PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dibahas adalah masalah kemiskinan. Baik di negara maju atau negara

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional. Pembangunan. secara material dan spiritual (Todaro dan Smith, 2012: 16).

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

4.3 Pengaruh Ketimpangan Wilayah Terhadap Kondisi Hunian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang, pokok

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Hasil dari pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap, mental dan kelembagaan, ketimpangan, dan mengatasi kemiskinan (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian penerapan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

I. PENDAHULUAN. kondisi masyarakat yang lebih baik, yang ditunjukkan oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan

Pendahuluan Pertumbuhan Ekonomi Sadono Sukirno

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kenegaraan maupun kebijakan perekonomian. Pada era reformasi saat ini membawa perubahan paradigma sistem pemerintahan nasional, dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tentunya terus melakukan pembangunan daerah. Salah satu solusi pemerintah dalam meratakan pembangunan daerah adalah dengan diberlakukannya desentralisasi daerah. Pasal 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan diberlakukannya desentralisasi adalah agar setiap daerah dapat menjalankan pembangunan sesuai yang dibutuhkan dan potensi yang ada masing-masing daerah. Dengan demikian, daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan potensi yang ada. Pembangunan di Indonesia yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijaksanaan pembangunan dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan cara memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada. Namun, hasil pembangunan kadang belum dirasakan merata dan masih terdapat kesenjangan antar daerah. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat yang dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan meratanya distribusi pendapatan (Arsyad, 2010: 285).

Dua masalah besar yang umumnya dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan di suatu daerah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) (Tambunan, 2001: 105). Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak memberikan pada pemecahan masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan. Ketika tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka diiringi juga dengan meningkatnya tingkat pengangguran dan pengangguran semu di daerah pedesaaan maupun perkotaan (Hariadi, dkk., 2008). Hal ini mengakibatkan distribusi pendapatan antara kelompok kaya dengan kelompok miskin semakin senjang. Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia dapat dilihat dari capaian Indeks Gini. Tabel 1.1 Capaian Indeks Gini Provinsi Tahun 2012-2013 Sumber: Laporan EKPD, 2015

INDEKS Salah satu permasalahan dalam proses pembangunan daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu adanya ketimpangan/ disparitas pendapatan antar daerah/ antar kabupaten yang dapat ditunjukan melalui Indeks Gini. Indeks Gini adalah salah satu ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh (BPS, 2015). Indeks Gini kabupaten/ kota di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat sebagai berikut: Grafik1.1. Indeks Gini Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007-2013 Sumber: BPS, 2013 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Indeks Gini DIY 0.366 0.383 0.365 0.366 0.416 0.427 0.439 Grafik indeks gini di DIY dari tahun 2007 sampai dengan 2013 menunjukkan tidak terlalu fluktuatif. Namun, mulai tahun 2011 hingga 2013 indeks gini terus mengalami kenaikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan di DIY semakin meningkat. Berdasarkan laporan EKPD (2015), DIY pada tahun 2013 memiliki capaian indeks gini paling tinggi diantara 33 provinsi di seluruh Indonesia yaitu sebesar 0,44. Selain itu, pada tahun 2012 capaian indeks gini di DIY mencapai angka 0,43, dimana pada tahun 2012 angka tersebut juga tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan provinsi-

provinsi lain di Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Indeks Gini di DIY tergolong tinggi. Pembangunan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat. PDRB per kapita merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah tertentu. Menurut Tarigan (2005: 18), PDRB per kapita adalah total PDRB suatu daerah dibagi jumlah penduduk di daerah tersebut untuk tahun yang sama. Semakin tinggi tingkat PDRB perkapita suatu wilayah maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya, dan sebaliknya semakin rendah tingkat PDRB perkapita di suatu wilayah maka semakin rendah tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Grafik 1.2. PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/ Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2003-2013 (dalam juta) 18,000,000 16,000,000 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 - Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta Sumber: BPS, 2014 (data diolah) Grafik 1.2. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar PDRB per kapita di kab/kota di Provinsi DIY. Pada umumnya PDRB per kapita di setiap kab/kota meningkat pada tiap tahun. PDRB per kapita di DIY didominasi

oleh kota Yogyakarta. Pada tahun 2013 PDRB per kapita kota Yogyakarta mencapai Rp16.139.158 juta, sedangkan PDRB per kapita tertinggi kedua adalah kabupaten Sleman. Meskipun PDRB per kapita kabupaten Sleman tertinggi kedua setelah Yogyakarta, PDRB kabupaten Sleman tidak setinggi kota Yogyakarta. PDRB per kapita kabupaten Sleman di tahun 2013 hanya sebesar Rp6.544.348 juta. Untuk rata-rata PDRB per kapita kab/kota dari tahun 2003-2013 tentu saja paling tinggi adalah kota Yogyakarta. Rata-rata PDRB per kapita kota Yogyakarta dari tahun 2003-2013 adalah sebesar Rp12.383.505 juta, sedangkan rata-rata PDRB per kapita terendah adalah kabupaten Bantul yaitu hanya sebesar Rp4.118.867 juta. Kuznetz (1971) menyatakan bahwa dalam jangka pendek, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan mempunyai korelasi positif. Hal ini berarti semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi ketimpangan pendapatan yang terjadi. Tetapi, jika dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan akan mempunyai korelasi negatif, yakni semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka semakin rendah ketimpangan pendapatan yang terjadi. Pembangunan manusia mencerminkan kualitas hidup masyarakat di suatu daerah. Sehingga, diharapkan semakin tinggi kualitas hidup masyarakat, maka ketimpangan yang terjadi akan semakin rendah. Banyak peneliti mengungkapkan bahwa modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia mencerminkan kualitas hidup masyarakat suatu daerah. Dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi diyakini juga akan

lebih baik (Brata, 2002). Hal ini dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup (BPS, 2015). Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. IPM yang baik akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Berikut merupakan grafik yang menunjukkan 10 (sepuluh) provinsi di Indonesia yang memiliki nilai IPM tertinggi: Grafik 1.3. Sepuluh Provinsi dengan IPM Tertinggi di Indonesia Tahun 2011-2013 79 78 77 76 75 74 73 72 71 70 2011 2012 2013 Sumber: BPS (data diolah) Dengan melihat grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai IPM di sepuluh provinsi tersebut memiliki tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi yang lain di Indonesia. Bahkan IPM ke sepuluh provinsi diatas lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata

IPM Indonesia. Grafik 1.4. menunjukkan IPM DIY jika dibandingkan dengan IPM Indonesia: Grafik1.4. Indeks Pembangunan Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta dan Indonesia Tahun 2004-2013 Sumber: BPS, 2015 Grafik 1.4. menunjukkan bahwa IPM DIY berada diatas rata-rata IPM Indonesia. Dengan kata lain, DIY dianggap berhasil dalam meningkatkan IPM. Berdasarkan data BPS 2015 IPM DIY tahun 2013 tertinggi ke dua di Indonesia setelah Jakarta, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya IPM DIY juga termasuk dalam IPM tertinggi di Indonesia. Meskipun capaian IPM di DIY tergolong tinggi tetapi pertumbuhan IPM dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak pernah mencapai 1% (persen). Indeks Gini DIY pada tahun 2013 memiliki capaian tertinggi di Indonesia. Hal ini menujukkan bahwa ketimpangan pendapatan DIY merupakan yang paling tinggi. Akan tetapi, capaian IPM DIY juga termasuk dalam kategori tertinggi di Indonesia yang berarti bahwa kualitas hidup masyarakat DIY tinggi. Pada prinsipnya, jika IPM tinggi maka kualitas hidup masyarakat juga akan tinggi yang

menunjukkan kesejahteraan masyarakat meningkat, sehingga ketimpangan pendapatan akan menurun. Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin membahas tentang Analisis Pengaruh IPM dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pendapatan (Pendekatan Data Panel Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta 2007-2012). 1.2. Rumusan Masalah Kondisi PDRB per kapita di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin meningkat sejak tahun 2003-2013 dengan peningkatan sebesar 4% per tahun. Kondisi Indeks Gini Daerah Istimewa Yogyakarta juga ikut semakin meningkat dari tahun 2010-2013 dengan peningkatan rata-rata sebesar 3% per tahun. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi meningkat, namun distribusi ketimpangan di Daerah Istimewa Yogyakarta belum merata. 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1) Untuk menguji pengaruh antara pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan kabupaten/ kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2) Untuk menguji pengaruh IPM terhadap ketimpangan pendapatan kabupaten/ kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Penulis Penelitian ini mampu menyajikan bukti empiris, serta memberikan sumbangan pengetahuan tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi dan IPM terhadap ketimpangan pendapatan di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2) Pemerintah Penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran dan pertimbangan untuk menilai ketimpangan pendapatan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan IPM. 3) Pihak Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab dimana antara bab satu dengan bab yang lainnya memiliki hubungan yang berkaitan. Gambaran secara umum mengenai isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Gambaran Umum Penulisan Bab ini menguraikan landasan teori yang menunjang penelitian ini yang meliputi uraian mengenai teori pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita, Indeks Pembangunan Manusia, ketimpangan pendapatan, serta koefisien Gini dan kurva Lorenz. Pada bab ini juga diuraikan mengenai penelitian terdahulu, dan rumusan hipotesis. Bab ini jugamenguraikan tentang jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan mengenai analisis dan pembahasan hasil penelitian. Analisis data digunakan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah untuk diintepretasikan. Pembahasan hasil penelitian diperlukan untuk mengintepretasikan hasil data yang diolah, serta melihat implikasinya. Bab IV Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan mengenai simpulan penelitian yang diperoleh dari hasil pembahasan, serta memberikan saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya.