Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being pada Comic Stand Up Indo di Kota Bandung Correlation of Subjective Well-Being with Sense of Humor of Comic Stand Up Indo in Bandung 1 Gusty Riezkika Humaira, 2 Siti Qodariah 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email: 1 griezkika@gmail.com, 2 siti.qodariah@yahoo.co.id Abstract. Background of this research is Comics who has Sense of Humor and what they feel on their happiness and satisfaction experiences, which are different one to another. The research uses correlation method with 28 participants. Data collection method of this research based on Sense of Humor by Martin (2007) and Subjective Well Being by Diener (2009) theories under 0.734 reability and all data being analyzed by using Rank Spearman. It shows there are significant correlation for Sense of Humor and Subjective Well Being (rs=0.526). Cognitive components are the highest correlation (rs = 0.514) with Sense of Humor, where Specific Domain Satisfication take the highest part of this component (rs = 0.428). Keywords: Sense of Humor Subjective well-being, Comic Abstrak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh Comic sebagai pelaku komedi dengan humor yang dimiliki dan kepuasan serta keadaan bahagia yang dialami Comic yang dipandang secara berbeda-beda tiap individunya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi. Subjek penelitian sebanyak 28 orang yang merupakan populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa skala yang diturunkan dari aspek-aspek Sense Of Humor dan Subjective Well-Being dari Martin (2007) dan Diener (2009) dengan reabilitas 0,734. Berdasarkan pengolahan data menggunakan uji statistik rank spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being (rs = 0,526). Dari 28 Comic Stand Up Indo di Kota Bandung, Komponen Kognitif memiliki korelasi paling tinggi dengan Sense Of Humor (rs = 0,514). Pada komponen-komponen Kognitif yang memiliki korelasi paling tinggi dengan Sense Of Humor pada Comic Stand Up Indo di Kota Bandung adalah Specifik Domain Satisfication( rs = 0,428). Kata kunci : SenseOf Humor Subjective well-being,comic A. Pendahuluan Comic merupakan pelaku dari Stand Up Comedy yang mana Comic mampu memproduksi humor dari apa saja yang ada dilingkungannya. Humor tersebut memunculkan respon secara emosional pada Comic yang memunculkan tawa dan senyuman. Dengan humor Comic mampu bersosialisasi dengan lingkungannya secara menyenangkan. Materi yang dibawakan Comic merupakan konsep dan ide yang berbentuk humor, yang mana Comic menjadikan humor sebagai wadah untuk mengekspresikan diri. Sehingga bisa dilihat setiap Comic memiliki cara yang berebeda-beda dalam menyampaikan humor. Comic merasakan kebahagiaan, kepuasan, memandang kehidupan sebagai sesuatu yang lucu. Comic selalu marasakan afek positif. Comic selalu menghindari perasaan putus asa dan dengan humor menjadikan kehidupan Comic lebih menyenangkan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah Hubungan Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being pada Comic Stand Up Indo di Kota Bandung?. Selanjutnya, tujuan dalam penelitian ini diuraikan dalam pokok-pokok sebagai berikut: (1) Untuk memperoleh bagaimana Hubungan Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being pada Comic Stand Up Indo di Kota Bandung; (2) Untuk memperoleh data empiris mengenai Hubungan Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being pada 24
Hubungan Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being pada Comic Stand Up... 25 Comic Stand Up Indo di Kota Bandung B. Landasan Teori Sense Of Humor menurut Martin didefinisikan sebagai kebiasaan individu yang berbeda-beda pada setiap perilaku, pengalaman, perasaan, kesenangan, sikap, kemampuan untuk menghubungkan sesuatu hal dengan kesenangan, tertawa, bercanda dan hal-hal lucu. Humor merupakan bagian dari psikologis karena humor, komedi dan tertawa sangat berkaitan dengan aspek perilaku. Humor ialah istilah yang mencakup semua fenomena yang lucu, termasuk kemampuan untuk melihat, menginterpretsikan, menikmati, menciptakan, serta menyampaikan hal yang tidak biasa. Istilah humor dapat digambatkan pula seperti sebuah payung untuk semua fenomena yang dianggap lucu, yang didalamnya termasuk kemampuan untuk memahami, menafsirkan, menikmati, membuat hingga menyampaikan komunikasi yang unik. (Martin, R. A, 2007). Menurut Martin (2007), dalam perspektif psikologi, aspek humor meliputi : Proses Kognitif - Perceptual dalam humor : Untuk dapat memproduksi humor, seseorang membutuhkan informasi proses mental yang datang dari lingkungan atau ingatan, lalu informasi tersebut bermain dengan ide-ide, kata-kata, atau perbuatan dalam suatu cara yang kreatif, lalu dengan cara itu diproduksilah pengucapan lucu secara verbal atau aksi jenaka secara nonverbal yang dipersepsikan lucu oleh orang lain. Aspek ini menekankan fokusnya pada Sense Of Humor yang merupakan hasil dari proses kognisi atau sistem mental, sehingga individu akan mampu mengapresiasi dan memproduksi humor. Beberapa hal yang di tekankan pada aspek ini adalah mngenai keganjilan, kekontrasan, dan keterkecohan individu dalam meraih stimul humor. Pada saat munculnya stimulus humor, individu sebagai observer akan mengerahkan sejumlah energi mental untuk menantikan kejadian sesuai apa yang diharapkan, ketika yang disangka sebelummnya tidak terjadi, akhirnya energi mental yang terkumpul dikeluargkan sebagai tawa. Respons emosional : Persepsi akan humor tanpa kecuali juga memunculkan sebuah kenikmatan respons emosional. Aspek ini menekankan bahwa Sense Of Humor memiliki keterlibatan dengan komponen yang memunculkan sebuah kenikmatan respons emosional bagi individu. Melalui sense Of Humor, individu juga dapat merasakan emosi positif walaupun dirinya dalam keadaan tertekan dan panik,. Ini terjadi karena Sense Of Humor yang dimiliki individu mampu untuk memodifikasi perspektif dalam situasi negatif tersebut, sehingga memperkenankan individu untuk menghindar dalam mengalami afek negatif di siituasi ini. Vokal-ekspresi perilaku tawa : Kegembiraan yang dibawa oleh humor mempunyai aspek ekspresif, yaitu tawa dan senyuman. Setap individu menangkap informasi yang di artikan sebagai sesuatu yang lucu, individu dapat secara bebas mengekspresikannya dengan tawa. Aspek ini sangat berhubungan dengan spek Sense Of Humor dalam kaitannya dengan konteks sosial, karena ekspresi yang di bebaskan individu berasal dari luar dirinya atau lingkungannya. Tawa yang dilepaskan, bukan hanya keadaan gembira yang diungkapkan oleh indivdiu yang bersangkutan saja, namun juga membujuk lingkungannya untuk mengalami situasi atau keadaan positif yang sedang dialaminya sehingga kegembiraan akan menular ke lingkungannya. Konteks sosial : Pada dasarnya aktivitas humor merupakan fenomena sosial. Individu akan lebih sering tertawa dan bercanda ketika bersama orang lain daripada saat sendirian. Aspek ini berfokus pada dasar bahwa Sense Of Humor meurpakan kemampuan individu untuk bersosialisasi dengan lingkungannya dengan cara yang meyenangkan. Individu dapat merasa gembira karena humor yang diingat dan melalui Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017
26 Gusty Riezkika Humaira, et al. bacaan saat inidvidu ini sedang sendiri, akan tetapi ini tetap disebut fenomena sosial karena individu merespon humor yang diangkat oleh karakter dalan ingatan atau buku yang dibaca. Aspek interpersonal ini diartikan merupakan studi mengenai bagaimana pendapat perasaan, dan perilaku individu mengenai humor yang didapat atau dipengaruhi oleh lingkungan atau orang lain di sekitarnya Subjective Well-being adalah keadaan yang di alami individu sebagai hasil kepuasan hidup dan evaluasi terhadap domain-domain kehidupan yang penting seperti pekerjaan, kesehatan, dan hubungan. Juga termasuk emosi mereka, seperti kemarahan, kesedihan, dan ketakutan yang sedikit. Dengan kata lain, kebahagiaan adalah nama yang diberikan untuk pikiran dan perasaan yang positif terhadap hidup seseorang (Diener, 2009) Diener (2009) menambahkan, lebih tinggi frekuensi munculnya afek postif daripada negatif dapat memberikan perasaan nyaman dan riang (Joyful), sehingga pemaknaan individu akan hidupnya pun akan makin positif, demikian pula individu yang dapat mencapai tujuannya dan merasa puas akan akan semua pencapaiannya, makan pemaknaan mengenai hidupnya akan baik pula. Komponen subjective well being menurut Diener (2009) subjective well being terbagi dalam dua komponen, yaitu: Komponen kognitif : Komponen kognitif adalah evaluasi dari kepuasan hidup, yang didefinisikan sebagai penilaian dari hidup seseorang. Evaluasi terhadap kepuasan hidup dapat dibagi menjadi (a) Global Life Satisfication : Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global (life satisfaction), yaitu evaluasi responden terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Menurut Diener, beberapa aspek ini yang mempengaruhi Subjective Well-Being, yaitu Hasrat untuk mengubah hidup, kepuasan pada kehidupan saat ini, kepuasan pada kehidupan masa lalu, kepuasan pada kehidupan masa depan, dan pendapat orang-orang terdekat mengenai hidupnya ; (b) Specific Domain Satisfication : Evaluasi terhadap kepuasan pada domain tertentu, adalah penilaian yang dibuat seseorang dalam mengevaluasi domain dalam kehidupannya, seperti kesehatan fisik dan mental, pekerjaan, rekreasi, hubungan sosial dan keluarga. Kedua komponen tersebut tidak sepenuhnya terpisah. Komponen Afektif: Komponen afektif subjective well being merefleksikan pengalaman dasar dalam peristiwa yang terjadi di dalam hidup seseorang. Dengan meneliti tipe-tipe dari reaksi afektif yang ada seorang peneliti dapat memahami cara seseorang mengevaluasi kondisi dan peristiwa di dalam hidupnya. Komponen afektif subjective well being dapat dibagi menjadi (a) Afek positif (positive affect) : Afek positif mempresentasikan mood dan emosi yang menyenangkan seperti kasih sayang. Afek positif terlihat dari emosi-emosi spesifik seperti tertarik atau berminat akan sesuatu (interested), gembira (excited), kuar (strong). Antusisas (enthusiastic), waspada atau siap siaga (alert), bangga (proud), bersemangat (inspired), penuh tekad (determined), penuh perhatian (attentive), dan aktif (active) ; (b) Afek negatif (negative affect) : Afek negatif adalah pravalensi dari emosi dan mood yang tidak menyenangkan. Afek negatif terlihat dari emosi-emosi spesifik seperti sedih atau susah (distressed), kecewa (dissapointed), bersalah (guilty), takut (scared), bermusuhan (hostile), lekas marah (irritable), malu (shamed), gelisah (nervous), gugup (jittery), khawatir (afraid). Volume 3, No.1, Tahun 2017
Hubungan Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being pada Comic Stand Up... 27 C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Being Berikut adalah Hasil Uji korelasi Sense Of Humor dengan Subjective Well- Tabel 1. Uji korelasi Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being Aspek r α Kesimpulan s Sense Of Humor dengan SWB 0,526 0,004 Terdapat hubungan yang positif Berdasarkan tabel 1 didapat bahwa nilai rs = 0,526 yang menunjukkan bahwa derajat korelasi antara Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being adalah 0,526. Menurut kriteria Guildford 1965 (Noor, Hasanuddin, 2009) 0,526 termasuk kedalam korelasi yang cukup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup antara hubungan Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being pada Comic Stand Up Indo di kota Bandung. Korelasi ini dikatakan signifikan karena angka probabilitas (Sig) sebesar 0,004 dimana angka tersebut lebih kecil dari 0,05. Adanya korelasi yang cukup antara Sense Of Humor dengan Subjective Well- Being mengartikan. bahwa dengan humor dapat meningkatkan emosi positif dalam diri Comic dan menurunkan emosi negatif. Comic memaknakan kehidupannya sebagai sesuatu yang positif dan dengan humor tersebut maka terciptalah suatu kepuasan dan kebahagian terkait dengan pencapaian yang dilakukan seorang Comic dalam hidupnya. Dalam kata lain, humor dapat memberikan kekuatan untuk Comic mencapai kepuasan dan kebahagiaan hidupnya. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode statistik, maka dari penilaian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Terdapat hubungan yang positif antara Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being pada Comic Stand Up Indo di Kota Bandung. Artinya semakin tinggi tingkat Sense Of Humor, maka semakin tinggi Subjective Well-Being ; (2) Komponen Kognitif dari Subjective Well-Being yang memiliki korelasi paling tinggi dengan Sense Of Humor pada Comic Stand Up Indo di Kota Bandung, dibandingkan dengan Positive Affect maupun Negative Affect. Diantara komponen-komponen kognitif, yang memiliki korelasi paling tinggi dengan Sense Of Humor pada Comic Stand Up Indo di kota Bandung adalah Specific Domain Satisfication ; (3) Dari penelitian ini didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak memilih sebagai Comic atau pelaku komedi dan mayoritas suku sunda memiliki sifat yang humoris dan periang. Daftar Pustaka Apte, M. (2002). Humor and Laughter: An Anthropological Approach (4th edition). London : Cornell University Press Arikuto, S. (2009). Manajemen Penelitian.Yogyakarta: Rineka Cipta Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017
28 Gusty Riezkika Humaira, et al. Azwar, Saifuddin. (2005). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Belajar Bertens, K. (1999). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta : KANISIUS Brown & Keegan. (1999) Stress Women in Workplace. Journal od Clinical Psychology, 49 (1), 13-23 Chapman, Anthony J. & Hugh C. Foot (1996). Human and Laughter : theory research, and application. New York : John Wiley & Sons Diener, Ed. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin American Psychological Association, Inc., Vol. 95, No. 3, 542-575. Diener, Ed, Eunkook M. Suh, Richard E. Lucas., & Heidi L. Smith. (1999). Subjective well-being: Three decades of progress. Psychological Bulletin, Vol. 125, No. 2, 276-302. Diener, Ed. (2000), Subjective Well-Being : The Science Of Happiness and a Proposal for a National Index. American Psychologist. Diener, E., Oishi,S., & Lucas, R.E. (2003). Personality, Culture, and Subjective Well- Being : Emotional and Cognitive Evaluation Of Life. Diener, Ed. (2009). Scale of Postive and Negative Experience. Diterima pada 16 Oktober 2016 dari http://www.positivepsychology.com Diener, E. (2009). The Science Of Well-Being. Department Psychology. University Of Illinois-Champaign,Champaign, II, 61820. USA. Diener, Pavot.., & Ed.(1993). The Review of Satisfication With Life Scale. Psychological Assesment.164-172 Edwards, K. R. & Martin, R. A. (2010). Humor creation ability and mental health: Are funny people more psychologically healthy? Europe s Journal of Psychology, 6, pp. 196 212. doi:10.5964/ejop.v6i3.213 Eid, M. & Larsen R.J. (2008). The science of subjective well-being. London: The Guilford Pers. Hartanti. (2008). Anima, Indonesian Psychological Journal, Vol. 24, No. 1, 38-55. Surabaya : Universitas Surabaya Hasanat, N.U., & Subandi. (1998). Pengembangan Alat Kepekaan Terhadap Humor. Psychological Journal, Vol 1:17-25. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Kartini, K. (2005). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Rajawali Pers Martin, R. A & H.M Lefcourt (1984). Sense of Humor as a Moderator of the Relastion between Stressos and Moods. Journal Of Personality and Social Psychology. Martin, R.A., Puhlik-Dris, P.,Larsen, G., Gray,J. & Weir, k. (2003). Individual Difference in uses of Humor and their relation to Psychological Well-Being. Developnment of the humor Styles Questionare Journal Of Research in Personality. Martin, R. A (2007). The Psychology of Humor : An Integrative Approach. San Diego, CA : Elsevier Academic Press. Noor, Hasanuddin 2012. Psikometri Aplikasi Dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Cetakan kedua. Jauhar Mandiri. Panji Nugroho. Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Comedian Handal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Peterson, C & Seligman, M. (2004) Character Strengths and Virtues : a Handbook and Volume 3, No.1, Tahun 2017
Hubungan Sense Of Humor dengan Subjective Well-Being pada Comic Stand Up... 29 Classification, New York : Oxford University Press. Roeckelein, J.E. (2002). Psychology Of Humor : A Reference Guide amd Annotated Bibliography. Unite States : Greenwood Press. Ruch, W. (2007). The sense of humor : Explanations of a Personality Characteristic. Berlin : Walter de Gruyter. Saulo Sirigattia, etc, The Humor Styles Questionnaire in Italy: Psychometric Properties and Relationships With Psychological Well-Being Europe's Journal of Psychology, 2014, Vol. 10, 429 450 Siegel, S. (1997). Statistik Nonparametrik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT Rafika Aditama Sugiyono (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D Bandung Alphabet Sumber Internet http://sidiqpriambodo.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-awal-berdiri-stand-up-comedydi.html (diakses pada hari sabtu 02 april 2016, jam 20.00) https://id.wikipedia.org/wiki/stand_up_indo#sejarah (diakses pada minggu 03 april 2016, jam 13.09) Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017