POLA PERUBAHAN MONO DAN DIASILGLISEROL DALAM REAKSI ETANOLISIS MINYAK SAWIT MENTAH

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI DAN APLIKASI PRODUK MONOASILGLISEROL DARI MINYAK KELAPA DALAM PENGOLAHAN SANTAN AWET

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

PEMBUATAN MONOGLISERIDA MELALUI GLISEROLISIS MINYAK INTI SAWIT MENGGUNAKAN KATALIS NATRIUM METOKSIDA

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

Identification Hydrolyzed Component of VCO using Thin Layer Chromatography

PENELITIAN PEMBUATAN METIL ESTER ASAM LEMAK RANTAI SEDANG DAN PANJANG SERTA PEMURNIAN GLISEROL DARI MINYAK KELAPA MURNI

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

PENDAHULUAN ABSTRACT. Diterima : 21 Agustus 2012 Disetujui : 12 September Korespondensi Penulis :

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

Oleh/By: Mappiratu 1 & Ijirana 1. Universitas Tadulaku, Jurusan kimia FMIPA dan Program studi kimia FKIP ABSTRACT

LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS

disterilisasi kemudian dituang ke dalam cawan petri yang sudah steril. Media yang sudah dingin siap untuk ditanam inokulum.

STUD1 KlNETlKA KONVERSI DISTILAT ASAM LEMAK KELAPA MENJADI PENGEMULSI MENGGUNAKAN ENZlM LIPASE Rhizomucor meihei DALAM REAKTOR TANGKI KONTINYU 1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Sifat Fisikokimia Bahan Baku

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

KIMIA ANORGANIK DAN KIMIA FISIKA

PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PRODUK FRAKSINASI DINGIN CAMPURAN CPO (CRUDE PALM OIL) DAN PKO (PALM KERNEL OIL)

EFEKTIVITAS NaCl DAN CaCl 2 DALAM MEMURNIKAN MDAG DENGAN METODE CREAMING DEMULSIFICATION TECHNIQUE. Abstrak. Abstract

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

4 Pembahasan Degumming

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

SINTESIS METIL ESTER DARI LIPID Bacillus stearothermophilus DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN BF 3. Dessy Dian Carolina NRP

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

SINTESIS MONO-DIASILGLISEROL ( M-DAG ) DARI DESTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) MELALUI ESTERIFIKASI ENZIMATIS FARIDA NURAENI

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml Pyrex. Kondensor kolom hempel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

PROSES ETANOLISIS MINYAK SAWIT DALAM SISTEM DEEP EUTECTIC SOLVENT (DES) BERBASIS CHOLINE CHLORIDE ETILEN GLIKOL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

BAB III. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUMDAN HAK ASASI MANUSIA. SERtIFlKAT'1> A.TEN

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

III. BAHAN DAN METODE

OPTIMASI PERBANDINGAN MOL METANOL/MINYAK SAWIT DAN VOLUME PELARUT PADA PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN PETROLEUM BENZIN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

II. DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

III. BAHAN DAN METODA

Pemurnian diasilgliserol dari produk gliserolisis crude palm oil dengan kromatografi kolom

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

PENENTUAN WAKTU REAKSI DAN KONSENTRASI KATALIS UNTUK SINTESIS MONO-DIASILGLISEROL MELAN AULIYA ANDRIANI

LAMPIRAN A. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010.

Bab III Bahan dan Metode

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Lestari dan Murhadi Pengaruh Nisbah Total Etanol - PKO...

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

III. METODE PENELITIAN

SEPARASI FRAKSI KAYA VITAMIN E DARI BIODIESEL CRUDE PALM OIL (CPO) MENGGUNAKAN DESTILASI MOLEKULER. Hendrix Yulis Setyawan (F )

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

INTERESTERIFIKASI ENZIMATIS MINYAK IKAN DENGAN ASAM LAURAT UNTUK SINTESIS LIPID TERSTRUKTUR

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Agrium, April 2011 Volume 16 No 3

ANALISIS KADAR ASAM LEMAK ESENSIAL PADA KULIT BIJI JAMBU METE (Annacardium occidentale L.)

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

SINTESIS ETIL LAURAT DARI ASAM LAURAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM SULFAT PEKAT [SYNTHESIS OF ETHYL LAURATE FROM LAURIC ACID USING SULFURIC ACID CATALYST]

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT

Optimasi Hasil Gliserol dari Minyak/Lemak Limbah Industri Krimer ditinjau dari Suhu Pemanasan, Konsentrasi Katalis, dan Lama Pemanasan

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH

METODOLOGI PENELITIAN

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

Bab III Metode Penelitian

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Potensi Indonesia sebagai produsen surfaktan dari minyak inti sawit sangat besar.

Transkripsi:

Hasil Penelitian Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XIV, No. 3 Th. 3 POLA PERUBAHAN MONO DAN DIASILGLISEROL DALAM REAKSI ETANOLISIS MINYAK SAWIT MENTAH [Changing Pattern of Mono and Diacylglycerol during Ethanolysis Reaction of Crude Palm Oil] Asriani Hasanuddin, Mappiratu dan Gatot Siswo Hutomo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Kampus Kaktus Tondo, Palu Diterima 9 Juni 3 / Disetujui 9 Oktober 3 ABSTRACT The changing pattern of mono and diacylglycerol concentration as respon to reaction time during ethanolysis of crude palm oil was influenced by the ratio of ethanol/cpo. By using the ratio of.-., the changing pattern of MAG concentration followed the parabolic curve, while that of DAG. By using the ratio of ethanol/cpo of 1., the change of MAG concentration followed polynomyal curve, while that of DAG followed hyperbolic curve. The changing pattern of MAG & DAG concentration during ethanolysis reaction of crude palm oil may be caused by difference of reactivity and position of fatty acid as well as reactivity of lipid group (TAG, DAG, and MAG). Key words : Ethanolysis, monoacylglycerol, diacylglycerol, crude palm oil PENDAHULUAN Mono dan diasilgliserol termasuk produk diversifikasi minyak yang digunakan sebagai emulsifier dalam pengolahan pangan berlemak seperti margarin, keju, es krim dan kacang mentega (Mettler dan seibel, 199; Igoe dan Hui, 199; Elizabeth dan Boyle, 1997). Krog (199) memprediksi kebutuhan mono dan diasilgliserol dalam pengolahan pangan pada era pasar global berkisar 13. ton/tahun. Mono dan diasilgliserol komersial saat ini masih diproduksi melalui gliserolisis minyak secara kimiawi, meskipun telah banyak temuan tentang produksi monodiasilgliserol secara enzimatik. Faktor penyebabnya adalah waktu reaksi yang relatif lama. (Elfman-Borjesson dan Harrod, 1999; Irimescu et al., ; Watanabe et al., ). Produksi mono-diasilgliserol secara kimiawi melalui reaksi gliserolisis tidak dapat diterapkan pada minyak sawit mentah yang bermaksud untuk menyelematkan komponen minor (karoten dan tokoferol) yang berharga, sebab gliserolisis secara kimiawi berlangsung pada suhu yang relatif tinggi, antara 1 dan o C (Sonntag, 19). Oleh karena itu perlu metode produksi secara kimiawi yang berlangsung pada suhu rendah dengan waktu yang relatif singkat. Etanolisis minyak sawit mentah secara terkendali mempunyai peluang untuk diterapkan dalam proses produksi mono-diasilgliserol tanpa mengorbankan karoten dan tokoferol yang ada. Untuk maksud tersebut diperlukan keterangan tentang pengendalian reaksi. Penelitian ini 1 bertujuan untuk mempelajari pola perubahan mono dan diasilgliserol terhadap waktu reaksi pada berbagai nisbah etanol 9 % dengan minyak sawit mentah. METODOLOGI Bahan dan alat Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit mentah (CPO) yang diperoleh dari PT. Pasang Kayu, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Bahan lain yang digunakan adalah bahan pembantu yang terdiri atas bahan kimia untuk analisis dan bahan kimia untuk medium reaksi. Bahan kimia tersebut mencakup: heksana, dietil eter, asam formiat, gas nitrogen, natrium sulfat anhidrat, natrium hidroksida, plat TLC silika gel G F, iodium kristal dan etanol 9 %. Peralatan yang digunakan mencakup : Neraca analitik, oven analitik, mesin kocok (shaker), hot plate, Chamber, rotari vakum evaporator dan alat alat gelas lain yang umum digunakan dalam Laboratorium Kimia. Metode Reaksi etanolisis Reaksi etanolisis dilakukan mengikuti cara berikut. Minyak sawit mentah (CPO) dicampur dengan etanol 9 % yang mengandung natrium hidroksida % atas dasar berat minyak dalam erlenmeyer bertutup. Rasio etanol/cpo divariasi antara, dan 1, atas dasar volume per berat

Fraksi masa MAG (%) Hasil Penelitian Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XIV, No. 3 Th. 3 (v/b) dengan selang rasio etanol/cpo, (v/b). Reaksi berlangsung di atas mesin kocok agitasi rpm pada suhu ruang. Pengamatan terhadap fraksi masa monoasilgliserol (MAG) dan diasilgliserol (DAG) dilakukan setiap satu menit selama menit. Reaksi dihentikan menggunakan larutan asam klorida N secara stokiometri. Etanol sisa dipisahkan dalam corong pemisah, dicuci dengan air bebas ion sampai lapisan air (lapisan bawah) jernih. Lapisan atas sebagai produk etanolisis dibebaskan dari air terikut menggunakan natrium sulfat anhidrat. Produk etanolisis bebas air dianalisis kandungan MAG dan DAG menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (modifikasi metode Mappiratu, 1999). Analisis MAG dan DAG Analisis komponen MAG dan DAG dalam produk reaksi etanolisis dilakukan mengikuti cara Mappiratu (1999) yang dimodifikasi. Produk reaksi etanolisis dalam jumlah tertentu ditotolkan pada plat TLC silika gel G F dengan penotolan yang melebar (, cm) dan memanjang (1 cm). Plat TLC yang telah ditotoli sampel selanjutnya dielusi dalam chamber dengan eluen campuran heksana/dietil eter/asam formiat : : (v/v/v) selama, jam. Noda yang terpisah pada plat TLC ditampakkan menggunakan penampak noda uap iondium, kemudian dikerik dan diekstraksi menggunakan pelarut dietil eter untuk noda MAG dan heksana/dietil eter 1:1 (v/v) untuk noda DAG. Ekstrak yang diperoleh dibebaskan dari pelarut menggunakan gas nitrogen yang disempurnakan melalui pemanasan dalam oven analitik suhu 1 o C (sampai berat ekstrak konstan). Ekstrak yang beratnya telah konstan ditimbang dengan timbangan analitik, kemudian fraksi masa komponen MAG dan DAG ditentukan menggunakan persamaan : Berat MAG Fraksi masa (%) komponen MAG = ----------------- X 1 % Berat sampel Berat DAG Fraksi masa (%) komponen DAG = ------------------ X 1 % Berat sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis fraksi masa monoasilgliserol (MAG) pada berbagai waktu reaksi dan rasio etanol / CPO (Gambar 1) menunjukkan fraksi masa MAG tertinggi (9,3 %) terdapat pada waktu reaksi menit dan pada rasio etanol/cpo 1 (v/b), sedangkan fraksi masa MAG terendah (3, %) ditemukan pada waktu reaksi menit dan pada rasio etanol/cpo, (v/b). Telaah pola perubahan MAG dan DAG relatif terhadap waktu reaksi memberikan keterangan pola perubahan MAG dan DAG berubah dengan berubahnya rasio etanol/cpo. Pada rasio etanol/cpo, dan, (v/b), pola perubahan MAG mengikuti kurva hiperbola, sedangkan DAG mengikuti kurva parabola (Gambar 3). Waktu reaksi yang menghasilkan MAG minimum sama dengan waktu reaksi yang menghasilkan DAG maksimum, yaitu pada waktu reaksi menit untuk rasio etanol/cpo, (v/b), dan pada waktu reaksi 3 menit untuk rasio etanol/cpo, (v/b). Keadaan tersebut menunjukkan rasio etanol/cpo yang meningkat mempercepat pencapaian DAG maksimum dan MAG minimum atau meningkatkan laju reaksi pembentukan DAG dan penguraian MAG. 1 9 7 3 1...7 1 1. 1. 1 3 7 Gambar 1. Pola perubahan fraksi masa MAG terhadap perubahan waktu reaksi pada berbagai rasio etanol/cpo

Fraksi masa DAG (%) Fraksi masa MAG (%) Fraksi masa DAG (%) Hasil Penelitian Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XIV, No. 3 Th. 3 3 3 1 1...7 1 1. 1. 1 3 7 Gambar. Pola perubahan fraksi masa DAG terhadap perubahan waktu reaksi pada berbagai rasio etanol/cpo 3 1 1.... 1 3 7 9 7 3 1 Gambar 3. Pola perubahan MAG dan DAG terhadap waktu reaksi pada rasio etanol/cpo, dan, (v/b) Pola perubahan MAG yang mengikuti kurva hiperbola dan pola perubahan DAG yang mengikuti kurva parabola memberikan indikasi laju reaksi etanolisis DAG dan MAG berubah arah terhadap waktu reaksi. Indikasi tersebut berpedoman pada reaksi etanolisis minyak seperti tersaji pada Gambar (Fillieres et al., 199). Dengan berpedoman pada reaksi tersebut, etanolisis DAG lebih lambat dibandingkan etanolisis TAG pada waktu reaksi antara 1 dan menit dengan rasio etanol/cpo, (v/b), sehingga DAG meningkat pada daerah waktu reaksi tersebut. Sebaliknya etanolisis DAG berjalan lebih cepat dari etanolisis TAG pada daerah waktu reaksi antara dan menit, sehingga pada daerah itu, DAG mengalami penurunan. Hal yang sama terjadi pada penggunaan rasio etanol/cpo, (v/b) didaerah waktu reaksi antara 1 dan 3 menit (DAG meningkat), antara 3 dan menit saat DAG menurun. 3

Hasil Penelitian Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XIV, No. 3 Th. 3 OR1 TAG OR + CH Na OR + CHOR1 OR3 Etanol OR3 Etil ester OR + CH Na OR + CHOR3 OR3 DAG MAG MAG OR + CH Na + CHOR Gliserol Gambar. Tahap reaksi umum etanolisis minyak Penurunan MAG pada waktu reaksi antara 1 dan menit dengan rasio etanol/cpo, (v/b) memberikan keterangan pada daerah tersebut, etanolisis MAG berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan etanolisis DAG. Akan tetapi pada waktu reaksi antara dan menit, etanolisis MAG berlangsung lebih lambat dibandingkan etanolisis DAG, sehingga MAG mengalami peningkatan. Demikian halnya pada penggunaan rasio etanol/cpo, (v/b), perbedaannya hanya terletak pada waktu reaksi saat laju etanolisis berubah. Pencapaian DAG maksimum dan MAG minimum pada waktu reaksi 3 dan menit merupakan waktu reaksi saat laju etanolisis DAG sama dengan laju etanolisis TAG dan MAG (rdag = rtag = rmag). Dengan demikian pada waktu reaksi 3 menit untuk rasio etanol/cpo, (v/b) dan menit untuk rasio etanol/cpo, (v/b) merupakan waktu reaksi kesetimbangan etanolisis minyak sawit mentah. Perubahan laju reaksi etanolisis DAG dan MAG pada daerah waktu reaksi 1 dan menit diduga disebabkan oleh perubahan asam lemak pada posisi reaktif dan perubahan proporsi kelompok lipida (TAG, DAG dan MAG) dalam sistem reaksi. Asam lemak rantai pendek lebih reaktif dibandingkan asam lemak rantai panjang, asam lemak pada posisi 1 dan 3 dalam TAG lebih reaktif dibandingkan pada posisi. Demikian pula asam lemak pada posisi 1 lebih reaktif dibandingkan pada posisi dalam molekul DAG. MAG lebih reaktif dibandingkan dengan DAG dan TAG, sedangkan DAG lebih raktif dibandingkan TAG. Berdasarkan kereaktifan tersebut, diduga pada awal reaksi, asam lemak yang reaktif dan terletak pada posisi yang reaktif dalam molekul TAG, yang mengalami etanolisis dengan laju reaksi yang relatif tinggi. Ketika asam lemak tersebut telah habis teretanolisis, laju reaksi etanolisis TAG menurun lebih rendah dibandingkan dengan laju etanolisis DAG. Peningkatan rasio etanol/cpo,7 sampai 1, (v/b), DAG mengalami penurunan relatif terhadap waktu reaksi, sedangkan MAG mengalami perubahan mengikuti pola kurva parabola (Gambar ). Keadaan tersebut menjelaskan laju reaksi etanolisis DAG meningkat pada peningkatan substrat etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju reaksi etanolisis TAG. Pada penggunakan rasio etanol/cpo, (v/b), DAG mencapai optimum pada waktu reaksi 3 menit, sedangkan pada rasio etanol/cpo,7 (v/b) tidak terdapat kondisi optimum. Keadaan tersebut memberikan keterangan etanolisis CPO untuk tujuan produksi DAG tidak dapat berlangsung pada substrat etanol yang relatif tinggi, yang mengandung katalis natrium hidroksida % atas dasar berat minyak. Pada Gambar teramati pembentukan MAG mencapai optimum pada waktu reaksi 3, dan menit pada rasio etanol/cpo berturut-turut 1,,,7 dan 1, (v/b). Keadaan tersebut menjelaskan perilaku MAG terhadap reaksi etanolisis relatif berbeda dengan DAG. Pada MAG, peningkatan substrat etanol tidak selalu diikuti dengan peningkatan laju reaksi, sebab waktu reaksi yang menghasilkan MAG optimum pada rasio etanol/cpo,7 (v/b) relatif lebih cepat ( menit) dibandingkan dengan rasio etanol/cpo 1, (v/b) yang mencapai optimum pada waktu reaksi menit (terjadi peningkatan waktu reaksi 1 menit).

Fraksi masa DAG (%) Fraksi masa MAG (%) Fraksi masa DAG (%) Fraksi masa MAG (%) Hasil Penelitian Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XIV, No. 3 Th. 3 3 3 1 1.7 1 1..7 1 1. 1 3 7 1 Gambar. Pola perubahan MAG dan DAG terhadap waktu reaksi pada rasio etanol/cpo antara,7 dan 1, (v/b) Peningkatan rasio etanol/cpo ke arah yang lebih tinggi, yaitu 1, : 1 (v/b), DAG mengalami perubahan yang mengikuti pola kurva hiperbola, sedangkan MAG cenderung meningkat pada waktu reaksi yang lebih lama (Gambar ). Keadaan tersebut memberikan gambaran pada substrat etanol yang relatif tinggi, perbedaan laju reaksi etanolisis DAG dengan TAG cukup tinggi pada waktu reaksi yang relatif singkat, sedangkan pada waktu reaksi yang relatif lama, laju reaksi etanolisis DAG menurun hingga dibawah laju reaksi etanolisis TAG. Fenomena tersebut terjadi pada waktu reaksi antara 1 dan menit (laju reaksi DAG sangat tinggi) dan pada waktu reaksi di atas menit (laju etanolisis DAG lebih rendah dari TAG). Pada waktu reaksi antara dan menit, terjadi kesetimbangan reaksi etanolisis antara DAG dengan TAG, sebab pada daerah tersebut DAG relatif tidak berubah. Telaah tentang fraksi masa mono-diasilgliserol (M- DAG) pada berbagai waktu reaksi dan rasio etanol/cpo menunjukkan fraksi masa M-DAG tertinggi (3,11 % ) terdapat pada waktu reaksi 1 menit dengan rasio etanol/cpo,7 (v/b), sedangkan fraksi masa terendah (11,7 %) ditemukan pada waktu reaksi menit dengan rasio etanol/cpo 1, (v/b). Keadaan tersebut sejalan dengan fraksi masa DAG tertinggi, sedangkan MAG pada kondisi tersebut relatif rendah (, %), mendekati separuh dari nilai fraksi masa MAG tertinggi (9,3 %). Demikian pula nilai terendah M-DAG sejalan dengan nilai terendah DAG, akan tetapi tidak sejalan dengan MAG. Kondisi tersebut menjelaskan DAG dapat menjadi acuan dalam upaya produksi M-DAG melalui reaksi etanolisis minyak sawit mentah. 1 1 1 1 1 1. 1. 1 3 7 7 3 1 Gambar. Pola perubahan MAG dan DAG terhadap waktu reaksi pada rasio etanol/cpo 1, (v/b

Hasil Penelitian Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XIV, No. 3 Th. 3 KESIMPULAN Pola perubahan monoasilgliserol dan diasilgliserol terhadap waktu reaksi dipengaruhi oleh rasio etanol/cpo. Pada rasio etanol/cpo yang meningkat, pola perubahan DAG berubah dari pola yang mengikuti kurva parabola pada daerah rasio,, menjadi pola kurva linier pada daerah rasio,7 1, dan pada rasio etanol/cpo 1,, pola perubahan DAG mengikuti kurva hiperbola. Pola perubahan MAG berubah dari pola yang mengikuti kurva hiperbola pada daerah rasio etanol/cpo,, menjadi pola yang mengikuti bentuk kurva parabola pada daerah rasio,7 1,, dan pada rasio etanol/cpo 1, (v/b), pola perubahan MAG cenderung mengikuti bentuk kurva linier. Fraksi masa mono-diasilgliserol (M-DAG) tertinggi (3,11 %) sejalan dengan fraksi masa DAG tertinggi (9, %), sedangkan fraksi masa MAG tidak sejalan dengan fraksi masa M-DAG. Demikian pula fraksi masa M-DAG terendah (11,7 %) sejalan dengan fraksi masa DAG terendah (7,1 %), sedangkan fraksi masa MAG tidak sejalan dengan fraksi masa terendah M-DAG. DAFTAR PUSTAKA Elfman-Borjesson, L. dan M. Harrod. 1999. Synthesis of monoacylglycerol by glycerolysis of rapeseed oil using immobilized lipase. J. Am. Oil Chem. Soc. 7 : (9) 71 77. Fillieres, R., B.B. Mlayah dan M. Delmas. 199. Ethanolysis of repeseed oil : Quantitation of ethyl esters, mono-, di-, and triglycerides and glycerol by high-performance size-exclusion chromatography. J. Am. Oil Chem. Soc. 7 : () 7 3. Elizabeth dan Boyle. 1997. Monoglycerides in Food System : Current and Future Uses. Food Tecnol. Vol 1 no.. Irimescu, R, Y. Iwasaki dan C. T. Hou.. Study of TAG ethanolysis to -MAG by immobilized Candida antarctica lipase and synthesis of symmetrically structured TAG. J.Am.Oil Chem.Soc. 79 (9): 79 3. Igoe,R.S. dan Y.H.Hui. 199. Dictionary of food ingredients. Chapman dan Hall. New York. Krog, N.J. 199. Food Emulsifier and Their Chemical and Physical Properties. In Food Emulsion, (Ed) K. Larsson and S.E. Friberg, P. Marcel Dekker, New York. Mappiratu, 1999. Penggunaan Biokatalis Dedak Kasar dalam Biosintesis Antimikroba Monoasilgliserol dari Minyak Kelapa. Disertasi Pascasarjana IPB, Bogor Mettler,E dan W. Seibel. 199. Optimizing of rye bread recipes containing mono-diglyceride, guar gum, and carboxymethylcellulosa using a maturograph and use ovenrise recorder. Cereal Chem. 7(1):19 11. Sonntag, N.O.V. 19. New Developments in the fatty acid industry in America. J.Am.Oil Chem.Soc. 1 (): 9 3. Watanabe, Y., Y. Shimada, Y. Ymauchi-Sato, M. Kasai, T. Yamamoto, K. Tsutsumi, Y. Tominaga dan A. Sugihara.. Synthesis of MAG of CLA with Penicillium camembertii lipase. J.Am.Oil Chem.Soc. 79 (9): 91 9.