BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang dalam perkembangannya kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB V PENUTUP. adalah tersedianya sumber sumber pembiayaan, sumber pembiayaan tersebut

PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata ke

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

1. PENDAHULUAN. merupakan salah satu unsur belanja langsung. Belanja modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewenangan daerah dalam menjalankan pemerintahannya pada masa

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

I. PENDAHULUAN. Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power,

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan dalam kebebasan

HALAMAN PENGESAHAN...

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang muncul bersumber dari variasi data cross section yang digunakan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi tentu akan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi sektor ekonomi dari suatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data PDRB daerah tersebut. Pertumbuhan PDRB adalah salah satu indikator penting untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan PDRB juga dapat digunakan untuk menentukan arah pembangunan untuk periode yang akan datang dengan membuat perencanaan dan program yang sesuai. Menurut Todaro dan Smith (2003), Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur secara makro adalah pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan dari perubahan PDRB dalam suatu daerah. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menandakan semakin baik kegiatan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah tersebut ditunjukkan dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan 1

yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah dalam mengelola pemerintahan dan keuangan daerah. Otonomi daerah mempunyai tujuan untuk mencapai kemandirian daerah dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah. Hal tersebut dimaksudkan karena setiap daerah lebih mengerti kondisi daerahnya sehingga pembangunan daerah akan dapat difokuskan pada prioritas kebutuhan dan potensi yang dimiliki daerah masing-masing. Nilai dari PDRB suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah tingkat pendapatan daerah dari suatu daerah tersebut. Menurut Mawarni (2013), PAD memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan PDRB di Kabupaten Sleman. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2007) yang menunjukkan hasil berbeda dimana PAD tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap PDRB. Menurut Arsyad (2004), Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah juga dipengaruhi oleh berbagai kebijakan pemerintah salah satunya dalam hal pengelolaan keuangan daerah di bidang pengeluaran pemerintah. Belanja barang untuk dan belanja modal untuk pemenuhan fasilitas yang dilakukan oleh pemerintah daerah pada sektor ekonomi produktif akan meningkatkan stok modal bagi daerah tersebut dan akan meningkatkan tingkat output dan pendapatan nasional. Hal ini diperkuat dengan penelitian Prakarsa (2014) dari hasil analisis menunjukkan bahwa belanja barang dan jasa dan belanja modal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur. Pengeluaran Pemerintah menurut Sukirno dalam Sitaniapessy (2013) adalah bagian dari kebijakan fiskal, yaitu suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan 2

dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu atau mendorong pertumbuhan PDRB. Berdasarkan uraian dari paragraf sebelumnya dapat dibuat kesimpulan bahwa PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik itu positif ataupun negatif. Provinsi DIY merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa. Provinsi DIY memiliki empat kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Provinsi DIY merupakan provinsi dengan jumlah PDRB kabupaten/kota yang meningkat setiap tahunnya sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Tabel 1.1 PDRB ADHK Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013 (Dalam Miliar Rupiah) Nama Kabupaten Nilai PDRB ADHK 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kabupaten Sleman 5.838 6.100 6.373 6.704 7.069 7.472 Kabupaten Gunungkidul 3.087 3.197 3.330 3.474 3.643 3.830 Kabupaten Kulon Progo 1.687 1.728 1.781 1.869 1.963 2.062 Kabupaten Bantul 3.618 3.780 3.968 4.177 4.400 4.645 Kota Yogyakarta 5.034 5.245 5.506 5.817 6.152 6.499 Sumber: BPS Tabel di atas menunjukkan bahwa PDRB kabupaten/kota Provinsi DIY meningkat dari tahun 2008 sampai tahun 2013. Namun nilai PDRB dari tiap kabupaten/kota masih belum merata. Hal ini terlihat dari nilai PDRB ADHK 3

Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta yang masih mendominasi karena Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta merupakan daerah yang menjadi pusat kegiatan perekonomian Provinsi DIY. Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul dan Kulon Progo yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan masih belum mampu bersaing dengan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta yang sektor-sektor perekonomiannya sudah lebih berkembang. Peran pemerintah daerah dari setiap kabupaten/kota sangat besar dalam meningkatkan PDRB karena pemerintah merupakan pihak yang memegang arah pembangunan dari suatu daerah. Pemerintah memiliki kewenangan dalam pembuatan program pembangunan dan penentuan kebijakan dibidang pengelolaan pendapatan dan pengalokasikan pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan pembangunan sektor ekonomi. Tabel 1.2 PAD Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013 Nama Kabupaten (Dalam Miliar Rupiah) Nilai PAD 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kabupaten Sleman 140,63 157,23 163,06 226,69 241,00 298,41 Kabupaten Gunungkidul 28,90 38,36 42,54 54,40 67,05 63,62 Kabupaten Kulon Progo 42,29 39,36 44,42 53,75 74,03 95,30 Kabupaten Bantul 69,80 88,69 81,64 128,90 122,82 130,45 Kota Yogyakarta 133,04 161,47 179,42 228,83 338,28 385,20 Sumber: BPS Tabel di atas menunjukkan hasil dari pengelolaan sumber-sumber pendapatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah pada daerahnya masingmasing. PAD dari tiap kabupaten/kota Provinsi DIY menunjukkan kenaikan setiap tahunnya seperti halnya nilai dari PDRB ADHK kabupaten/kota Provinsi DIY. Sama seperti nilai PDRB ADHK, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta merupakan daerah yang mendominasi nilai PAD. Hal ini menunjukkan Kabupaten 4

Sleman dan Kota Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki sumber-sumber pendapatan daerah yang besar bila dibandingkan daerah yang lain. Dalam pembahasan sebelumnya, faktor selain PAD yang memberikan pengaruh pada nilai PDRB ADHK adalah pengalokasikan pengeluaran pemerintah untuk peningkatan pembangunan sektor ekonomi. Tabel 1.3 Belanja Barang dan Jasa Kabupaten/Kota Provinsi DIY Nama Kabupaten Tahun 2008-2013 (Dalam Miliar Rupiah) Nilai Belanja Barang dan Jasa 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kabupaten Sleman 127,85 147,56 215,74 214,56 224,33 263,76 Kabupaten Gunungkidul 73,12 76,16 79,48 84,88 99,86 104,50 Kabupaten Kulon Progo 63,00 65,67 67,80 80,89 101,20 108,44 Kabupaten Bantul 82,42 83,45 89,93 100,31 130,94 134,08 Kota Yogyakarta 100,28 141,47 159,12 172,00 214,28 321,93 Sumber: BPS Tabel di atas menunjukkan nilai pengeluaran Pemerintah Daerah untuk keperluan belanja barang dan jasa. Dalam uraian sebelumnya dijelaskan bahwa Belanja barang dan belanja modal untuk pemenuhan fasilitas yang dilakukan oleh pemerintah daerah pada sektor ekonomi akan meningkatkan pertumbuhan tingkat output dan pendapatan daerah. Dari tabel di atas dapat diketahui belanja barang dan jasa yang dikeluarkan pemerintah memiliki kemiripan dengan nilai PDRB ADHK kabupaten/kota Provinsi DIY dan PAD kabupaten/kota Provinsi DIY, pengeluaran pemerintah untuk keperluan belanja barang dan jasa memiliki nilai yang terus meningkat semenjak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Kabupaten Sleman dan Yogyakarta merupakan daerah yang mendominasi nilai dari belanja barang dan jasa pemerintah dibandingkan dengan daerah lainnya. 5

Tabel 1.4 Belanja Modal Kabupaten/Kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013 (Dalam Miliar Rupiah) Nama Kabupaten Nilai Belanja Modal 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kabupaten Sleman 76,07 115,85 126,79 96,11 177,99 201,67 Kabupaten Gunungkidul 132,22 98,74 108,90 143,14 190,31 140,59 Kabupaten Kulon Progo 91,70 40,81 42,17 139,34 147,83 151,89 Kabupaten Bantul 137,95 123,43 96,10 90,93 127,09 125,07 Kota Yogyakarta 97,07 86,74 54,04 59,15 88,34 166,41 Sumber: BPS Tabel di atas menunjukkan belanja modal yang dialokasikan pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi DIY. Belanja modal yang dikeluarkan pemerintah adalah belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, dan belanja fisik lainnya. Belanja modal Kabupaten/Kota Provinsi DIY mengalami kenaikan dan penurunan nilai setiap tahunnya. Berbeda dari PDRB, PAD, dan belanja barang dan jasa, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta tidak mendominasi nilai dari belanja modal selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor kebijakan pemerintah dibidang pengelolaan pendapatan dan pengeluaran daerah yang mempengaruhi nilai PDRB kabupaten/kota Provinsi DIY di atas maka penelitian ini meneliti pengaruh dari PAD dan pengeluaran pemerintah khususnya belanja barang dan jasa, dan belanja modal kabupaten/kota Provinsi DIY terhadap PDRB kabupaten/kota Provinsi DIY dengan studi kasus di kabupaten/kota Provinsi DIY selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. 6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada 3 (tiga) rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan Tugas Akhir ini. Adapun ketiga rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh PAD dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY pada tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya? 2. Bagaimana pengaruh belanja barang dan jasa dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY pada tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya? 3. Bagaimana pengaruh Belanja Modal dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY pada tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh PAD dari kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY selama tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya. 2. Untuk mengetahui pengaruh belanja barang dan jasa dari kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY selama tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya. 7

3. Untuk mengetahui pengaruh belanja modal dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY selama tahun 2008-2013 dan seberapa besar pengaruhnya. 1.4 Manfaat Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain: 1. Bagi Penulis Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi penulis untuk membuktikan teori-teori yang sebelumnya dipelajari selama proses perkuliahan. Dengan melakukan penelitian tersebut, penulis mendapatkan pemahaman terkait: a. Pengaruh dari PAD dari kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY Provinsi DIY tahun 2008-2013 dengan cara melakukan analisis menggunakan alat analisis olah data eviews. b. Pengaruh dari pengeluaran pemerintah berupa belanja barang dan jasa dan belanja modal dari kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY Provinsi DIY tahun 2008-2013 dengan cara melakukan analisis menggunakan alat analisis olah data. c. Dari hasil analisis yang dilakukan penulis akan lebih mengerti tentang bagaimana pengelolaan keuangan daeah yang baik untuk memaksimalkan pertumbuhan sektor ekonomi suatu daerah. 8

2. Bagi Universitas a. Memberikan pengalaman dan wawasan yang bermanfaat bagi pemahaman mahasiswa. b. Menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa mampu memahami dengan baik ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti proses pembelajaran di universitas. 3. Bagi Pembaca a. Memberikan wawasan baru bagi pembaca, khususnya di bidang Perencanaan Pembangunan. b. Pembaca bisa mengetahui bahwasanya proses penerapan ilmu pengetahuan sering menemui kendala dan kesulitan yang perlu di teliti dan diuji dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada. c. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk pembuatan penelitian dengan menggunakan metode analisis dan alat analisis yang sama. 9

1.5 Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Latar Belakang Adanya indikasi pengaruh penerimaan daerah dan pengeluaran pemerintah terhadap PDRB. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal terhadap PDRB dan seberapa besar pengaruhnya? Tujuan Mengetahui pengaruh PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal terhadap PDRB dan seberapa besar pengaruhnya. Hipotesis PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal berpengaruh terhadap PDRB. Metodologi Menggunakan teknik penghitungan kuantitatif secara matematik Data Data PDRB ADHK kabupaten/kota Provinsi DIY, PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal kabupaten/kota Provinsi DIY Tahun 2008-2013. Alat Analisis Regresi Data Panel Kesimpulan PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal kabupaten/kota Provinsi DIY berpengaruh terhadap PDRB ADHK kabupaten/kota Provinsi DIY. Sumber: Data penelitian terdahulu (diolah) Marwani, Darwanis, dan Abdullah (2013), Kurniawan, Effendi, Wardhana (2012), Prakarsa (2014) 10

Sebagaimana tema penelitian ini yang menganalisis pengaruh dari PAD dan pengeluaran pemerintah berupa belanja barang dan jasa dan belanja modal kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY, maka akan diberikan pembahasan cukup banyak terkait PAD dan pengeluaran pemerintah berupa belanja barang dan jasa dan belanja modal dari setiap kabupaten dan kota yang berada di Provinsi DIY mengingat data yang digunakan adalah selama enam tahun yaitu tahun 2008-2013. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel karena data yang akan di analisis merupakan data cross section berupa data dari kabupaten/kota di Provinsi DIY dan data time series selama periode 2008-2013. Dari hasil analisis menggunakan regresi panel data dapat diketahui bagaimana pengaruh dari PAD, belanja barang dan jasa, dan belanja modal dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY apakah berpengaruh secara signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap PDRB Kabupaten/Kota Provinsi DIY ataupun sebaliknya. Setelah diketahui pengaruh dari PAD, belanja barang dan jasa dan belanja modal dari setiap kabupaten/kota di Provinsi DIY terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY maka dapat dibuat kesimpulan dan saran yang sesuai dalam perencanaan pembangunan yang lebih baik untuk periode mendatang untuk meningkatan PDRB Provinsi DIY yang lebih besar. 11