KAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN

dokumen-dokumen yang mirip
: Astrina Nadia Wandasari NPM : : Eliza Gustinelly S.S., M.A. NIP : : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Bab II LANDASAN TEORI

ANALISIS IDENTITAS BUDAYA DALAM DE VEERTIGSTE DAG KARYA FRANS LOPULALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1954 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP ORANG ASING YANG BERADA DI INDONESIA

KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

ANALISIS MAKNA KIASAN PUISI DE WOLKEN KARYA MARTINUS NIJHOFF DARI SUDUT PANDANG TOKOH AKU

Terkuak Sejarah Soekarno Tidak Pernah Dibuang ke Boven Digul,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Cerita sang pejuang. Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau. Aku memberi ikan gurame kepada salah satu ibu-ibu yang sedang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1958 TENTANG PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN-TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

Pelajaran 1-6 PENGANTAR

NAAR NEDERLAND HANDLEIDING

NIET DAN GEEN PENGINGKARAN DALAM BAHASA BELANDA (NEGATIE) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

Konstruksi Identitas Budaya tokoh ik dalam cerita Onder de sneeuw een Indisch graf. Makalah. diajukan untuk melengkapi. Persyaratan mencapai gelar

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar

NASKAH IDENTIFIKASI NASKAH CUT 1

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Komunikasi digunakan manusia untuk mengetahui

KAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI STRATEGI TIGA KATA. Nurkanti SMP Negeri 4 Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

UNIVERSITAS INDONESIA. Makalah Non-Seminar. Mutiara Aprilliannov. Pembimbing. Dr. Lilie Mundalifah Roosman

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian)

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

UU 72/1958, PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA *)

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE GERAKAN CINTA TAHURA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM KONSERVASI HUTAN KOTA BANDUNG

Marilah kita lihat contoh berikut :

PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

UNIVERSITAS INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB V KESIMPULAN. menggunakan teori struktur novel Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita,

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

REPRESENTASI PERNIKAHAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MELAYU TIONGHOA NONA OLANDA S BAGI ISTRI TIONGHOA DAN R.A. SOELASTRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bahasa dan Sastra Indonesia 3

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab ini dibicarakan tentang metode penelitian, teknik pengumpul data,

Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh)

PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI DENGAN PENERAPAN ILMU KETERAMPILAN BERBAHASA (MEMBACA DAN MENULIS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

OCCULT PHENOMENA IN SHERLOCK HOLMES THE MOVIE THESIS BY CHRIESHER NAMAZCARRA

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek. Makalah Non-Seminar

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia MEMUTUSKAN

BAB II ANALISIS STRUKTURAL

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. We live in a world where identity matters. (Gilroy dalam Kathryn

Mantan. Itu. Pengalaman

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA

HIBRIDITAS, MIMIKRI, DAN AMBIVALENSI DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA: Analisis Postkolonial

Kompetensi Dasar : 12.2 Menulis Teks Pidato/Ceramah/Khotbah dengan Sistematika dan Bahasa yang Efektif

MOTIF PENDENGAR RADIO RRI SURABAYA DALAM MENDENGARKAN PROGRAM ACARA LUDRUK SKRIPSI. Nama: Ardhi Pramudya NRP :

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN GUBERNUR DI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari

KEBIJAKAN POLITIK TAWAN KARANG PADA MASA KERAJAAN BALI KUNO DAN KOLONIAL BELANDA. Komang Ayu Suwindiatrini

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat

Permalink/DOI:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

Bab 4. Simpulan dan Saran. penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pandangan para tokoh dalam novel Kicchin

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

ASPEK-ASPEK TEMATIS DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA: Tinjauan Struktural Robert Stanton

WACANA PENDIDIKAN POLITIK DALAM FILM GIE (ANALISIS SEMIOTIK KONSTRUKTIVISME)

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 2. PERISTIWA DALAM KEHIDUPANLatihan Soal 2.1

Transkripsi:

KAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN NADIA HAQ 0906643484 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BELANDA DEPOK DESEMBER 2012

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat- Nya, makalah yang berjudul Kajian Identitas Budaya Dalam Fragmen Familiefeest karya Theodor Holman ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Sastra Hindia Belanda, Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Mevrouw Christina, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyusunan makalah ini; Semoga makalah ini membawa manfaat bagi para pembaca. Depok, 28 Desember 2012 Penulis ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii 1. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.1.1 Biografi Theodor Holman... 2 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penulisan... 2 1.4 Sumber Data... 3 1.5 Metode Penulisan... 3 2. LANDASAN TEORI... 4 3. PEMBAHASAN... 6 3.1 Sinopsis Familiefeest karya Theodor Holman... 6 3.2 Kajian Identitas Budaya dalam Familiefeest... 7 3.2.1 Pappa as being dan as becoming... 9 4. SIMPULAN... 11 5. DAFTAR PUSTAKA... 12 iii

Abstract Colonialism has an impact on many things, and most of the impact is negative. It also occurred during the Dutch colonial at Dutch-East Indies. The stories of the Dutch-East Indies often found in postcolonial literature, one of which is a fragment of a work entitled Familiefeest by Theodor Holman. As a mixed-blood Indo-Dutch, Holman will be a living witness of colonial and postcolonial continuing life. Through Familiefeest fragments, illustrated how people associated with the colonial period, especially the Indo-Dutch have problems with identity. They are trying to confirm that he is a pure Dutch, although physically they are not the same as the Dutch in general, but also did not like the indigenous. Problems of identity is a discourse that often appear in the story colonial legacy. Keywoords Cultural identity; Dutch-East Indies; Postcolonial Abstaksi Kolonialisme memiliki dampak terhadap banyak hal, dan sebagian besar dari dampak tersebut adalah dampak negatif. Hal itu terjadi pula pada masa penjajahan Belanda di Hindia- Belanda. Kisah-kisah mengenai Hindia Belanda banyak dijumpai pada karya sastra postkolonial, salah satunya adalah fragmen yang berjudul Familiefeest karya Theodor Holman. Holman yang berdarah campuran Indo-Belanda menjadi saksi hidup akan keberlangsungan kehidupan kolonial maupun postkolonial. Melalui fragmen Familiefeest, tergambarkan bagaimana orang-orang yang berhubungan dengan masa kolonial, terutama kaum Indo-Belanda memiliki permasalahan dengan identitasnya. Mereka berusaha mengukuhkan bahwa dirinya adalah seorang Belanda murni, walaupun secara fisik mereka tidak sama dengan orang Belanda pada umumnya, tetapi juga tidak seperti orang pribumi asli. Problematika identitas merupakan wacana yang seringkali muncul dalam cerita peninggalan penjajahan. Kata Kunci Hindia Belanda; Identitas budaya; Postkolonial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua manusia memiliki identitas. Identitas yang dimiliki tiap individu pun berbeda-beda. Tidak ada orang di dunia ini memiliki identitas yang sama. Walaupun telah dimiliki sejak lahir, identitas yang dimiliki sesorang juga dapat berubah-ubah atau bersifat cair (Hall, 1933). Pada hakikatnya, identitas telah diberikan sejak seseorang dilahirkan. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan hidupnya, seseorang menentukan sendiri identitasnya. Perubahan identitas itu dapat disesuaikan dengan keadaan, keinginan, maupun tuntutan. Dalam proses pembentukan identitas, terdapat faktor yang berperan penting, yaitu budaya dan lingkungan. Sebagai contoh, identitas dalam satu keluarga yang memiliki dua orang anak. Walaupun tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang sama, bahkan dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sama, kedua bersaudara tersebut memiliki identitas yang berbeda. Hal ini dikarenakan keduanya bergaul di luar lingkungan keluarga yang berbeda. Ketika mereka tumbuh dan mendapati lingkungan yang baru juga, identitas mereka pun berbeda dari sebelumnya, walaupun terkadang ada identitas yang tetap dipertahankan atau masih melekat dalam diri mereka. Lokasi menentukan identitasnya selama ia mau berubah, atau ada kemungkinan ia akan mempertebal identitas aslinya di lokasi yang baru. Karya sastra Hindia-Belanda muncul pada masa kolonial hingga poskolonial di lingkungan Belanda. Pada masa ini, terdapat banyak penulis yang menghasilkan karya-karyanya. Mereka mengangkat cerita mengenai isu-isu yang sedang menjadi pembicaraan hangat, salah satunya adalah isu identitas. Theodor Holman merupakan salah satu penulis yang mengangkat isu tersebut. Ia menyajikan ceritanya yang merupakan pengalaman pribadi dalam bentuk prosa yang baik. Memiliki ayah yang merupakan seorang Indo-Belanda dan pernah hidup pada masa Hindia-Belanda merupakan kisah tersendiri baginya. 1

2 Dalam makalah ini, penulis akan mengkaji sebuah fragmen cerita yang berjudul Familiefeest karya Holman. Latar tempat cerita ini adalah Belanda dan ada beberapa cerita dalam cerita yang berlatar di Hindia Belanda. Oleh karena itu, penulis memilih fragmen cerita Familiefeest sebagai sumber data untuk menganalisis identitas budaya pada masa poskolonial. 1.1.1 Biografi Theodor Holman Theodor Holman adalah seorang berkebangsaan Belanda. Ia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara yang lahir di Amsterdam pada 9 Januari 1953. Ia pernah menjadi guru, namun pada tahun 1982 ia memutuskan untuk menjadi seorang penulis untuk Propria Cures, de Volkskrant, dan Nieuwe Revu. Holman banyak menulis buku sejak tahun 1973 hinggal 2010. Karya-karyanya banyak menceritakan mengenai keluarganya, seperti Familiefeest dan t Blijft toch familie. Hingga saat ini, ia aktif menulis untuk Het Parool. Selain menulis di banyak koran serta menulis banyak buku, ia juga menulis skenario film. Saat ini, Holman menjadi presenter sebuah acara bertajuk Humanistische Omroep di radio Desmet. 1 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah makalah ini terangkum dalam: 1. Bagaimana posisi tokoh pappa yang merupakan seorang Indo-Belanda dilihat dari kacamata identitas budaya? 2. Bagaimana wacana identitas as being dan as becoming dihadirkan dalam tokoh pappa? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dilakukannya penulisan makalah ini adalah: 1. Menemukan dan menjelaskan posisi tokoh pappa yang merupakan seorang Indo-Belanda dilihat dari kacamata identitas budaya. 1 http://www.theodorholman.nl/

3 2. Menjelaskan wacana identitas as being dan as becoming yang dihadirkan dalam tokoh pappa. 1.4 Sumber Data Fragmen cerita yang berjudul Familiefeest karya Theodor Holman. 1.5 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif studi kasus dengan menggunakan pendekatan Cultural Identity. Metode ini dipergunakan dengan tujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Obyeknya adalah keadaan kelompok-kelompok dalam masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat, maupun individu-individu dalam masyarakat. (Sri W. dan Sutapa Mulya, 2007). Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984:5).

BAB II LANDASAN TEORI Ketika suatu kelompok manusia telah memiliki pengalaman yang sama dan cara yang sama untuk merepresentasikan atau memproduksi makna terhadap sesuatu, maka mereka akan memiliki visi atau pandangan dalam melihat hal, benda, objek, kejadian atau manusia lain. Hall (1997) mengatakan bahwa representasi adalah proses dimana seseorang menggunakan bahasa untuk memproduksi makna. Manusia tidak hanya memberi tanda pada objek, benda mati, atau kejadian (events) yang terjadi di sekitarnya, namun juga memberi makna pada manusia lain. Dengan memberi makna pada manusia lain, kita memberi eksistansi kepada orang tersebut dan mengakui keberadaannya. Dengan melakukan proses ini berarti kita telah memberi identitas pada orang tersebut. Oleh karena itu, proses representasi sangat erat kaitannya dengan identitas, karena seseorang mendapatkan identitas ketika eksistensinya dimaknai oleh orang lain. Identitas yang dimaksud adalah identitas budaya, yakni suatu identitas yang berubah-ubah tergantung dengan siapa seseorang berinteraksi, kapan, dan di mana ia berada. Hal ini terjadi karena seseorang pasti melakukan interaksi dengan orang lain, dengan orang berbeda, dalam waktu dan situasi yang berbeda pula. Identitas juga dapat diberikan oleh diri sendiri. Hal atau benda yang kita gunakan, ritual yang kita jalankan, cara berpakaian dan berpenampilan mendefinisi siapa kita, di kelompok mana keeksistensialis kita diakui dan tidak diakui. Dengan memberi makna dan identitas pada diri kita sendiri, berarti kita memberi kestabilan dan kejelasan terhadap siapa diri kita dalam keterlibatan yang kompleks dengan orang lain dalam hubungan sosial. Proses ketika seseorang mengklaim atau diklaim termasuk ke dalam suatu identitas berarti pada saat yang bersamaan ia tidak termasuk dalam identitas yang lain. Dalam hal ini, identitas erat kaitannya dengan perbedaan. Suatu identitas yang dilekatkan pada diri seseorang berarti secara otomatis ia terbedakan dan berkonfrontasi dengan identitas lain. 4

5 Rutherford (1990: 53) menuliskan pemikiran Hall mengenai bagaimana seseorang membentuk dirinya sebagai being dan becoming. Identitas budaya sangat bergantung kepada bagaimana seseorang menjadikan identitas budaya itu sebuah posisi bukan esensi, sehingga orang tersebut dapat menjadi siapa saja di mana pun ia berada. Hall menjelaskan mengenai identitas budaya yang masalah identifikasinya bersifat tidak tetap. Identitas adalah sesuatu yang tidak pernah berhenti pembentukannya, bukan hanya sekadar ada, namun sesuatu yang terus menjadi.

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Sinopsis Familiefeest Karya Theodor Holman Fragmen Familiefeest menceritakan tentang sebuah keluarga. Cerita dimulai ketika tokoh pappa meninggal ketika sedang mengantar cucunya yang merupakan anak tokoh de ik ke kamar mandi. Pada saat itu, yang ada di rumah kejadian adalah tokoh de ik, Marja anak de ik, dan mamma. Kemudian datang broer dan zus. Mamma dan zus terlihat sangat sedih dan terpukul dengan meninggalnya pappa, namun tokoh de ik dan broer terlihat lebih santai dan bahkan dapat bercanda dengan saling membuat lelucon. Selanjutnya merupakan cerita tentang pappa menurut pandangan de ik. Ia membayangkan apakah pappa semasa hidupnya pernah memikirkan bahwa ia akan meninggal di Belanda. Selain itu muncul juga kenangan-kenangan tentang pappa mengenai masa lalunya yang merupakan seorang assistent-resident di Hindia-Belanda. Pappa merupakan seorang Indo-Belanda, oleh karena itu, ia memiliki warna kulit yang tidak sama seperti orang Belanda pada umumnya. Disebutkan di cerita bahwa tokoh de ik tidak pernah mendengar cerita tentang pappa mengenai warna kulitnya, namun de ik ingat ketika ia berumur sekitar sembilan tahun, pappa pernah disangka sebagai seorang Hindia-Belanda, namun ia bersikukuh bahwa ia adalah seorang Belanda. Cerita selanjutnya adalah kenangan tokoh zus, broer, dan de ik akan pappa semasa hidupnya, baik ketika ia masih berada di Hindia-Belanda sampai usianya 34 tahun atau ketika pappa menginjakkan kakinya kembali di Belanda. Ketika Belanda kalah dengan Jepang, pappa berada di Hindia-Belanda dan merasakan hidup di kamp serta berteman dengan orang Hindia-Belanda. Kenangan-kenangan tersebut dapat muncul ketika Broer membuka dan membacakan kertas pidato kematian yang dimiliki pappa untuk teman-temannya di depan de ik dan Zus. 6

7 3.2 Kajian Identitas Budaya dalam Familiefeest Dalam cerita Familiefeest, teori identitas budaya yang dikemukakan oleh Stuart Hall merupakan pisau untuk membedah tokoh pappa penulisan makalah ini. Hall mengatakan bahwa representasi dapat dilakukan seorang manusia untuk memberikan identitas pada manusia lain, yakni dengan memberi makna pada manusia tersebut. Dengan demikian, manusia tersebut secara nyata telah mendapat pengakuan dari manusia lain akan keberadaannya. Pappa yang merupakan seorang Indo-Belanda terkadang mendapati dirinya mendapat perlakuan yang berbeda dengan orang Belanda asli. Wacana tentang identitas tokoh pappa mulai disinggung sejak halaman 499, paragraf terakhir. Ik heb bruine huidkleur dan hij. Was dat voor zijn dood ook zo? Kalimat tersebut merupakan pikiran de ik. Tokoh de ik sebelum kematian pappa tidak pernah membahas mengenai warna kulit pappa, walaupun setelah meninggal tentu saja warna kulit menjadi pucat karena tidak ada lagi sirkulasi darah. 2 Pikiran de ik ini mengindikasikan adanya wacana mengenai perbedaan warna kulit antara pappa dengan orang Belanda pada umumnya, atau yang lebih luas lagi perbedaan antara pappa dengan orang lain secara global. Wacana ini muncul karena pappa adalah seorang Indo-Belanda. Pappa lahir di Hindia-Belanda dari ayah seorang Belanda dan ibu yang sebenarnya tidak disebutkan dalam cerita. Ia sekolah di Belanda kemudian kembali lagi ke Hindia- Belanda untuk bekerja sebagai assistent-resident. Pada usia 34 tahun, ia kembali lagi ke Belanda dan bekerja di Bank Belanda. Pikiran mengenai warna kulit kembali menghampiri tokoh de ik....zou hij hier in Nederland, toen hij bij de Nederlandsche Bank ging werken, last hebben gehad van zijn kleur?... (hal. 500 paragraf 4) Hal di atas terlintas dalam pikiran tokoh de ik ketika ia sedang memandang tokoh pappa yang sudah tidak bernyawa yang berada di dekatnya sambil memikirkan kembali kenangan tentangnya. Pappa merupakan seseorang yang bangga dengan apa yang telah ia raih semasa hidupnya, namun de ik merasa rasa bangga pappa 2 http://medicinestuffs.blogspot.com/2010/06/tanatologi.html

8 semu, karena keberhasilan tersebut datang bersamaan dengan kehilangan. Jadi, kebanggaan datang sejalan dengan kesedihan. Pada paragraf selanjutnya, de ik menjelaskan mengapa ia sebelumnya tidak pernah membahas mengenai warna kulit bersama Pappa. Ik heb het met mijn vader nooit over de kleur van zijn huid gehad. Ik heb ook nooit met hem gesproken over de betekenis die Indië voor hem had. Afkomst, kleur... we spraken er nooit over, althans niet als het over onze eigen afkomst of kleur ging. Dat deden wij niet. Het begrip Indisch bestond daarom voor ons niet. (hal. 500 paragraf 5) Kutipan tersebut menunjukkan bahwa topik mengenai asal-usul maupun warna kulit merupakan topik yang tidak pernah disinggung dan tabu untuk diperbincangkan di keluarga de ik dan pappa. Dari situ kita dapat melihat bahwa ada keengganan pappa dalam membahas tema identitas, baik identitas dirinya, maupun identitas keluarganya. Pada dua paragraf selanjutnya: Nooit heb ik ook maar één verhaal gehoord dat hem iets werd geweigerd vanwege zijn afkomst of zijn kleur. (Racisme heeft hij altijd een modeverschijnsel gevonden, al ergerde hij zich wel aan het neerbuigende gedrag van de Nederlanders tegenover de Inlanders). (hal. 500, paragraf 7) Walaupun di awal de ik mengatakan tidak pernah menyadari warna kulit pappa, namun wacana mengenai warna kulit dan asal usul atau identitas secara luas kembali dihadirkan. Pappa berasal dari keluarga yang baik, dalam artian berada pada kelas sosial yang cukup dipandang. Ayahnya merupakan seorang kepala kantor pos di Batavia dan saudara-saudaranya memiliki jabatan yang tinggi di bidang militer. Ia sendiri dapat sekolah di Leiden Belanda. Akan tetapi, itu semua tidak merubah tampilan fisik pappa yang sedikit berbeda dengan orang berdarah asli Belanda. Sampai ketika kenangan de ik berikutnya bersama pappa ketika ia berusia sekitar sembilan tahun. [...] Onmiddelijk hoor ik vanuit de hemel de ijzingwekkende metalen stem gebieden: Wil die Indische mijnheer met dat kleine jongetje terugkeren en bij het stoplicht oversteken! [...] (hal. 502, paragraf 2)

9 Ketika mereka berdua menyebrang jalan, polisi yang sedang bertugas menggunakan pengeras suara menyebut dirinya sebagai Indische mijnheer. Pappa tidak mengindahkan peringatan itu, dia terus berjalan dan mengatakan kepada de ik bahwa ia orang Belanda, bukan seorang Indo-Belanda. Jika ditilik menggunakan pemikiran Hall mengenai pemberian identitas oleh orang lain, dengan penampilan fisik (uiterlijk) pappa yang seperti itu, bagi orang lain yang melihatnya dari luar, ia merupakan seorang Indo-Belanda. Asal usulnya telah memberinya identitas, yaitu keturunan Indo-Belanda. Akan tetapi, pappa terus berpegang teguh pada keyakinan dan ingin dipandang sebagai orang Belanda seutuhnya, tanpa ada embel-embel Hindia Belanda. Hal ini dapat saja dipertahankan, selama ia mau melakukannya, tetapi tetap tidak bisa memaksa orang lain untuk melihat dirinya sebagai orang Belanda asli, apalagi terhadap orang yang tidak dikenal sebelumnya. Selain posisinya sebagai assistent-resident, pappa tidak memiliki kenangan indah lain di Hindia-Belanda. [...] Alleen je herinneringen liet je nog binnen herinneringen aan een land dat niet meer bestaat, aan Indië [...] (hal. 502, paragraf 5) Kutipan di atas merupakan isi dari pidato pappa dalam upacara kematian temannya yang bernama Wim Schuitemaker. Ia merupakan seorang Indo-Belanda dan teman pappa sewaktu di kamp di Hindia-Belanda. Dengan kalimat tersebut, bahwa pappa telah melupakan Hindia-Belanda beserta seluruh isinya. Tidak peduli dengan apa yang telah Hindia-Belanda berikan kepadanya. Hal ini didasari pendapatnya bahwa ia merupakan orang Belanda yang tinggal di Belanda. 3.2.1 Pappa as being dan as becoming Identitas yang ada dalam diri pappa secara lahiriah adalah seorang Indo-Belanda. Hal ini tidak menjadi masalah ketika ia berada di Hindia Belanda. Bahkan, ia menjabat suatu posisi yang cukup tinggi di pemerintahan sebagai assistentresident. Terlahir dari ayah yang merupakan seorang Belanda asli dan ibu yang tidak diketahui di Hindia-Belanda, identitas as being tokoh pappa dapat dilihat dari penampilan luarnya yang seperti orang Hindia-Belanda. Dalam cerita ini, masalah warna kulit beberapa kali menjadi sorotan. Karena merupakan campuran

10 Indo-Belanda, warna kulit pappa cenderung coklat, dan itu berbeda dengan kulit orang Belanda kebanyakan. Oleh karena itu, terkadang orang salah mengganggapnya sebagi orang Hindia-Belanda. Dari identitas as being-nya yang seperti itu, pappa mengalami represi. Represi tersebut muncul karena ia tidak mau dianggap sebagai Indo-Belanda. Ia ingin disebut sebagai orang Belanda. Represi demi represi pada akhirnya menimbulkan resistensi. Resistensi itu muncul ketika ada yang menyebut dirinya seorang Indo-Belanda. [...] Die Indische mijnheer met die grijze jas en die alpinopet op, met dat kleine jongetje! Terugkeren naar het stoplicht! [...] Mijn vader loopt gewoon door en zegt tegen mij: Ik ben geen Indische mijnheer. Ik ben Nederlander. [...] (hal. 502 paragraf 2) Resistensi pappa atas perlakuan orang lain terhadap identitas as being-nya dilakukan sebagai bentuk identitas as becoming. Dengan kata lain, identitas as being pappa yang secara otomatis ia dapatkan ketika lahir dan pemberian dari orangtuanya adalah seorang Indo-Belanda yang memiliki kulit cenderung coklat. asli. Sedangkan identitas as becoming pappa adalah seorang Belanda seutuhnya. Pappa berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukkan identitas as becomingnya sebagai seorang Belanda. Hal ini cukup berat dilakukan dan kadang mengalami hambatan dengan adanya keadaan fisik yang tidak bisa ditutupi, yakni warna kulit yang cenderung coklat.

BAB IV SIMPULAN Identitas as being tokoh pappa dalam fragmen Familiefeest karya Theordor Holman adalah seorang Indo-Belanda dengan ciri fisik kulit yang berwarna coklat. Wacana mengenai warna kulit merupakan pembahasan yang tidak lumrah diperbincangkan di keluarga pappa dan de ik, namun dengan adanya fakta bahwa pappa memiliki warna kulit lebih gelap dibandingkan dengan orang Belanda pada umumnya, terkadang orang lain selain keluarga memperlakukannya sebagai seorang Indo-Belanda. Akan tetapi, pappa tidak menyukai hal tersebut. Karena ia terus mendapat represi dari identitas as being-nya, yaitu tampilan fisik dirinya sebagai seorang Indo-Belanda, pappa mempertahankan identitas as becoming-nya, yaitu sebagai seorang Belanda asli. Ia tidak ingin disebut sebagai seorang Indo-Belanda. Pappa terus berusaha menunjukkan identitasnya sebagai seorang Belanda asli. Walaupun begitu, terkadang hal-hal yang terjadi, terjadi begitu saja dan tidak sesuai dengan keinginannya. Salah satu penyebabnya adalah kulitnya yang berwarna coklat yang tidak dapat ia tutupi, sehingga orang yang baru mengenalnya secara spontan menganggap ia seorang Indo-Belanda. 11

DAFTAR PUSTAKA Hall, Stuart. 1997. Representation: Cultural Representations and Signifying Practices (Culture, Media and Identities series). London: Sage Publications Ltd. Mg. Sri Wiyarti dan Sutapa Mulya. 2007. Sosiologi. Surakarta: UNS Press. Rutherford, Jonathan. 1990. Identity: Community, Culture, Difference. London: Lawrence 7 Wishart. Taylor J, Steven. Bogdan, Robert. 1984. Introduction to Qualitative Research Methods. Wiley. Internet: http://www.medicinestuffs.blogspot.com/2010/06/tanatologi.html (diakses pada 24 Desember 2012 pukul 21.45) http://www.theodorholman.nl/ (diakses pada 27 Desember 2012 pukul 07:30) Sumber Korpus: Holman, Theodor. 1992. Familiefeest. Amsterdam: Nijgh & Van Ditmar 12