TINJAUAN HUKUM TENTANG PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DENGAN JAMINAN PERHIASAN DI PEGADAIAN CABANG SENTANI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. (VOC) mendirikan BANK VAN LEENING yaitu lembaga keuangan yang

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. menentu terutama bagi lapisan masyarakat tingkat menengah ke bawah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

PERJANJIAN JUAL BELI RUMAH TIDAK SERTA MERTA DAPAT MEMUTUSKAN HUBUNGAN SEWA MENYEWA ANTARA PEMILIK DAN PENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan yang mendesak atau kekurangan dana dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB III PERLINDUNGAN BAGI PEMILIK BENDA DAN KREDITUR PENERIMA GADAI APABILA OBJEK GADAI DIJAMINKAN OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMILIK BENDA

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan pelaku usaha atau perseorangan untuk menggerakan perekonomiannya,

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi serta dilaksanakan seirama dan serasi dengan kemajuan-kemajuan

PENERAPAN KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) 1 Oleh: Sartika Anggriani Djaman 2

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara seperti meminjam dari berbagai sumber dana yang ada. sehingga dapat mengakibatkan pemborosan.

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

I. PENDAHULUAN. Seiring meningkatnya perekonomian Indonesia, maka semakin tinggi pula

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ia kekurangan dana, maka salah satu alternatifnya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

PENERAPAN ALASAN PEMAAF DAN PEMBENAR TIDAK DAPAT DILAKSANAKANNYA SUATU PRESTASI OLEH DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB III PENUTUP. Jayapura, apabila perjanjian kredit macet dan debitur wanprestasi yaitu: (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

PELAKSANAAN GADAI SYARIAH PADA PERUM PEGADAIAN SYARIAH (Studi Kasus: Pegadaian Syariah Cabang Ujung Gurun Padang) SKRIPSI

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. penjaminan lain seperti pada hak tanggungan dan jaminan fidusia.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Negara tersebut. Tetapi dampak positif perekonomian bagi Negara

Transkripsi:

TINJAUAN HUKUM TENTANG PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DENGAN JAMINAN PERHIASAN DI PEGADAIAN CABANG SENTANI, SH.,MHum 1 Abstrak : Bahwa Prosedur Perjanjian Pinjam Meminjam dengan Jaminan Perhiasan di Pegadaian yaitu membawa barang jaminan kebagian penaksir untuk ditaksir nilai jaminan yang diberikan, serta Mengisi Formulir Permintaan Kredit Online, dan Pemberian barang jaminan disertai Fotocopy Kartu Tanda Penduduk dan Formulir Permintaan Kredit Online yang sudah diisi, atau surat kuasa bagi pemilik barang yang tidak dapat datang, Bagian penaksir akan menaksir nilai jaminan, menentukan jumlah pinjaman beserta sewa modal (bunga), Jika nasabah setuju, maka barang jaminan ditahan untuk disimpan dan nasabah memperoleh pinjaman, berikut surat bukti gadai. Konsekuensi dan tanggung jawab perusahaan umum pegadaian terhadap tindakan wanprestasi yang dilakukan perusahaan umum pegadaian terhadap barang debitur yang hilang atau rusak adalah penggantian sebesar 125% dari nilai taksiran, setelah dikurangi uang pinjaman dan sewa modal. Pegadaian tidak bertanggung jawab atas kerugian apabila terjadi force majeure. Kata Kunci : Perjanjian, Pinjam Meminjam, Jaminan Perhiasan, Pegadaian PENDAHULUAN Perusahan Umum Pegadaian yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969, Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1969 (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 16; 1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Yapis Papua LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 88

Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890) Tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang- Undang. yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan usaha menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan maksud dan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah kebawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dalam pemberian kredit kepada masyarakat perusahaan umum pegadaian meminta jaminan dari debitur yang berupa benda bergerak milik debitur atau benda tidak bergerak berupa emas dan perhiasan lainnya untuk diserahkan kepada pihak pegadaian, hal ini dimaksudkan sebagai jaminan pelunasan atas hutang debitur apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Pengikatan pada benda bergerak dan benda tidak bergerak yang di serahkan oleh debitur kepada perusahaan umum pegadaian ini disebut gadai. Gadai merupakan jaminan terhadap benda-benda bergerak dengan menguasai bendanya oleh kreditur pemegang gadai atau dengan kata lain benda gadai harus ada pada penguasa kreditur/pemegang gadai, sehingga harus ada hubungan yang nyata antara benda dan pemegang gadai sebab jika tidak, maka tidak akan terjadi gadai. Hal ini sebagai publikasi bahwa jaminan atas benda bergerak ada pada pemegang gadai 2. 2 Mariam Darus Badrulzaman, Aspek Yuridis Bagi Kemungkinan Perluasan Usaha Perum Pegadaian di Masa Mendatang, Makalah Seminar Pegadaian, Malang, 1994. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 89

Adapun pengertian Gadai Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150, Gadai adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Dari definisi gadai menurut Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata serta beberapa unsur pokoknya, ternyata hak gadai merupakan tambahan dari suatu perjanjian pokok yaitu perjanjian pinjaman uang maksudnya adalah untuk menjaga jangan sampai debitur lalai membayar kembali pinjaman atau bunganya 3. Apabila pada waktu yang telah ditetapkan (jatuh tempo) pinjaman yang diperoleh tidak dikembalikan, maka barang jaminan tersebut dapat dijual lelang guna menutup pengembalian pinjaman dan jika masih ada nilai sisanya, maka akan dikembalikan kepada peminjam 4. Perusahaan Umum Pegadaian memberikan kemudahan dengan memberikan debitur dapat memperpanjang masa pelunasan dengan cara membayar bunganya agar tidak terjadinya barang jaminan tersebut dilelang oleh kreditur, tetapi cara tersebut menimbulkan hutang baru proses tersebut berlangsung sampai dengan pelunasan hutang oleh nasabah, hal ini disebut dengan Hak Retensi. Sedangkan hak retensi adalah hak yang diberikan kepada kreditur, untuk menahan benda debitur sampai tagihan 3 Riduan Syahrani, Seluk Beluk Dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni Bandung, 1985. 4 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Pembiayaan dan Keuangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 90

yang berhubungan dengan benda tersebut dilunasi 5. Obyek yang digadaikan biasanya terdiri dari emas dan perhiasan lainnya. Meskipun perhiasan berlian kurang diminati oleh pegadaian, karena beberapa faktor dalam prakteknya yaitu karena adanya penipuan. Jadi yang lebih diminati adalah emas, karena lebih mudah ditandai keasliannya. Selain perhiasan, diterima pula kendaraan seperti mobil, motor. Apabila dilihat dari fungsi dan kegiatan usahanya, pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank yang fokus kegiatannya adalah memberikan pinjaman. Ada dua hal yang membuat pegadaian menjadi suatu bentuk usaha lembaga keuangan bukan bank. Pertama, transaksi pinjaman yang diberikan oleh pegadaian mirip dengan pinjaman melalui kredit bank, namun diatur secara terpisah atas dasar hukum gadai dan bukan dengan peraturan mengenai pinjam meminjam biasa. Kedua, usaha pegadaian di Indonesia secara legal dimonopoli oleh hanya satu badan usaha saja, yaitu Perusahan Umum Pegadaian. Secara umum, tujuan pegadaian adalah mencegah rakyat kecil yang membutuhkan pinjaman agar tidak jatuh ke tangan para pelepas uang, yang dalam pemberian pinjaman mengenakan bunga sangat tinggi dan berlipat ganda 6.Hal yang tidak aneh jika pegadaian menjadi pilihan masyarakat golongan menengah kebawah, yakni MENGATASI MASALAH TANPA 5 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993 hlm.22. 6 Fareid Wijaya M dan Soetatwo Hadiwigeno, Lembaga-Lembaga Keuangan dan Bank, Perkembangan, Teori dan Kebijakan Edisi 2, BPFE, Yogyakarta, 1995, hlm. 372. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 91

MASALAH. Slogan sebenarnya sangat menarik minat masyarakat, walaupun belum tentu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi para pegadai. Perjanjian standar dengan perjanjian baku, yaitu perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir 7. Dalam melakukan pinjam meminjam uang tersebut antara pegadaian dan nasabah mempunyai tanggung jawab hukum dalam pelaksanaan pinjam meminjam uang di pegadaian. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dikaji adalah prosedur perjanjian pinjam meminjam dengan jaminan perhiasan di Perusahaan Umum Pegadaian Kabupaten Jayapura, serta konsekuensi serta tanggung jawab Perusahaan Umum pegadaian yang wanprestasi terhadap benda jaminan gadai milik debitur yang hilang atau rusak. PEMBAHASAN DAN ANALISIS Perjanjian Perjanjian sebagaimana didefinisikan oleh ketentuan Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi: perjanjian adalah suatu perbuatan dengan nama satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Perikatan yang lahir karena perjanjian mengikat yaitu menimbulkan kewajiban dan hak dari adanya perikatan 7 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku (Standart), Perkembangan di Indonesia., PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 97. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 92

tersebut dapat dipaksakan secara hukum 8. Perjanjian dengan demikian mengikat para pihak secara hukum, untuk mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian itu. Perjanjian memiliki kekuatan mengikat bagi para pihak yang terlibat di dalamnya untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban. Perjanjian ditujukan untuk memperjelas hubungan hukum dan memberikan kepastian dalam penyelesaian suatu sengketa 9. Menurut R. Subekti pula, perkataan perikatan (verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian, Karena dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata itu diatur mengenai hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad) dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan (zaakwarneming), tetapi sebagian besar dari buku III ditujukan pada perikatan- perikatan yang timbul dari persetujuan perjanjian 10. Menurut M.Yahya Harahap, perjanjian adalah suatu hubungan kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan 8 R.Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hlm. 82. 9 I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, Implementasi Ketentuan hukum Perjanjian ke Dalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press. Denpasar, 2010, hlm. 28. 10 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intemasa, Jakarta (selanjutnya disebut R. Subekti II), hlm. 122. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 93

pada pihak lain untuk melaksanakan prestasi 11. Pasaribu Pengertian perjanjian juga dikemukakan oleh H. Chairun dan Suhrawadi K. Lubis mengungkapkan bahwa: Perjanjian adalah suatu perbuatan kesepakatan antara seseorang atau beberapa orang dengan seseorang atau beberapa orang lainnya untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu. Di dalam hukum kalau perbuatan itu mempunyai akibat hukum maka perbuatan tersebut diistilahkan dengan perbuatan hukum 12. Kehendak para pihak yang diwujudkan dalam kesepakatan adalah merupakan dasar mengikatnya suatu perjanjian dalam hukum kontrak Perancis. Kehendak itu dapat dinyatakan dengan berbagai cara baik lisan maupun tertulis dan mengikat para pihak yang dengan segala akibat hukumnya. Berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian di atur di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu: 1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak. Maksud dari kata sepakat adalah, kedua belah pihak yang membuat 11 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, hlm. 82. 12 H. Chairun Pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 1. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 94

perjanjian setuju mengenai hal-hal yang pokok dalam kontrak. 2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. a. Asas cakap melakukan perbuatan hukum, adalah setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya. Ketentuan sudah dewasa, ada beberapa pendapat, menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dewasa adalah 21 tahun bagi laki-laki,dan 19 tahun bagi wanita. b. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dewasa adalah 19 tahun bagi laki-laki, 16 tahun bagi wanita. c. Acuan hukum yang kita pakai adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata karena berlaku secara umum. 3. Adanya Obyek. Sesuatu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal atau barang yang cukup jelas. 4. Adanya kausa yang halal. Pasal 1335 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan hukum. Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 95

berbunyi Pinjam-meminjam adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barangbarang yang menghabis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Asser Kleyn mengatakan definisi ini tidak tepat. Kalimat barang yang menghabis karena pemakaian (verbruitbare zaken) seharusnya disebut barang yang dapat diganti (vervangbare zaken). Dengan demikian ketentuan itu berbunyi perjanjian pinjammeminjam mengganti adalah persetujuan dengan mana pihak kesatu memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang dapat diganti dan seterusnya 13. Bahwa perjanjian peminjaman bersifat riil, tersimpul dari kalimat pihak kesatu menyerahkan uang itu kepada pihak lain dan bukan mengikatkan diri untuk menyerahkan pinjaman. Perjanjian pinjam- meminjam adalah suatu perjanjian riil, perjanjian baru terjadi setelah ada penyerahan, selama benda (uang) yang dipinjamkan belum diserahkan maka Bab XIII Kitab Undang-Undang Hukum Perdata belum dapat diterapkan. Apabila dua pihak telah sepakat mengenai semua unsur-unsur dalam perjanjian pinjam mengganti, maka tidak serta merta bahwa perjanjian tentang pinjam mengganti itu telah terjadi, yang terjadi baru 13 Mariam Darus Badrulzaman, Aspek Yuridis Bagi Kemungkinan Perluasan Usaha Perusahaan Umum Pegadaian di Masa Mendatang, Makalah Seminar Pegadaian, Malang, 1994, hlm. 25. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 96

hanya perjanjian untuk mengadakan perjanjian pinjam mengganti. Untuk tidak menimbulkan kekeliruan terhadap perjanjian pinjam-meminjam ini, maka harus dibedakan dari perjanjian pinjam pakai. Jaminan Jaminan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1131 14 dalam Pasal tersebut mengatur mengenai Jaminan Umum dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 15 tentang Jaminan Khusus. Jaminan khusus terdiri dari jaminan kebendaan yang berkaitan dengan benda misalnya gadai dan Fidusia dan, jaminan perorangan misalnya Borgtoch 16 t. Jaminan secara hukum mempunyai fungsi untuk menjamin hutang, karena itu jaminan merupakan sarana perlindungan bagi para Kreditor yaitu kepastian akan pelunasan hutang Debitur atau pelaksanaan suatu prestasi oleh Debitur atau penjamin Debitur Secara hukum baik jaminan Kebendaan maupun perorangan, keduanya merupakan sarana untuk menjamin utang, dalam litelatur apabila bicara tentang jaminan selalu dikaitkan dengan hak kebendaan yang diatur dalam Buku II Kitab Undang-undang Hukum Perdata, sedangkan sebenarnya ada 14 Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : Segala Kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tidak begerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. 15 Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan dan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut seseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila ada di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. 16 Sofwan dan Sri Soedewi Masjscoen, Hukum Perdata: Hukum Benda, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 2000, hlm. 19. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 97

jenis jaminan lain dalam Kitab Undang-Undang hukum Perdata diatur dalam Buku III yaitu tentang Perjanjian Penanggungan (Borgtocht) yang merupakan jaminan perorangan, keduanya timbul dari perjanjian dan keduanya merupakan sarana perlindungan bagi para Kreditur. Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu yang di jadikan untuk suatu utang. Jaminan kebendaan memberikan kedudukan yang istimewa kepada para Kreditor, karena Kreditor memiliki hak preferen, yaitu hak untuk didahulukan (Preference right) dari Kreditur lain dalam pengambilan pelunasan piutang dari benda yang menjadi objek jaminan. Dalam hukum jaminan di Indonesia, pemegang hak jaminan kebendaan adalah kreditur atas Fidusia, yang mempunyai kedudukan sebagai Kreditur preferen. Perhiasan Perhiasan adalah sebuah benda yang dirangkai dan digunakan untuk merias atau mempercantik diri, pada umumnya digunakan oleh kaum wanita. Perhiasan biasanya terbuat dari emas ataupun perak dan tidak kemungkinan dibuat dari bahan lain seperti tembaga, kuningan, alloy yang dilapisi dengan emas murni atau yang sering disebut dengan perhiasan lapis emas atau perhiasan imitasi. perhiasan sendiri terdiri dari berbagai macam bentuk mulai dari cincin, kalung, gelang, liontin,bros dan lain-lain. Perhiasan digunakan untuk berbagai fungsi dan tujuan, mulai dari lambang kekayaan, perlindungan agama, sebagai alat kesenian dan untuk LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 98

mempercantik diri. Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Pegadaian Pegadaian adalah lembaga keuangan non bank yang memberikan kredit kepada masyarakat dengan corak khusus yaitu secara hukum gadai. Hukum gadai adalah kewajiban calon peminjam untuk menyerahkan harta geraknya sebagai agunan kepada kantor cabang pegadaian disertai dengan pemberian hak kepada pegadaian untuk melakukan penjualan (lelang) dalam kondisi yang ditentukan. Gadai menurut Susilo adalah suatu hak yang diperoleh oleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang sudah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 99

berutang dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo 17. Gadai menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku II Bab XX Pasal 1150 adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh orang lain atas namanya, yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan. Peraturan Pemerintahan Nomor 10 tahun 1990 tentang Berdirinya Lembaga Gadai yang berubah dari bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi Perusahaan Umum Pegadaian Pasal 3 ayat 1a menyebutkan bahwa Perusahan Umum Pegadaian adalah badan usaha tunggal yang diberi wewenang untuk menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai. Kemudian misi dari Perum Pegadaian disebutkan pada Pasal 5 ayat 2b, yaitu pencegahan praktik ijon, riba, pinjaman tidak wajar lainnya. Pasalpasal tersebut dapat dijadikan legimitasi bagi berdirinya pegadaian syari ah 18. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan dari orang yang berutang sebagai jaminan utangnya dan 1999. 17 Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta, 18 Ibid, hlm. 165. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 100

barang tersebut dapat dijual (dilelang) oleh yang berpiutang bila yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo 19. PROSEDUR PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DENGAN JAMINAN PERHIASAN DI PERUSAHAAN UMUM PEGADAIAN CABANG SENTANI Prosedur Perjanjian Pinjam Meminjam di Perusahaan Umum Pegadaian. Seperti diketahui bahwa menariknya peminjaman uang di pegadaian disebabkan prosedurnya yang mudah, cepat dan biaya yang dikenakan relative ringan. Disamping itu biasanya Perusahaan Umum Pegadaian tidak begitu mementingkan untuk apa uang tersebut digunakan. Yang penting setiap proses peminjaman uang di pegadaian haruslah dengan jaminan barang-barang tertentu. Hal ini tentu sangat berlawanan dengan prosedur peminjam uang di lembaga keuangan lainnya sepeti bank. 1. Proses atau prosedur peminjaman uang di Perusahaan Umum Pegadaian dapat dijelaskan berikut ini: a. Nasabah datang langsung kebagian informasi untuk memperoleh penjelasan, missalnya tentang barang jaminan, jangka waktu pengembalian, jumlah pinjaman dan biaya sewa modal (bunga pinjaman). b. Bagi nasabah yang sudah jelas dan mengetahui prosedurnya dapat langsung membawa barang jaminan kebagian penaksir untuk Jakarta, 2003, hlm. 16-17. 19 Muhammad dan Solikhun Hadi, Pegadaian Syariah, Salemba Diniyah, LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 101

ditaksir nilai jaminan yang diberikan serta mengisi Formulir Permintaan Kredit Online. Pemberian barang jaminan disertai Fotokopi Kartu Tanda Penduduk dan Formulir Permintaan Kredit Online yang telah diisi serta surat kuasa bagi pemilik barang yang tidak dapat datang. c. Bagian penaksir akan menaksir nilai jaminan yang diberikan, baik kualitas barang maupun nilai barang tersebut, kemudian barulah ditetapkan nilai taksir barang tersebut. d. Setelah nilai taksir ditetapkan langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah pinjaman beserta sewa modal (bunga) yang dikenakan dan kemudian diinformasikan ke calon peminjam. e. Jika peminjam setuju, maka barang jaminan ditahan untuk disimpan dan nasabah memperoleh pinjaman, berikut surat bukti gadai. 2. Proses pembayaran kembali pinjaman baik yang sudah jatuh tempo maupun yang belum dapat dilakukan sebagai berikut: a. Pembayaran kembali pinjaman berikut sewa modal dapat langsung dilakukan di kasir dengan menunjukkan surat bukti gadai dan melakukan pembayaran sejumlah uang. b. Pihak pegadaian menyerahkan barang jaminan apabila pembayarannya sudah lunas dan diserahkan langsung ke nasabah untuk diperiksa kebenarannya dan jika sudah benar dapat langsung dibawa pulang. c. Pada prinsipnya pembayaran kembali pinjaman dan sewa modal LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 102

dapat dilakukan sebelum jangka waktu pinjaman jatuh tempo. d. Bagi nasabah yang tidak dapat membayar pinjamannya, maka barang jaminannya akan di lelang secara resmi ke masyarakat luas. e. Hasil penjualan lelang diberitahukan kepada nasabah dan seandainya uang hasil lelang setelah dikurangi pinjaman dan biayabiaya masih lebih akan dikembalikan ke nasabah. Perjanjian Utang Piutang Dengan Jaminan Gadai. Isi perjanjian yang disepakati antara PT PEGADAIAN (Persero) dan Nasabah, sebagai berikut: 1. Nasabah menerima dan setuju terhadap uraian barang jaminan, penetepam besarnya Taksiran Barang Jaminan, Uang Pinjaman, Tarif Sewa Modal dan Biaya Administrasi sebagaimana yang dimaksud pada Surat Bukti Kredit (SBK) atau Nota Transaksi (struk) dan sebagai tanda bukti yang sah penerimaan Uang Pinjaman. 2. Barang yang diserahkan sebagai jaminan adalah milik Nasabah dan atau kepemilikan sebagaimana Pasal 1977 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan menjamin bukan berasal dari hasil kejahatan, tidak dalam obyek sengketa dan atau sita jaminan. 3. Nasabah menyatakan telah berutang kepada PT PEGADAIAN (Persero) dan berkewajiban untuk membayar Pelunasan Uang Pinjaman ditambah Sewa Modal sebesar Tarif Sewa Modal yang berlaku di PT PEGADAIAN (Persero), dan biaya proses lelang (jika ada). LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 103

4. PT PEGADAIAN (Persero) akan memberikan ganti kerugian apabila barang jaminan yang berada dalam penguasa PT PEGADAIAN (Persero) mengalami kerusakan atau hilang yang tidak disebabkan oleh suatu bencana alam (Force Majeure) yang ditetapkan pemerintah. Ganti rugi diberikan setelah diperhitungkan dengan Uang Pinjaman dan Sewa Modal, sesuai ketentuan penggantian yang berlaku di PT PEGADAIAN (Persero). 5. Nasabah dapat melakukan Ulang Gadai, Gadai Ulang Otomatis, Minta Tambah Uang Pinjaman, dan Penundaan Lelang, selama nilai taksiran masih memenuhi syarat dengan memperhitungkan Sewa Modal dan Biaya Administrasi yang masih akan dibayar. Jika terjadi penurunan nilai Taksiran Barang Jaminan pada saat Ulang Gadai atau Gadai Ulang Otomatis, maka nasabah wajib mengangsur Uang Pinjaman atau menambah barang jaminan agar sesuai dengan taksiran yang baru. 6. Terhadap barang jaminan yang telah dilunasi dan belum diambil oleh nasabah, terhitung sejak terjadinya tanggal pelunasan sampai dengan sepuluh hari tidak dikenakan jasa penitipan. Bila telah melebihi sepuluh hari dari pelunasan, barang jaminan tetap belum diambil, maka nasabah sepakat dikenakan jasa penitipan, besaran jasa penitipan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di PT PEGADAIAN (Persero) atau sebesar yang tercantum dalam nota transaksi (struk). 7. Apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo tidak dilakukan Pelunasan, LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 104

Penundaan Lelang, Ulang Gadai atau Gadai Ulang Otomatis, maka PT PEGADAIAN (Persero) berhak melakukan penjualan barang jaminan melalui lelang. 8. Hasil penjualan lelang barang jaminan setelah dikurangi Uang Pinjaman, Sewa Modal, Biaya Proses Lelang (jika ada) dan Bea Lelang, merupakan kelebihan yang menjadi hak nasabah. Jangka waktu pengambilan uang kelebihan lelang selama satu tahun sejak tanggal lelang, dan jika lewat waktu dari jangka waktu pengambilan uang kelebihan, nasabah menyatakan setuju untuk menyalurkan uang kelebihan tersebut sebagai dana kepedulian sosial yang pelaksanaanya diserahkan kepada PT PEGADAIAN (Persero). Jika hasil penjualan lelang barang jaminan tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban nasabah berupa Uang Pinjaman, Sewa Modal, Biaya Proses Lelang (jika ada) dan Bea Lelang maka nasabah wajib membayar kekurangan tersebut. 9. Nasabah dapat datang sendiri untuk melakukan Ulang Gadai, Minta Tambah Uang Pinjaman, Mengangsur Uang Pinjaman, Penundaan Lelang, Pelunasan dan Menerima Barang Jaminan dan Menerima Uang Kelebihan, Lelang, atau dengan memberikan kuasa kepada orang lain dengan mengisi dan membubuhkan tandatangan pada kolom yang tersedia, dengan melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk nasabah dan penerima kuasa serta menunjukkan asli Kartu Tanda Penduduk penerima kuasa. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 105

10. Nasabah atau Kuasanya dapat melakukan Ulang Gadai, Mengangsur Uang Pinjaman, dan Pelunasan di seluruh Cabang/Unit Pegadaian Online. 11. Nasabah atau Kuasanya harus datang ke Kantor Cabang/Unit Penerbit Surat Bukti Kredit untuk hal Minta Tambah Uang Pinjaman, Pengambilan barang jaminan dan pengambilan uang kelebihan lelang. 12. Bilamana nasabah meninggal dunia dan terdapat hak dan kewajiban terhadap PT PEGADAIAN (Persero) ataupun sebaliknya, maka hak dan kewajiban dibebankan kepada ahli waris Nasabah sesuai dengan ketentuan waris dalam hukum Republik Indonesia. 13. Nasabah yang menggunakan layanan Gadai Ulang Otomatis membubuhkan tandatangan pada kolom yang tersedia. 14. Nasabah menyatakan tunduk dan mengikuti segala peraturan yang berlaku di PT PEGADAIAN (Persero) sepanjang ketentuan yang menyangkut Utang Piutang Dengan Jaminan Gadai. 15. Apabila terjadi perselisihan dikemudian hari akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai kesepakatan akan diselesaikan melalui Pengadilan Negri Setempat. Demikan isi perjanjian yang disepakati oleh PT PEGADAIAN (Persero) dan Nasabah. KONSEKUENSI SERTA TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN UMUM PEGADAIAN YANG WANPRESTASI TERHADAP BENDA JAMINAN GADAI MILIK DEBITUR YANG HILANG ATAU RUSAK Tindakan wanprestasi akan menyebabkan salah satu pihak LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 106

mengalami kerugian, dalam perjanjian gadai, wanprestasi dapat dilakukan oleh dibitur seperti tindakan tidak membayar pinjaman dengan jaminan gadai pada pemegang gadai atau perusahaan umum pegadaian atau kreditur, akibat dari wanprestasi yang di lakukan oleh debitur tersebut, barang jaminan dapat saja di jual lewat lelang. Tindakan wanprestasi dapat di lakukan oleh kreditur atau perusahaan umum pegadaian, tindakan wanprestasi ini dapat berupa tertukarnya barang gadai, hilangnya barang gadai atau rusaknya barang gadai, terhadap wanprestasi, pertanggung jawaban penggadaian di dasarkan pada perjanjian gadai. Menurut analisis penulis perjanjian gadai itu sendiri merupakan perjanjian baku, yang intinya bertentangan baik berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen khususnya Pasal 18. Sedangkan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1320 menyangkut syarat-syarat sahnya perjanjian. Sebagai pemegang gadai berkewajiban menjaga benda jaminan gadai, baik terhadap kerusakan, kehilangan maupun terhadap keberadaan benda jaminan gadai tersebut di tangannya, segala akibat dari kelalaian ( di luar keadaan Force Maejeure ) sehingga menyebabkan benda jaminan gadai, hilang rusak atau tertukar menjadi tanggung jawab pemegang gadai dan sebagai konsekuensi yuridisnya pemegang gadai berkewajiban menganti benda jaminan hilang dan tertukar, merupakan kejadian yang banyak terjadi sebagai bagian dari tindakan wanprestasi yang di lakukan perusahaan umum pegadaian, kondisi ini di sebabkan oleh kelalaian karyawan kantor LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 107

pegadaian tersebut, bila barang jaminan hilang atau rusak akan diganti sebesar 125% dari nilai taksiran, setelah dikurangi uang pinjaman dan sewa modal. Pegadaian tidak bertanggung jawab atas kerugian apabila terjadi force majeure, antara lain bencana alam, huru hara, dan perang bagi benda jaminan emas dan barang elektronik yang diatur dalam ketentuan sebelumnya sebagaimana tertera dalam perjanjian yang tertulis pada Surat Bukti Kredit (SBK), maupun yang terbaru (Surat Edaran Direksi Nomor 30 Tahun 2005). Menyikapi berbagai permasalahan yang terdapat dalam hal perlindungan konsumen maka pemerintah membuat ketentuan yang mengatur tentang perlindungan hukum bagi konsumen sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 29 dan Pasal 30 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa: Pasal 29 Pemerintah bertanggungjawab atas pembinaan penyelenggaraan konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha. Pasal 30 Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan perundang-perundangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat. Berikutnya dalam Pasal 4 huruf b, c, d, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa : Konsumen mempunyai hak untuk memilih barang dan jasa, serta mendapatkan barang dan jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan, hak atas informasi yang benar, jelas LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 108

dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa, konsumen juga berhak didengar pendapat dan keluhannya atas barang yang digunakan. Setelah itu dalam Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa : Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat perusahaan pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum. Jadi terhadap kerugian-kerugian yang di alami debitur karena kelalaian perusahaan umum pegadaian tetap akan di pertanggung jawabkan oleh pegadaian, sepanjang kerugian yang di alami dapat di buktikan kebenarannya, namun pertanggung jawaban yang di berikan selalu terikat pada skema pertanggung jawaban seperti yang tercantum dalam perjanjian gadai, kecuali ada peraturan lain dalan lingkup benda tersebut, misalnya ganti rugi terhadap berlian. PENUTUP KESIMPULAN Bahwa Prosedur Perjanjian Pinjam Meminjam dengan Jaminan Perhiasan di Pegadaian, antara lain: a. membawa barang jaminan kebagian penaksir untuk ditaksir nilai jaminan yang diberikan, serta Mengisi Formulir Permintaan Kredit Online, dan Pemberian barang jaminan disertai Fotocopy Kartu Tanda Penduduk dan Formulir Permintaan Kredit Online yang sudah diisi, atau surat kuasa bagi pemilik barang yang tidak dapat datang. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 109

b. Bagian penaksir akan menaksir nilai jaminan yang diberikan, baik kualitas barang maupun nilai barang. c. menentukan jumlah pinjaman beserta sewa modal (bunga) yang dikenakan dan kemudian diinformasikan ke nasabah. d. Jika nasabah setuju, maka barang jaminan ditahan untuk disimpan dan nasabah memperoleh pinjaman, berikut surat bukti gadai. Konsekuensi dan tanggung jawab perusahaan umum pegadaian terhadap tindakan wanprestasi yang dilakukan perusahaan umum pegadaian terhadap barang debitur yang hilang atau rusak adalah penggantian sebesar 125% dari nilai taksiran, setelah dikurangi uang pinjaman dan sewa modal. Pegadaian tidak bertanggung jawab atas kerugian apabila terjadi force majeure, antara lain bencana alam, huru hara, dan perang bagi benda jaminan emas dan barang elektronik yang diatur dalam ketentuan sebelumnya sebagaimana tertera dalam perjanjian yang tertulis pada Surat Bukti Kredit (SBK), maupun yang terbaru (Surat Edaran Direksi Nomor 30 Tahun 2005). DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Pembiayaan dan Keuangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000. Fareid Wijaya M dan Soetatwo Hadiwigeno, Lembaga-Lembaga Keuangan dan Bank, Perkembangan, Teori dan Kebijakan Edisi 2, BPFE, Yogyakarta, 1995. H. Chairun Pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2004. LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 110

I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, Implementasi Ketentuan hukum Perjanjian ke Dalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press. Denpasar, 2010. J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian. Mariam Darus Badrulzaman, Aspek Yuridis Bagi Kemungkinan Perluasan Usaha Perum Pegadaian di Masa Mendatang, Makalah Seminar Pegadaian, Malang, 1994. Mariam Darus Badrulzaman, Aspek Yuridis Bagi Kemungkinan Perluasan Usaha Perusahaan Umum Pegadaian di Masa Mendatang, Makalah Seminar Pegadaian, Malang, 1994. Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku (Standart), Perkembangan di Indonesia., PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 97. Muhammad dan Solikhun Hadi, Pegadaian Syariah, Salemba Diniyah, Jakarta, 2003. Peraturan Pemerintahan Nomor 10 tahun 1990, tentang Berdirinya Lembaga Gadai yang berubah dari bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi Perusahaan Umum Pegadaian R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intemasa, Jakarta. R.Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta. Riduan Syahrani, Seluk Beluk Dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni Bandung, 1985. Sofwan dan Sri Soedewi Masjscoen, Hukum Perdata: Hukum Benda, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 2000. Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta, 1999. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969, Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 Tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang- LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 111

Undang LEGAL PLURALISM : VOLUME 3 NOMOR 1, JANUARI 2013 112