IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin merupakan produsen mi mentah yang sudah sering mengikuti seminar dan pelatihan tentang mi jagung yang diadakan oleh Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center yang bekerja sama dengan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin belum pernah melakukan analisis kelayakan usaha maka penelitian kelayakan bisnis dilakukan di tempat ini. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan April Mei 2011. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha, baik investasi maupun operasional dan penerimaan selama satu tahun usaha. Data tersebut digunakan untuk membuat analisis kelayakan usaha produksi mi berbahan dasar tepung jagung. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, dan artikel yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait. 4.3. Metode Pengumpulan Data Data primer yang terkumpul diperoleh melalui wawancara dengan Bapak Sukimin selaku pemilik usaha, karyawan-karyawan Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin, dan pemasok. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dari beberapa buku, skripsi, artikel-artikel terkait yang diperoleh dari internet, dan pengolahan data-data yang didapat dari dinas-dinas terkait. 43
4.4. Metode Pengolahan Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian, terutama mengenai biaya-biaya dan penerimaan di dalam cashflow diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007. Program ini dipilih karena telah lazim digunakan dan relatif mudah digunakan. Data kualitatif diolah dengan menggunakan penjelasan secara deskriptif. 4.5. Metode Analisis Data Analisis kelayakan usaha pembuatan mi jagung 30 persen dan mi jagung 100 persen dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kerugian pada saat rencana pengembangan usaha sudah berjalan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengkaji karakteristik dan aspek-aspek kelayakan usaha mi jagung di tempat penelitian. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek hukum. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha mi mentah jagung. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis kelayakan finansial dan analisis switching value. 4.5.1. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menilai kriteria-kriteria investasi yang menyatakan layak atau tidak suatu usaha yang akan dijalankan. Kriteria-kriteria investasi tersebut yaitu: a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. NPV juga dapat dikatakan sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Secara matematis NPV dapat dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009) : 44
Dimana : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, 3,, n) Tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1, tergantung karakteristik bisnis. i = Tingkat Discount Rate (DR) (%) Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria investasi, yaitu: 1) NPV < 0, proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan sehingga proyek tidak dapat dilaksanakan. 2) NPV = 0, proyek tidak untung dan juga tidak rugi. Proyek menghasilkan sebesar modal opportunity cost faktor produksi modal, pelaksanaan proyek tergantung pada penilaian pengambil keputusan. 3) NPV > 0, proyek menguntungkan karena dapat menghasilkan lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi modal, sehingga proyek dapat dilaksanakan. b. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) pada saat nilai NPV sama dengan nol. Sebuah usaha dapat dikatakan layak dilakukan jika nilai IRR lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan. Berikut merupakan rumus IRR (Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009) : Dimana : i 1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negatif Suatu proyek dikatakan layak apabila nilai IRR yang diperoleh tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang diperoleh lebih 45
kecil dari tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. c. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit-Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih yang bernilai negatif sebagai penyebut. Analisis Net B/C ini digunakan untuk menilai tingkat efisiensi setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari penerimaan. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai (Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009) : Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate (%) t = Tahun Suatu proyek dikatakan layak jika Net B/C Ratio lebih besar atau sama dengan satu (Net B/C Ratio 1). Hal ini berarti proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai Net B/C Ratio lebih kecil dari satu (Net B/C Ratio 1), maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena berarti manfaat yang akan diperoleh dari suatu proyek lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek tersebut. d. Payback Period Payback Period merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal dengan cara mengukur kecepatan proyek dalam mengembalikan biaya awal. Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. 46
Rumusan Payback period yaitu (Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009): Dimana : I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya. Usaha mi mentah Bapak Sukimin memiliki umur bisnis selama 10 tahun. Hal ini berdasarkan umur ekonomis dari mesin-mesin produksi mi yang digunakan dalam usaha. Apabila selama proyek dapat mengembalikan modal sebelum berakhirnya umur proyek, maka proyek tersebut masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi, jika sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan. 4.5.2. Analisis Switching Value Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak terhadap hasil analisis akibat dari suatu keadaan yang selalu berubah. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyekproyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu mendatang (Gittinger 1986). Analisis switching value merupakan variasi dari analisis sensitivitas. Menurut Gittinger (1986), pada analisis sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Dalam penelitian ini, analisis switching value digunakan untuk mengetahui perubahan maksimal pada kenaikan harga input atau bahan baku dan penurunan jumlah penjualan, sehingga usaha ini masih layak untuk dilakukan. 47
4.5.3. Laporan Laba Rugi Perusahaan menggunakan laporan laba rugi untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode waktu tertentu. Komponen laba rugi pada usaha mi jagung 30 persen dan mi jagung 100 persen ini yaitu pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, dan pajak penghasilan. 4.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan dalam Penelitian Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Usaha dilakukan dengan menggunakan modal sendiri. 2) Keadaan ekonomi selama umur bisnis diasumsikan tetap. 3) Terdapat dua skenario rencana usaha yang akan dilakukan. Skenario pertama adalah usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen (campuran tepung terigu dan tepung jagung dengan perbandingan 70:30). Skenario kedua adalah mi mentah jagung 100 persen. 4) Tingkat diskonto yang digunakan adalah berdasarkan rata-rata suku bunga seluruh bank selama satu tahun terakhir sebesar 7,47 persen untuk deposito 12 bulan. 5) Umur proyek adalah 10 tahun didasarkan dari usia ekonomis mesin-mesin produksi mi. 6) Usaha mi mentah terigu merupakan usaha yang sudah berjalan. Oleh karena itu, penjualan pada usaha ini diasumsikan sudah 100 persen selama umur bisnis. 7) Usaha mi mentah jagung 30 persen dan mi mentah jagung 100 persen memiliki penjualan pada tahun ke-1 hanya 50 persen dari total penjualan karena perusahaan masih dalam tahap persiapan pengadaan mesin-mesin dan peralatan. Sementara pada tahun ke-2, perusahaan mulai melakukan produksinya menjadi 70 persen karena masih dalam tahap pengenalan produk kepada konsumen. Pada tahun ke-3 sampai ke-10, perusahaan sudah melakukan produksi 100 persen karena sudah memiliki pengalaman dan sudah dikenal oleh konsumen. 48
8) Inflow dan outflow merupakan proyeksi pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada saat penelitian. 9) Kegiatan produksi dilakukan setiap hari selama 11 bulan. Satu bulan diasumsikan terdiri dari 30 hari. 10) Produksi mi mentah dilakukan selama 11 bulan. Sementara pada bulan Ramadhan, perusahaan hanya berfokus pada produksi jasa penggilingan pangsit saja. 11) Kapasitas Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin saat ini adalah menghasilkan 140 kilogram mi mentah dan 20 kilogram pangsit per hari. 12) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku selama bulan April Mei 2011 dan konstan selama penelitian. Harga-harga tersebut adalah harga tepung terigu per bal yang digunakan oleh Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin yaitu terigu Cakra Kembar Rp 167.000, dan tepung jagung Rp 125.000. Harga bahan-bahan lain yaitu garam Rp 17.000 per bal, tartrazine Rp 80.000 per kg, soda as Rp 10.000 per kg, STPP Rp 50.000 per kg, dan potasium karbonat Rp 70.000 per kg. 13) Harga jual mi mentah terigu, mi mentah jagung 30 persen, dan mi mentah jagung 100 persen yaitu Rp 10.000 per kg, pangsit basah Rp 10.000, pangsit kering Rp 12.000, dan jasa penggilingan pangsit Rp 4.000 per kilogram terigu. 14) Total produksi adalah jumlah mi dalam satuan kilogram yang dihasilkan selama satu tahun. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dengan harga jual. 15) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi mi jagung ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya. 16) Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus. Penyusutan digunakan untuk menghitung pajak penghasilan dimana pajak penghasilan merupakan komponen dari laba rugi dan cash flow. 17) Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis. Nilai sisa 49
didapat dari hasil kali sisa umur ekonomis barang reinvestasi dengan nilai penyusutannya. 18) Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, pasal 17 ayat 2a, yaitu: Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 persen. Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. 50