbaiki adalah kondisi tutupan terumbu karang. Jika wilayah ini akan di buat ekowisata selam, maka kondisi terumbu karang perlu diperbaiki dan kesadaran masyarakat agar menjaga terumbu karang perlu ditingkatkan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Luas pulau Mandangin berdasarkan citra satelit hasil digitasi seluas 134,7 ha, dengan luas lahan sebagai bangunan mencapai 57,5 ha (42,6%), lahan terbuka mencapai luas 38,6 ha (28,6%) dan lahan yang ditanami vegetasi seluas 38,7 ha (28,7%).. 2. Pemetaan sebaran terumbu karang di Pulau Mandangin teridentifikasi karang dengan tutupan karang hidup rendah (0-10%) seluas 42,8 Ha dan wilayah yang teridentifikasi karang dengan tutupan karang hidup sangat rendah (11-30%) seluas 53,6 Ha. karang hidup 16,5% untuk wilayah barat, 12,2 % untuk wilayah selatan dan 7,8 % untuk wilayah timur. 3. Jenis ikan karang di Pulau Mandangin <20 jenis ikan karang, kecerahan perairan 100%, tutupan komunitas terumbu karang 7,8 16,5%, jenis life-form ada 4 jenis, suhu perairan antara 30,5-31,4 0 C, salinitas antara 34-35 % 0, kedalam perairan di wilayah karang rata-rata 4-5 m dan kecepatan arus antara 10,47-28,8 cm/dt. Nilai indeks kesesaian ekowisata selam Pulau Mandangin 69% untuk wilayah barat, selatan dan timur dengan kategori sesuai bersyarat untuk ekowisata selam Saran Jika Pulau Mandangin ingin dikembangkan untuk wisata selam, maka kondisi terumbu karang harus diperbaiki terlebih dahulu. UCAPAN TERIMAKASIH Tulisan ini bagian dari pengabdian masyarakat di Pulau Mandangin yang didanai KEMENRISTEK DIKTI DPRM dalam program Ipteks bagi Masyarakat (IBM) DAFTAR PUSTAKA Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. 2004. Jakarta. Muhsoni, F.F., 2016. Pemodelan Daya Dukung Pemanfaatan Pulau Sapudi dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Keluatan, 9(1) : 73-84 Muhsoni, F.F., M. Efendy. 2016. Analisi Daya Dukung Pemanfaatan Pulau Gili Labak Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Prosiding Semnas Perikanan dan Kelautan VI, UB 7
Muhsoni, F.F. 2011. Pemetaan terumbu karang menggunakan citra alos di pulau kangean Kabupaten sumenep. 8(1): 53-59 Romadhon, A. 2013. Penilaian Daya Dukung Pulau-Pulau Kecil Bagi Wisata. Bangkalan :UTM Press. Universitas Trunojoyo Madura. Suharyadi dan Danoedoro, 2004. Sistem Informasi Geografis : Konsep Dasar dan Beberapa Catatan Perkembangannya Saat ini. editor Danoedoro P. dalam Sains Informasi Geografis dari Perolehan dan Analisis Citra hingga Pemetaan dan pemodelan Spasial. Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Yulianda F, Fachrudin A, Hutabarat A.A, Hartati S., Kusharjani, Kang HS. 2010. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Bogor: Pusdiklat Kehutanan_Departemen Kehutanan RI-SECAM-Korea International Cooperation Agency. Lampiran 1.Kondisi Terumbu Karang Pulau Mandangin Pengambilan data karang dengan metode transek garis (LIT) di wilayah Barat Pulau mandangin 8
Pengambilan data karang dengan metode transek garis (LIT) di Selatan Pulau Mandangin Pengambilan data karang dengan metode transek garis (LIT) di wilayah Timur Pulau Mandangin 9