MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan dan feses dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama bulan Mei sampai Juli 2011. Materi Ternak yang digunakan adalah 3 ekor kambing peranakan ettawa (PE) laktasi ke-2 dan 4 ekor kambing saanen laktasi ke-3. Tujuh kambing yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam masa akhir laktasi setelah 3 bulan beranak. Pakan yang diberikan antara lain rumput rumput lapang, konsentrat, dan pellet Indigofera sp. Kambing PE dan saanen ditempatkan dalam kandang individu berbentuk panggung berukuran 2x1,5 meter yang terbuat dari bambu. Peralatan yang digunakan selama penelitian antara lain alat-alat perkandangan, perlengkapan koleksi feses, peralatan analisis proksimat, gelas ukur, tanur, timbangan pakan, timbangan gantung, dan milkotester. Metode Rancangan Percobaan Sebanyak 7 ekor kambing yang terdiri dari 3 ekor kambing PE laktasi ke-2 dan 4 ekor kambing saanen laktasi ke-3. Kambing tersebut diberikan 2 perlakuan yaitu P0 (tanpa pellet Indigofera sp.) dan P1 (pellet Indigofera sp. 40% dari total ransum). Sebanyak 2 ekor kambing saanen menerima perlakuan P0 dan 2 ekor kambing saanen lainnya menerima perlakuan P1. Tiga ekor kambing PE terdiri 2 ekor untuk mendapat perlakuan P0 dan 1 ekor sisanya mendapat perlakuan P1. Pakan diberikan sebanyak 4 kali sehari sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif melalui penjabaran ukuran penyebaran dan pemusatan untuk memperoleh gambaran pengaruh pemberian pellet Indigofera sp. dalam ransum (Steel dan Torrie, 1995). 18
Perlakuan Dua perlakuan antara lain yang diberlakukan pada penelitian ini adalah: P0 = kontrol (rumput lapang 60% + konsentrat 40%) P1 = rumput lapang 60% + pellet Indigofera sp. 40% Komposisi nutrien rumput lapang, konsentrat, dan pellet Indigofera sp. yang digunakan untuk penyusunan ransum selama penelitian dapat dilihat di Tabel 4. Susunan ransum berdasarkan perlakuan yang diberikan terdapat pada Tabel 5. Tabel 4. Komposisi Nutrien Bahan Pakan Penelitian Nutrien Komposisi (%) Rumput lapang 1 Konsentrat 1 Pellet Indigofera sp. 2 Bahan kering 22,67 86,63 88,11 Abu 8,76 7,64 6,41 Prtotein kasar 11,61 14,48 25,66 Serat kasar 38,27 22,62 14 Lemak kasar 1,25 4,01 2,9 Beta-N 31,90 36,99 39,14 TDN 3 59,3 56,01 75,47 Keterangan: 1. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB (2011). 2. Abdullah, 2010. 3. Rumus perhitungan TDN (Total Digestible Nutrient) TDN rumput lapang (Sutardi, 1980) = 1,334 (SK) + 6,598 (LK) + 1,423 (Beta-N) + 0,967 (PK) 0,020 (SK) 2 0,670 (LK) 2 0,024 (SK) (Beta-N) - 0,055 (LK) (Beta-N) 0,146 (LK) (PK) + 0,039 (LK) 2 (PK) TDN Konsentrat dan Pellet Indigofera sp. (Hartadi et al., 1980) = 37,937 1,018 (SK) 4,886 (LK) + 0,173 (Beta-N) + 1,042 (PK) + 0,015 (SK) 2 0,058 (LK) 2 + 0,008 (SK) (beta-n) + 0,119 (LK) (Beta-N) + 0,038 (Beta-N) (PK) + 0,003 (SK) 2 (PK) 19
Tabel 5. Susunan Ransum Penelitian dan Perhitungan Komposisi Nutrisi Ransum (%BK) Taraf Pemberian (%) Bahan Pakan P0 P1 Rumput lapang 60 60 Konsentrat 40 0 Pellet Indigofera sp. 0 40 Jumlah (%) 100 100 Bahan kering 48,25 48,85 Abu 8,31 7,82 Protein kasar 12,76 17,23 Serat kasar 32,01 28,56 Lemak kasar 2,35 1,91 Beta-N 33,94 34,81 TDN 57,98 65,77 Keterangan: Komposisi nutrien ransum P0 = (60% x nutrien rumput lapang) + (40% x nutrien konsentrat) Komposisi nutrien ransum P1 = (60% x nutrien rumput lapang) + (40% x nutrien pellet Indigofera sp.) Prosedur Persiapan Sebelum diberikan perlakuan, ternak percobaan harus melalui tahap penyesuaian terhadap perubahan pakan (preliminary) selama 1 minggu. Tahap ini juga bertujuan untuk mengurangi pengaruh pakan yang diberikan sebelum perlakuan terhadap parameter yang akan diamati. Persiapan pemeliharaan meliputi penyekatan tempat pakan kandang dan memindahkan kambing yang digunakan untuk penelitian ke kandang individu. Pemeliharaan Pemeliharaan 7 ekor kambing (4 ekor kambing saanen dan 3 ekor kambing PE) dilakukan selama 4 minggu di kandang individu. Sebelum pemeliharaan dilakukan penimbangan dengan tujuan untuk menghitung jumlah konsumsi bahan kering kambing perah per hari yaitu sebesar 4% dari bobot badan (Ensminger, 2002). Pakan diberikan sebanyak 4 kali sehari sedangkan air minum diberikan secara ad 20
libitum. Konsumsi pakan dan sisa pakan ditimbang setiap hari. Pengukuran produksi susu per hari dilakukan dengan mencatat hasil pemerahan pada pagi dan sore hari. Tabel 6. Konsumsi Bahan Kering Ransum Kambing PE dan Saanen Dihitung dari 4% Bobot Badan Awal Pemeliharaan Perlakuan P0 P1 Kode kambing Bobot badan (kg) Konsumsi bahan kering (kg/ekor/hari) S1 48 1,92 S2 38 1,52 PE1 34 1,36 PE2 50 2,00 S1 39 1,56 S2 35 1,40 PE 48 1,92 Keterangan : 1) P0 = Rumput lapang 60% + konsentrat 40% P1 = Rumput lapang 60% + pellet Indigofera sp. 40% 2) S = kambing saanen PE = kambing Peranakan Etawah Koleksi Sampel Feses Koleksi feses dilakukan dengan mengambil sampel feses dari rektum kambing sebanyak 8-10 butir selama 7 hari terakhir masa pemeliharaan. Pada hari terakhir, koleksi feses dilakukan setiap 3 jam sekali. Sampel feses kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Berat sampel sebelum dan sesudah dikeringkan dicatat. Sampel feses yang sudah kering dari masing-masing percobaan dicampur kemudian dibawa ke laboratorium Nutrisi Ternak Perah untuk dianalisis Acid Insoluble Ash (AIA). Peubah yang Diamati Konsumsi Pakan (kg/ekor/hari) Konsumsi pakan merupakan selisih antara pakan yang diberikan dengan pakan sisa yang ditimbang. Sedangkan konsumsi pakan per ekor per hari merupakan 21
konsumsi pakan total dibagi masa pemeliharaan. Perhitungan konsumsi bertujuan untuk mengetahui konsumsi bahan kering (BK) dan nutrien pakan seperti protein, serat, lemak dan energi. Konsumsi BK pakan (%) = [pakan yang diberikan (g) sisa pakan (g)] x %BK bahan Konsumsi Nutrien (g/ekor/jari) = konsumsi BK pakan x kadar nutrien dalam pakan Kecernaan dengan Metode AIA (Van Keulen dan Young, 1977) Koleksi feses dilakukan selama 7 hari berturut-turut pada akhir penelitian. Feses diambil langsung dari dalam rektum. Pengambilan sampel feses dilakukan sebanyak dua kali pada pagi dan sore secara kualitatif dan hari terakhir dilakukan koleksi feses setiap 3 jam sekali. Sampel feses dari setiap ekor kambing diambil sebanyak 8-10 butir kemudian dikeringkan di bawah matahari sebelum dibawa ke laboratorium. Berat sampel ditimbang sebelum dan setelah dikeringkan. Selama periode pemberian pakan, sampel pakan diambil untuk dianalisis proksimat. Pada akhir percobaan sampel feses yang sudah kering dari setiap percobaan digabungkan kemudian digiling dan dianalisis proksimat. Sebanyak 2 g sampel diabukan pada suhu 600 o C. Abu dimasukkan dalam gelas piala, ditambah 25 ml HCl 2N dan dididihkan hingga volume awal menjadi kurang lebih setengahnya. Kemudian abu disaring ke dalam crucible (yang sudah diketahui bobotnya). Endapan dicuci dengan air suling panas (85-100 o C) sampai bebas asam. Hasil saringan diabukan lagi. Timbang berat abu yang tidak larut dalam asam. Analisis ini dikerjakan untuk sampel feses dan pakan. % AIA = Berat abu yang tidak larut dalam asam - Blanko Berat sampel x 100% Hasil persen AIA digunakan untuk menghitung kecernaan bahan kering dengan perhitungan sebagai berikut. % KCBK = %AIA feses %AIA pakan %AIA feses x 100% 22
Produksi Susu (liter/ekor/hari) dan Komposisi Susu Produksi susu diperoleh dengan cara mencatat hasil pemerahan 12 ekor kambing PE pada pagi dan sore hari yang diukur dari masa persiapan (preliminary) dan pemeliharaan. Alat yang digunakan adalah gelas ukur dengan skala terkecil 50 ml dan kapasitas maksimal 1 liter. Sampel susu diambil untuk dilakukan analisis komposisi susu kambing meliputi kandungan lemak, protein, dan berat jenis susu menggunakan Milkotester Ltd. Milk Analyzer Master Pro. Sampel susu sebanyak 100 ml diletakkan di bawah alat sensor ultrasonik. Komposisi susu akan terbaca setelah 60 detik kemudian. Efisiensi Pemanfaatan Ransum Terhadap Komposisi Susu Rasio penggunaan nutrien ransum terhadap komposisi susu dihitung dari perbandingan antara kandungan nutrien dalam susu dibanding konsumsi nutrien tersebut, atau dapat disebut dengan efisiensi nutrien terhadap komposisi produk (Asminaya, 2007). Efisiensi pemanfaatan protein ransum dihitung dari rasio antara jumlah protein dalam susu dibagi jumlah konsumsi protein dari ransum (Zamami et al., 2011). Pemanfaatan nutrien lain dihitung dari rasio yang sama yaitu jumlah nutrien susu dibagi konsumsi nutrien dari ransum. Efisiensi penggunaan ransum menjadi produksi susu Efisiensi penggunaan protein pakan menjadi protein susu Efisiensi penggunaan lemak pakan menjadi lemak susu Efisiensi penggunaan glukosa menjadi laktosa 23